Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah dari Siloam Hospital Kebon Jeruk Dr dr Wifanto Saditya Jeo SpB-KBD mengatakan kaum milenial rentan mengalami obesitas atau kegemukan.
"Kaum milenial cenderung mengalami obesitas karena kurang gerak dan gaya hidup tidak sehat," ujar Wifanto di Jakarta, Kamis
Obesitas merupakan penyakit kronik dan progresif yang dapat memengaruhi fungsi beberapa organ dalam tubuh dan berisiko tinggi menderita komplikasi.
Kegemukan menjadi berbahaya kalau sudah mencapai lebih dari 30 kilogram dari berat badan ideal pada perempuan, dan 40 kilogram dari berat badan ideal laki-laki.
Dia menjelaskan risiko komplikasi kegemukan, antara lain penyakit paru-paru, kolesterol tinggi, stroke, diabetes tipe 2, sesak napas, varises, penyakit batu empedu, disfungsi ereksi, dan lainnya.
"Obesitas juga menyebabkan sakit sendi, kanker usus, kanker serviks, kanker payudara hingga serangan jantung," ujar dia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan 21,8 persen orang dewasa menderita kegemukan. Sebelumnya pada Riskesdas 2013, hanya sebesar 14,8 persen.
Oleh karena itu, lanjut Wifanto, obesitas harus ditangani secara serius, mulai dari penerapan pola makan, obat-obatan, aktivitas fisik hingga pembedahan jika tidak dapat ditangani melalui usaha noninvansif.
"Namun jika penurunan berat badan dengan pemberian obat-obatan, latihan fisik dan cara lainnya masih belum bisa, solusinya dengan pembedahan metabolik dan bariatrik," kata dia.
Bedah bariatrik dan metabolik adalah operasi untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki metabolisme pada pasien obesitas ekstrem. Bedah tersebut bekerja dengan dua cara yakni pembedahan yang membatasi jumlah asupan makanan dengan mengurangi ukuran lambung, dan juga pembatasan penyerapan makanan dalam saluran usus dengan cara memotong kompas atau dikenal sebagai bypass sebagian dari usus kecil.
"Kaum milenial cenderung mengalami obesitas karena kurang gerak dan gaya hidup tidak sehat," ujar Wifanto di Jakarta, Kamis
Obesitas merupakan penyakit kronik dan progresif yang dapat memengaruhi fungsi beberapa organ dalam tubuh dan berisiko tinggi menderita komplikasi.
Kegemukan menjadi berbahaya kalau sudah mencapai lebih dari 30 kilogram dari berat badan ideal pada perempuan, dan 40 kilogram dari berat badan ideal laki-laki.
Dia menjelaskan risiko komplikasi kegemukan, antara lain penyakit paru-paru, kolesterol tinggi, stroke, diabetes tipe 2, sesak napas, varises, penyakit batu empedu, disfungsi ereksi, dan lainnya.
"Obesitas juga menyebabkan sakit sendi, kanker usus, kanker serviks, kanker payudara hingga serangan jantung," ujar dia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan 21,8 persen orang dewasa menderita kegemukan. Sebelumnya pada Riskesdas 2013, hanya sebesar 14,8 persen.
Oleh karena itu, lanjut Wifanto, obesitas harus ditangani secara serius, mulai dari penerapan pola makan, obat-obatan, aktivitas fisik hingga pembedahan jika tidak dapat ditangani melalui usaha noninvansif.
"Namun jika penurunan berat badan dengan pemberian obat-obatan, latihan fisik dan cara lainnya masih belum bisa, solusinya dengan pembedahan metabolik dan bariatrik," kata dia.
Bedah bariatrik dan metabolik adalah operasi untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki metabolisme pada pasien obesitas ekstrem. Bedah tersebut bekerja dengan dua cara yakni pembedahan yang membatasi jumlah asupan makanan dengan mengurangi ukuran lambung, dan juga pembatasan penyerapan makanan dalam saluran usus dengan cara memotong kompas atau dikenal sebagai bypass sebagian dari usus kecil.