Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama memperkirakan peristiwa merebaknya virus corona di Kota Wuhan, Hubei, China, mempengaruhi sektor pariwisata di Indonesia.
"Dampak dari pada ini kita belum tahu persis, karena ini baru beberapa hari hebohnya. Dan kita harus juga mempelajari dari data. Berpengaruh ya pasti, masa enggak, cuma seberapa pengaruh saya enggak tahu," kata Wishnutama seusai mengikuti Rapat Terbatas Strategi Nasional Keuangan Inklusif di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Wishnutama mengatakan pengaruh terhadap pariwisata sejatinya bukan hanya diakibatkan virus corona saja, melainkan disebabkan beragam faktor, termasuk kebijakan yang diberlakukan pemerintah China.
Dia juga mengatakan Indonesia juga tidak boleh menggantungkan sektor pariwisata kepada satu negara aja.
"Artinya apa, di akhir tahun kemarin strategi kita sudah kita arahkan kita harus menargetkan ke pasar-pasar lain juga. Yang punya potensi juga besar, yang sebetulnya selama ini kurang terlalu dilirik Indonesia," jelas Wishnutama.
Dia mengatakan di era perkembangan teknologi saat ini, dapat diketahui dari negara mana saja turis yang berminat datang ke Indonesia.
"Dan ternyata yang paling besar itu nomor satu Australia. Nomor dua dari Amerika Serikat. Kalau berdasarkan machine learning begitu yang kita pelajari," ujar dia.
Dia menyampaikan pencarian pariwisata Indonesia nomor satu berasal dari Australia sebanyak 600 juta. Kedua, berasal dari Amerika Serikat sebanyak 500 juta, serta Jerman dan Perancis.
"Jadi sebetulnya potensinya ada. Cuma belum ada direct flight misalnya. Belum promosi yang betul-betul intensif misalnya. Di Amerika Serikat hanya tiga kota yang besar, yakni San Fransisco, Los Angeles, dan New York," kata dia.
Dia menekankan penerbangan langsung atau direct flight penting untuk memajukan sektor pariwisata selain juga promosi.
Wishnutama mengaku akan segera berbicara dengan Direksi Garuda Indonesia untuk membahas hal tersebut.
"Dampak dari pada ini kita belum tahu persis, karena ini baru beberapa hari hebohnya. Dan kita harus juga mempelajari dari data. Berpengaruh ya pasti, masa enggak, cuma seberapa pengaruh saya enggak tahu," kata Wishnutama seusai mengikuti Rapat Terbatas Strategi Nasional Keuangan Inklusif di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa.
Wishnutama mengatakan pengaruh terhadap pariwisata sejatinya bukan hanya diakibatkan virus corona saja, melainkan disebabkan beragam faktor, termasuk kebijakan yang diberlakukan pemerintah China.
Dia juga mengatakan Indonesia juga tidak boleh menggantungkan sektor pariwisata kepada satu negara aja.
"Artinya apa, di akhir tahun kemarin strategi kita sudah kita arahkan kita harus menargetkan ke pasar-pasar lain juga. Yang punya potensi juga besar, yang sebetulnya selama ini kurang terlalu dilirik Indonesia," jelas Wishnutama.
Dia mengatakan di era perkembangan teknologi saat ini, dapat diketahui dari negara mana saja turis yang berminat datang ke Indonesia.
"Dan ternyata yang paling besar itu nomor satu Australia. Nomor dua dari Amerika Serikat. Kalau berdasarkan machine learning begitu yang kita pelajari," ujar dia.
Dia menyampaikan pencarian pariwisata Indonesia nomor satu berasal dari Australia sebanyak 600 juta. Kedua, berasal dari Amerika Serikat sebanyak 500 juta, serta Jerman dan Perancis.
"Jadi sebetulnya potensinya ada. Cuma belum ada direct flight misalnya. Belum promosi yang betul-betul intensif misalnya. Di Amerika Serikat hanya tiga kota yang besar, yakni San Fransisco, Los Angeles, dan New York," kata dia.
Dia menekankan penerbangan langsung atau direct flight penting untuk memajukan sektor pariwisata selain juga promosi.
Wishnutama mengaku akan segera berbicara dengan Direksi Garuda Indonesia untuk membahas hal tersebut.