Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat indeks harga konsumen di Provinsi Kalimantan Tengah pada bulan Maret 2020 terjadi deflasi 0,22 persen, diikuti oleh laju inflasi tahun kalender 0,43 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun 2,20 persen yang cukup rendah sekalipun sedang dilanda penyebaran virus corona.
Deflasi 0,22 persen pada bulan Maret 2020 itu gabungan dari Kota Palangka Raya yang mengalami deflasi 0,20 persen dan Sampit deflasi 0,26 persen, kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kalteng Bambang Supriono di Palangka Raya, Rabu.
"Berkat deflasi itu, Kota Palangka Raya berada di urutan ke-25 dan Sampit ke-24 tertinggi tingkat nasional. Itu kabar baik di tengah penyebaran virus corona atau covid-19," katanya.
Berdasarkan data BPS Kalteng, selama Maret 2020 di Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,20 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,99 persen di bulan Februari 2020) menjadi 104,78 persen.
Supriono mengatakan deflasi di Palangka Raya yang berkisar 0,20 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok transportasi sekitar 1,24 persen, makanan, minuman, dan tembakau 0,46 persen, serta informasi, komunikasi, dan jasa 0,10 persen.
"Komoditas maupun jasa penyumbang tertinggi deflasi di Palangka Raya yakni, angkutan udara, Ikan Nila, Daging Ayam Ras, Ikan Lais, Cabai Rawit, Bahan Bakar Rumah Tangga, Ikan Gabus, Semangka, Pisang dan Kacang Panjang," beber dia.
Sementara di Sampit yang juga terjadi deflasi sebesar 0,26 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,67 persen (Februari 2020) menjadi 104,40 persen (Maret 2020). Terjadinya deflasi dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga kelompok transportasi (1,48 persen), makanan, minuman, dan tembakau (0,34 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,01 persen).
Besarnya laju inflasi tahun kalender (0,56 persen) diakibatkan oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (2,04 persen), perawatan pribadi dan jasa lainnya (1,62 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,26 persen
Baca juga: Warga Kalteng diminta waspada aplikasi sensus penduduk palsu, ini yang benar!
"Komoditas maupun jasa penyumbang tertinggi deflasi di Sampit, yakni angkutan udara, Ikan Nila, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, minyak goreng, udang basah, bawang putih, ikan selar/tude, bawang merah, kentang, dan pisang," demikian Supriono.
Dari 12 kota pantauan IHK di wilayah Kalimantan, semua kota mengalami deflasi selama Maret 2020 dengan deflasi tertinggi di Tarakan (0,46 persen), diikuti Tanjung Selor (0,45 persen) dan Banjarmasin (0,30 persen). Indeks harga yang cukup tinggi terjadi di Sintang (109,56 persen), Kotabaru (106,78 persen), Tanjung (105,91 persen), dan Pontianak (105,27 persen).
Baca juga: Ekonomi konsumen Kalteng triwulan I diperkirakan alami penurunan
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Kalteng selama tahun 2019 mencapai 6,16 persen
Deflasi 0,22 persen pada bulan Maret 2020 itu gabungan dari Kota Palangka Raya yang mengalami deflasi 0,20 persen dan Sampit deflasi 0,26 persen, kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kalteng Bambang Supriono di Palangka Raya, Rabu.
"Berkat deflasi itu, Kota Palangka Raya berada di urutan ke-25 dan Sampit ke-24 tertinggi tingkat nasional. Itu kabar baik di tengah penyebaran virus corona atau covid-19," katanya.
Berdasarkan data BPS Kalteng, selama Maret 2020 di Palangka Raya terjadi deflasi sebesar 0,20 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,99 persen di bulan Februari 2020) menjadi 104,78 persen.
Supriono mengatakan deflasi di Palangka Raya yang berkisar 0,20 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga pada kelompok transportasi sekitar 1,24 persen, makanan, minuman, dan tembakau 0,46 persen, serta informasi, komunikasi, dan jasa 0,10 persen.
"Komoditas maupun jasa penyumbang tertinggi deflasi di Palangka Raya yakni, angkutan udara, Ikan Nila, Daging Ayam Ras, Ikan Lais, Cabai Rawit, Bahan Bakar Rumah Tangga, Ikan Gabus, Semangka, Pisang dan Kacang Panjang," beber dia.
Sementara di Sampit yang juga terjadi deflasi sebesar 0,26 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 104,67 persen (Februari 2020) menjadi 104,40 persen (Maret 2020). Terjadinya deflasi dipengaruhi oleh menurunnya indeks harga kelompok transportasi (1,48 persen), makanan, minuman, dan tembakau (0,34 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,01 persen).
Besarnya laju inflasi tahun kalender (0,56 persen) diakibatkan oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau (2,04 persen), perawatan pribadi dan jasa lainnya (1,62 persen), serta perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,26 persen
Baca juga: Warga Kalteng diminta waspada aplikasi sensus penduduk palsu, ini yang benar!
"Komoditas maupun jasa penyumbang tertinggi deflasi di Sampit, yakni angkutan udara, Ikan Nila, Daging Ayam Ras, Cabai Rawit, minyak goreng, udang basah, bawang putih, ikan selar/tude, bawang merah, kentang, dan pisang," demikian Supriono.
Dari 12 kota pantauan IHK di wilayah Kalimantan, semua kota mengalami deflasi selama Maret 2020 dengan deflasi tertinggi di Tarakan (0,46 persen), diikuti Tanjung Selor (0,45 persen) dan Banjarmasin (0,30 persen). Indeks harga yang cukup tinggi terjadi di Sintang (109,56 persen), Kotabaru (106,78 persen), Tanjung (105,91 persen), dan Pontianak (105,27 persen).
Baca juga: Ekonomi konsumen Kalteng triwulan I diperkirakan alami penurunan
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Kalteng selama tahun 2019 mencapai 6,16 persen