Jakarta (ANTARA) - Pandemi virus corona baru COVID-19 yang diikuti karantina wilayah di berbagai penjuru dunia sempat melumpuhkan aktivitas penerbangan, meskipun sekarang beberapa maskapai di sejumlah negara sudah kembali melayani penumpang.
Kesulitan maskapai akibat pembatasan sosial berimbas pada hulu industri ini, yakni produsen pesawat terbang. Boeing di antaranya, memutuskan untuk memangkas ribuan karyawannya baru-baru ini.
Dave Calboun, Presiden dan CEO Boeing, salah satu produsen pesawat terbesar dunia yang berbasis di AS, Rabu (27/5), waktu setempat menyatakan bahwa Boeing terpaksa harus memberhentikan (PHK) 6.770 karyawannya sebagai dampak pandemi COVID-19.
Ini merupakan pemangkasan jumlah pekerja gelombang kedua setelah sebelumnya Boeing mengeluarkan program PHK sukarela.
"Setelah pengumuman pengurangan kekuatan yang kami buat bulan lalu, kami telah menyelesaikan program PHK sukarela. Dan sekarang kita sampai pada saat yang tidak menguntungkan karena harus memulai PHK tidak sukarela," kata Dave dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan Boeing.
Baca juga: Lion Group kembali layani penerbangan di daerah ini
Boeing, kata Dave, sudah memberitahu 6.770 karyawannya di AS minggu ini bahwa mereka akan terdampak. Boeing akan menyampaikan semua dukungannya bagi karyawan yang terkena PHK, termasuk pembayaran pesangon, cakupan perawatan kesehatan untuk karyawan AS dan layanan transisi karier.
Operasi internasional Boeing di beberapa negara juga melakukan pengurangan pekerja, yang akan dikomunikasikan secara lokal sesuai jadwal masing-masing dan sesuai ketentuan setempat.
Dampak menghancurkan pandemi COVID-19 pada industri penerbangan, menurut Dave, berarti pengurangan dalam jumlah jet komersial dan layanan yang dibutuhkan pelanggan Boeing selama beberapa tahun ke depan, yang pada gilirannya berarti lebih sedikit tenaga kerja dibutuhkan.
"Kami telah melakukan yang terbaik untuk memproyeksikan kebutuhan pelanggan maskapai komersial kami selama beberapa tahun ke depan ketika mereka memulai jalan mereka menuju pemulihan," jelas Dave.
Baca juga: Penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit belum normal
CEO Boeing juga berbicara melalui video untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terkena PHK atas sumbangsihnya bagi perusahaan.
Dave optimistis bisnis penerbangan akan kembali bangkit. Beberapa pelanggannya melaporkan mulai melayani penumpang. Beberapa negara dan negara bagian AS mulai dengan hati-hati untuk membuka kembali perekonomian mereka.
Pada divisi pertahanan, luar angkasa & keamanan Boeing juga mencapai kemajuan baru, termasuk keberhasilan kembali ke orbit dari Kendaraan Uji Orbital X-37B yang dapat digunakan kembali dan otonom.
"Kami bergerak maju dengan rencana kami untuk memulai kembali produksi 737 MAX di Renton, Washington, seiring upaya pengembalian layanan kami terus berlanjut. Dan tim Layanan Global kami mengubah organisasinya untuk memastikannya ramping dan fokus pada kebutuhan pasca-COVID pelanggannya," terang Dave.
Tetapi tanda-tanda pemulihan akhirnya ini tidak berarti kesehatan global dan krisis ekonomi telah berakhir, industri penerbangan, menurut Dave, butuh beberapa tahun untuk pulih ke kondisi semula dua bulan lalu.
Baca juga: Garuda Indonesia mulai hari ini buka kembali reservasi penerbangan
Baca juga: Skema pembatasan penerbangan selama masa mudik
Baca juga: Bandara Soekarno-Hatta tutup penerbangan hingga 1 Juni
Kesulitan maskapai akibat pembatasan sosial berimbas pada hulu industri ini, yakni produsen pesawat terbang. Boeing di antaranya, memutuskan untuk memangkas ribuan karyawannya baru-baru ini.
Dave Calboun, Presiden dan CEO Boeing, salah satu produsen pesawat terbesar dunia yang berbasis di AS, Rabu (27/5), waktu setempat menyatakan bahwa Boeing terpaksa harus memberhentikan (PHK) 6.770 karyawannya sebagai dampak pandemi COVID-19.
Ini merupakan pemangkasan jumlah pekerja gelombang kedua setelah sebelumnya Boeing mengeluarkan program PHK sukarela.
"Setelah pengumuman pengurangan kekuatan yang kami buat bulan lalu, kami telah menyelesaikan program PHK sukarela. Dan sekarang kita sampai pada saat yang tidak menguntungkan karena harus memulai PHK tidak sukarela," kata Dave dalam pernyataan resmi yang dipublikasikan Boeing.
Baca juga: Lion Group kembali layani penerbangan di daerah ini
Boeing, kata Dave, sudah memberitahu 6.770 karyawannya di AS minggu ini bahwa mereka akan terdampak. Boeing akan menyampaikan semua dukungannya bagi karyawan yang terkena PHK, termasuk pembayaran pesangon, cakupan perawatan kesehatan untuk karyawan AS dan layanan transisi karier.
Operasi internasional Boeing di beberapa negara juga melakukan pengurangan pekerja, yang akan dikomunikasikan secara lokal sesuai jadwal masing-masing dan sesuai ketentuan setempat.
Dampak menghancurkan pandemi COVID-19 pada industri penerbangan, menurut Dave, berarti pengurangan dalam jumlah jet komersial dan layanan yang dibutuhkan pelanggan Boeing selama beberapa tahun ke depan, yang pada gilirannya berarti lebih sedikit tenaga kerja dibutuhkan.
"Kami telah melakukan yang terbaik untuk memproyeksikan kebutuhan pelanggan maskapai komersial kami selama beberapa tahun ke depan ketika mereka memulai jalan mereka menuju pemulihan," jelas Dave.
Baca juga: Penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit belum normal
CEO Boeing juga berbicara melalui video untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang terkena PHK atas sumbangsihnya bagi perusahaan.
Dave optimistis bisnis penerbangan akan kembali bangkit. Beberapa pelanggannya melaporkan mulai melayani penumpang. Beberapa negara dan negara bagian AS mulai dengan hati-hati untuk membuka kembali perekonomian mereka.
Pada divisi pertahanan, luar angkasa & keamanan Boeing juga mencapai kemajuan baru, termasuk keberhasilan kembali ke orbit dari Kendaraan Uji Orbital X-37B yang dapat digunakan kembali dan otonom.
"Kami bergerak maju dengan rencana kami untuk memulai kembali produksi 737 MAX di Renton, Washington, seiring upaya pengembalian layanan kami terus berlanjut. Dan tim Layanan Global kami mengubah organisasinya untuk memastikannya ramping dan fokus pada kebutuhan pasca-COVID pelanggannya," terang Dave.
Tetapi tanda-tanda pemulihan akhirnya ini tidak berarti kesehatan global dan krisis ekonomi telah berakhir, industri penerbangan, menurut Dave, butuh beberapa tahun untuk pulih ke kondisi semula dua bulan lalu.
Baca juga: Garuda Indonesia mulai hari ini buka kembali reservasi penerbangan
Baca juga: Skema pembatasan penerbangan selama masa mudik
Baca juga: Bandara Soekarno-Hatta tutup penerbangan hingga 1 Juni