Palangka Raya (ANTARA) - Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Kalimantan Tengah menjelaskan, para tenaga kesehatan di lini terdepan termasuk puskesmas, satu per satu 'rapid test' atau tes cepatnya mulai reaktif.
"Kami pun meminta agar mereka juga diisolasi dan dilakukan pemeriksaan swab," kata Ketua Gugus Tugas Sugianto Sabran melalui Wakil Ketua Pelaksana Harian Suyuti Syamsul saat dihubungi dari Palangka Raya, Senin.
Hingga saat ini jumlah tenaga kesehatan yang rapid testnya reaktif cukup banyak dan terdata di beberapa kabupaten. Namun karena untuk kepentingan internal, pihaknya tidak bisa jabarkan secara rinci sebab hal itu juga tidak menjadi acuan.
Selanjutnya ia menjelaskan, reaktif disini merupakan deteksi virus dan virus tersebut bermacam-macam, bisa virus apa pun.
"Kalau hasilnya reaktif (ada virus) maka harus diswab biar tahu jenis virusnya, apakah COVID-19 atau bukan," ungkapnya yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kalteng tersebut.
Rapid test untuk penapisan bukan diagnosa pasti. Prosedur tetap tersebut bukan hanya untuk di Kalteng, tetapi berlaku di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Masyarakat harus diedukasi, rapid test itu hasilnya bukan positif atau negatif, melainkan reaktif dan tidak reaktif.
Adapun terjadinya reaktif kalau antibodi sudah terbentuk. Reaktif pun juga belum tentu hasil swab positif, bisa jadi karena reaktik pada varian virus corona lain yang tidak berbahaya.
Jika hasilnya non reaktif maka dia aman, tetapi apabila reaktif, barulah dicurigai sebelum ditetapkan sebagai pasien dengan pengawasan (PDP).
Untuk itu, masyarakat diminta mempercayai pemerintah dan tenaga kesehatan terhadap penanganan maupun penjelasan medis yang dilakukan.
"Semata-mata kita bersama-sama ikuti prosedur tetap, agar masyarakat dan petugas terlindungi dari COVID-19," jelasnya.
Terkait kondisi tersebut, pihaknya tak henti-hentinya meminta masyarakat membantu para tenaga kesehatan dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, yakni dengan cara tinggal di rumah.
Kalau pun keluar rumah diminta menggunakan masker, rajin cuci tangan, hingga penerapan pembatasan sosial maupun pengurangan kontak fisik. Jangan sampai sistem layanan kesehatan ikut lumpuh karena COVID-19.
"Semangat terus para tenaga kesehatan Kalteng. Untuk masyarakat, sebaiknya tidak ke tempat layanan kesehatan jika tidak darurat. Silakan konsultasi dengan dokter keluarga masing-masing secara daring atau online," katanya.
"Kami pun meminta agar mereka juga diisolasi dan dilakukan pemeriksaan swab," kata Ketua Gugus Tugas Sugianto Sabran melalui Wakil Ketua Pelaksana Harian Suyuti Syamsul saat dihubungi dari Palangka Raya, Senin.
Hingga saat ini jumlah tenaga kesehatan yang rapid testnya reaktif cukup banyak dan terdata di beberapa kabupaten. Namun karena untuk kepentingan internal, pihaknya tidak bisa jabarkan secara rinci sebab hal itu juga tidak menjadi acuan.
Selanjutnya ia menjelaskan, reaktif disini merupakan deteksi virus dan virus tersebut bermacam-macam, bisa virus apa pun.
"Kalau hasilnya reaktif (ada virus) maka harus diswab biar tahu jenis virusnya, apakah COVID-19 atau bukan," ungkapnya yang juga menjabat Kepala Dinas Kesehatan Kalteng tersebut.
Rapid test untuk penapisan bukan diagnosa pasti. Prosedur tetap tersebut bukan hanya untuk di Kalteng, tetapi berlaku di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Masyarakat harus diedukasi, rapid test itu hasilnya bukan positif atau negatif, melainkan reaktif dan tidak reaktif.
Adapun terjadinya reaktif kalau antibodi sudah terbentuk. Reaktif pun juga belum tentu hasil swab positif, bisa jadi karena reaktik pada varian virus corona lain yang tidak berbahaya.
Jika hasilnya non reaktif maka dia aman, tetapi apabila reaktif, barulah dicurigai sebelum ditetapkan sebagai pasien dengan pengawasan (PDP).
Untuk itu, masyarakat diminta mempercayai pemerintah dan tenaga kesehatan terhadap penanganan maupun penjelasan medis yang dilakukan.
"Semata-mata kita bersama-sama ikuti prosedur tetap, agar masyarakat dan petugas terlindungi dari COVID-19," jelasnya.
Terkait kondisi tersebut, pihaknya tak henti-hentinya meminta masyarakat membantu para tenaga kesehatan dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19, yakni dengan cara tinggal di rumah.
Kalau pun keluar rumah diminta menggunakan masker, rajin cuci tangan, hingga penerapan pembatasan sosial maupun pengurangan kontak fisik. Jangan sampai sistem layanan kesehatan ikut lumpuh karena COVID-19.
"Semangat terus para tenaga kesehatan Kalteng. Untuk masyarakat, sebaiknya tidak ke tempat layanan kesehatan jika tidak darurat. Silakan konsultasi dengan dokter keluarga masing-masing secara daring atau online," katanya.