Palangka Raya (ANTARA) - Seringkali menjadi perbincangan sekaligus pertanyaan pada sebagian masyarakat, mengenai perkembangan jumlah pasien sembuh terkait COVID-19 yang dinilai lambat khususnya di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul di Palangka Raya, Selasa menjelaskan, hal mendasar yang harus dipahami secara bersama-sama oleh semua pihak, hingga sekarang penyakit ini belum ada obatnya.
"Sampai sekarang gak ada obatnya, itu dulu yang harus dipahami," katanya yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pelaksana Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Menurutnya, seseorang bakal sembuh dari penyakit ini setelah ada peningkatan daya tahan tubuh, antibodi naik dan kumannya tidak bisa hidup. Hanya saja untuk melakukan hal tersebut, diperlukan sejumlah waktu.
Ia menegaskan, kenaikan antibodi tidak sama pada setiap orang, ada yang lambat, bahkan tidak muncul sama sekali antibodinya karena dia menggunakan obat, atau karena penyakit tertentu.
"Standar obatnya tidak jelas, hal ini bahkan seringkali masih menjadi perdebatan atau perbedaan pendapat dari para ahli di bidang kesehatan," terang Suyuti.
Baca juga: Malaysia masuki fase pemulihan dalam penanganan COVID-19
Baca juga: Muhammadiyah ajak masyarakat jangan larut teori konspirasi COVID-19
Baca juga: Bartim rujuk empat PDP COVID-19 ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya
Baru-baru ini tersiar kabar, terapi plasma darah mampu sembuhkan virus tersebut. Ia menjabarkan, hal itu masih belum bisa menjadi acuan, terlebih tidak bisa diterapkan kepada semua orang karena risiko tertentu. Sehingga semuanya, tidak sesederhana yang dibayangkan.
Adapun berdasarkan rilis terbaru Tim Gugus Tugas COVID-19 Kalteng pada Selasa (28/4), ada sebanyak 11 pasien positif yang dinyatakan sembuh hingga saat ini, dari total positif COVID-19 yang jumlahnya sudah lebih dari 100 kasus.
Untuk itulah tak henti-hentinya pihaknya meminta dukungan masyarakat, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19. Yakni dengan benar-benar mengikuti anjuran pemerintah, melalui penerapan pembatasan sosial, tidak melakukan kontak fisik, penerapan hidup bersih dan sehat, menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah dan lainnya.
Baca juga: Tenaga medis COVID-19 di Thailand merasa tertekan
Baca juga: Tenaga kesehatan positif COVID-19 di Kalteng, salah satunya dokter
Baca juga: Penderita COVID-19 yang meninggal kebanyakan berusia 30-59 tahun
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul di Palangka Raya, Selasa menjelaskan, hal mendasar yang harus dipahami secara bersama-sama oleh semua pihak, hingga sekarang penyakit ini belum ada obatnya.
"Sampai sekarang gak ada obatnya, itu dulu yang harus dipahami," katanya yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pelaksana Harian Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kalteng tersebut.
Menurutnya, seseorang bakal sembuh dari penyakit ini setelah ada peningkatan daya tahan tubuh, antibodi naik dan kumannya tidak bisa hidup. Hanya saja untuk melakukan hal tersebut, diperlukan sejumlah waktu.
Ia menegaskan, kenaikan antibodi tidak sama pada setiap orang, ada yang lambat, bahkan tidak muncul sama sekali antibodinya karena dia menggunakan obat, atau karena penyakit tertentu.
"Standar obatnya tidak jelas, hal ini bahkan seringkali masih menjadi perdebatan atau perbedaan pendapat dari para ahli di bidang kesehatan," terang Suyuti.
Baca juga: Malaysia masuki fase pemulihan dalam penanganan COVID-19
Baca juga: Muhammadiyah ajak masyarakat jangan larut teori konspirasi COVID-19
Baca juga: Bartim rujuk empat PDP COVID-19 ke RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya
Baru-baru ini tersiar kabar, terapi plasma darah mampu sembuhkan virus tersebut. Ia menjabarkan, hal itu masih belum bisa menjadi acuan, terlebih tidak bisa diterapkan kepada semua orang karena risiko tertentu. Sehingga semuanya, tidak sesederhana yang dibayangkan.
Adapun berdasarkan rilis terbaru Tim Gugus Tugas COVID-19 Kalteng pada Selasa (28/4), ada sebanyak 11 pasien positif yang dinyatakan sembuh hingga saat ini, dari total positif COVID-19 yang jumlahnya sudah lebih dari 100 kasus.
Untuk itulah tak henti-hentinya pihaknya meminta dukungan masyarakat, dalam upaya memutus rantai penyebaran COVID-19. Yakni dengan benar-benar mengikuti anjuran pemerintah, melalui penerapan pembatasan sosial, tidak melakukan kontak fisik, penerapan hidup bersih dan sehat, menggunakan masker jika terpaksa keluar rumah dan lainnya.
Baca juga: Tenaga medis COVID-19 di Thailand merasa tertekan
Baca juga: Tenaga kesehatan positif COVID-19 di Kalteng, salah satunya dokter
Baca juga: Penderita COVID-19 yang meninggal kebanyakan berusia 30-59 tahun