Natuna (ANTARA) - Sejumlah warga di desa Penagi, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, akan turut melepas kepulangan 285 WNI, yang telah selesai menjalani observasi kesehatan selama 14 hari setelah dijemput dari Wuhan, China.
“Ini mungkin warga Penagi mau mengucapkan selamat tinggal ke mereka yang selama ini karantina. Mungkin besok kita ke sekitaran bandara,”ujar Yohanes Suprianto, Kepala RT di desa Kota Tua Penagi kepada Antara di Natuna, Kepulauan Riau, Jumat.
Suprianto juga turut mendoakan agar 285 WNI yang telah menjalani diobservasi itu selalu dalam kondisi sehat dan selamat dalam perjalanan berkumpul kembali dengan keluarga.
“Jaga kesehatan dan berkumpul kembali bersama keluarga di rumah,” kata Yohanes.
Baca juga: Daftar WNI yang diobservasi di Natuna, paling banyak dari daerah ini
Selain itu, pria yang rumahnya berseberangan langsung dengan pintu masuk menuju Lanud Raden Sadjad yang berjarak sekitar 1,3 km itu, menegaskan bahwa tidak ada warganya yang sakit. Namun, tidak lengkapnya informasi dan kurangnya sosialisasi menjadi pemicu terjadinya demo ketika warga yang dijemput dari Wuhan itu dibawa ke Natuna untuk menjalani observasi kesehatan.
“Sampai sekarang aman-aman saja, sehat semua. Kita bukan masalah jarak, sebelumnya karena tidak ada sosiliasasi dan hanya dapat informasi dari tv dan internet. Ada ketakutan apalagi lihat tim yang menjemput pakai baju astronot, kru pesawat juga, dari situ timbul ketakutan,” kata dia
Baca juga: Berita bohong bisa memperburuk kondisi wabah virus corona
“29 KK mengungsi atau sekitar 30 persen warga pindah. Tapi pada Rabu Kamis sudah mulai kembali bahkan mulai jualan. Kondisinya juga ada yang sudah tidak menggunakan masker. Informasi yang didapat sudah banyak dan tingkat kepercayaan warga meningkat, lihat di tv juga kan semua yang di hanggar itu sehat semua,” lanjutnya menceritakan.
Baca juga: Mahasiswi Kotim di karantina Natuna dalam kondisi sehat
Kondisi warga di desa Penagi yang sehat juga disampaikan oleh warga lainnya, Darmisah.
“Saya pernah ditanya sama tv lain, katanya ibu ingin menyampaikan apa mungkin obat apa. Tapi saya jawab, emang mas lihat ada yang sakit? Ga ada kan,” kata Darmisah sambil tertawa.
Menurut dia, warga Penagi sebenarnya tidak menolak dijadikan lokasi observasi namun kurangnya sosialisasi dan informasi membuat warga panik.
“Tidak dijelaskan apakah rumah harus dikosongkan apa bagaimana, kalau buat masalah observasi ga masalah. Karena mendadak itu aja,” ujar Darmisah.
Darmisah juga berharap agar proses pemulangan WNI ke daerah masing-masing berjalan lancar dan tidak masalah jika nantinya para WNI tersebut akan berkeliling Natuna sebelum lepas landas ke Halim Perdanakusuma.
Menkes, Menko PMK, Kepala BNPB akan melepas keberangkatan WNI dari Lanud Raden Sadjad pada Sabtu siang.
Baca juga: WNI dikarantina di Natuna dalam keadaan sehat, Beijing merasa senang
Baca juga: Tiga warga Bartim masuk karantina di Natuna
Baca juga: Mahasiswa asal Palangka Raya di Harbin ceritakan kondisi di China
“Ini mungkin warga Penagi mau mengucapkan selamat tinggal ke mereka yang selama ini karantina. Mungkin besok kita ke sekitaran bandara,”ujar Yohanes Suprianto, Kepala RT di desa Kota Tua Penagi kepada Antara di Natuna, Kepulauan Riau, Jumat.
Suprianto juga turut mendoakan agar 285 WNI yang telah menjalani diobservasi itu selalu dalam kondisi sehat dan selamat dalam perjalanan berkumpul kembali dengan keluarga.
“Jaga kesehatan dan berkumpul kembali bersama keluarga di rumah,” kata Yohanes.
Baca juga: Daftar WNI yang diobservasi di Natuna, paling banyak dari daerah ini
Selain itu, pria yang rumahnya berseberangan langsung dengan pintu masuk menuju Lanud Raden Sadjad yang berjarak sekitar 1,3 km itu, menegaskan bahwa tidak ada warganya yang sakit. Namun, tidak lengkapnya informasi dan kurangnya sosialisasi menjadi pemicu terjadinya demo ketika warga yang dijemput dari Wuhan itu dibawa ke Natuna untuk menjalani observasi kesehatan.
“Sampai sekarang aman-aman saja, sehat semua. Kita bukan masalah jarak, sebelumnya karena tidak ada sosiliasasi dan hanya dapat informasi dari tv dan internet. Ada ketakutan apalagi lihat tim yang menjemput pakai baju astronot, kru pesawat juga, dari situ timbul ketakutan,” kata dia
Baca juga: Berita bohong bisa memperburuk kondisi wabah virus corona
“29 KK mengungsi atau sekitar 30 persen warga pindah. Tapi pada Rabu Kamis sudah mulai kembali bahkan mulai jualan. Kondisinya juga ada yang sudah tidak menggunakan masker. Informasi yang didapat sudah banyak dan tingkat kepercayaan warga meningkat, lihat di tv juga kan semua yang di hanggar itu sehat semua,” lanjutnya menceritakan.
Baca juga: Mahasiswi Kotim di karantina Natuna dalam kondisi sehat
Kondisi warga di desa Penagi yang sehat juga disampaikan oleh warga lainnya, Darmisah.
“Saya pernah ditanya sama tv lain, katanya ibu ingin menyampaikan apa mungkin obat apa. Tapi saya jawab, emang mas lihat ada yang sakit? Ga ada kan,” kata Darmisah sambil tertawa.
Menurut dia, warga Penagi sebenarnya tidak menolak dijadikan lokasi observasi namun kurangnya sosialisasi dan informasi membuat warga panik.
“Tidak dijelaskan apakah rumah harus dikosongkan apa bagaimana, kalau buat masalah observasi ga masalah. Karena mendadak itu aja,” ujar Darmisah.
Darmisah juga berharap agar proses pemulangan WNI ke daerah masing-masing berjalan lancar dan tidak masalah jika nantinya para WNI tersebut akan berkeliling Natuna sebelum lepas landas ke Halim Perdanakusuma.
Menkes, Menko PMK, Kepala BNPB akan melepas keberangkatan WNI dari Lanud Raden Sadjad pada Sabtu siang.
Baca juga: WNI dikarantina di Natuna dalam keadaan sehat, Beijing merasa senang
Baca juga: Tiga warga Bartim masuk karantina di Natuna
Baca juga: Mahasiswa asal Palangka Raya di Harbin ceritakan kondisi di China