Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Kota Palangka Raya mengajak warga setempat mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhurla) pada musim kemarau tahun ini.
"Informasi dari BMKG tahun ini kita akan mengalami kemarau basah, namun ancaman karhutla masih tetap harus kita waspadai dan kita antisipasi bersama. Apalagi saat ini juga juga tengah dilanda pandemi COVID-19," kata Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani di Palangka Raya, Senin.
Dia mengatakan wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla di "Kota Cantik" itu sama seperti sebelumnya, yakni Kecamatan Jekan Raya.
"Tahun ini kita harus bekerja lebih keras. Jangan sampai saat kita tengah berjuang menangani COVID-19, kita juga disibukkan dengan penanganan karhutla. Apalagi pandemi ini telah terjadi sejak lama sehingga memakan anggaran dan tenaga petugas," katanya.
Upaya mengantisipasi Kota Palangka Raya dari kebakaran hutan dan lahan, katanya, tidak bisa hanya mengandalkan program pemerintah.
Keikutsertaan masyarakat dalam mengantisipasi dan penanganan karhutla, katanya, menentukan keberhasilan program pemerintah.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Palangka Raya Hasan Busyairi mengingatkan BPBD setempat mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di tengah pandemi COVID-19.
"BPBD kota selain fokus menangani pandemi COVID-19 diharapkan juga wajib mempersiapkan tim atau personelnya untuk mengantisipasi persoalan ancaman bencana karhutla, karena daerah kita memasuki musim kemarau," kata dia.
Dia menyarankan petugas BPBD dibagi menjadi dua kelompok dengan fokus pekerjaan masing-masing berbeda, di antaranya penanganan pandemi COVID-19 dan antisipasi karhutla.
Apabila hal tersebut diberlakukan, katanya, pencegahan karhutla di daerah itu berjalan sesuai dengan harapan karena pencegahan lebih baik dibandingkan dengan mengatasi.
Hasan juga mengimbau masyarakat setempat tidak membakar lahan, khususnya saat kemarau.
"Peran masyarakat tentunya sangatlah penting dalam mendukung pemkot dan instansi terkait mengantisipasi terjadinya karhutla. Karena apabila gagal mengantisipasi karhutla, maka akan berdampak besar kepada masyarakat apalagi di tengah pandemi COVID-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya," katanya.
"Informasi dari BMKG tahun ini kita akan mengalami kemarau basah, namun ancaman karhutla masih tetap harus kita waspadai dan kita antisipasi bersama. Apalagi saat ini juga juga tengah dilanda pandemi COVID-19," kata Kepala BPBD Kota Palangka Raya Emi Abriyani di Palangka Raya, Senin.
Dia mengatakan wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla di "Kota Cantik" itu sama seperti sebelumnya, yakni Kecamatan Jekan Raya.
"Tahun ini kita harus bekerja lebih keras. Jangan sampai saat kita tengah berjuang menangani COVID-19, kita juga disibukkan dengan penanganan karhutla. Apalagi pandemi ini telah terjadi sejak lama sehingga memakan anggaran dan tenaga petugas," katanya.
Upaya mengantisipasi Kota Palangka Raya dari kebakaran hutan dan lahan, katanya, tidak bisa hanya mengandalkan program pemerintah.
Keikutsertaan masyarakat dalam mengantisipasi dan penanganan karhutla, katanya, menentukan keberhasilan program pemerintah.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Palangka Raya Hasan Busyairi mengingatkan BPBD setempat mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan di tengah pandemi COVID-19.
"BPBD kota selain fokus menangani pandemi COVID-19 diharapkan juga wajib mempersiapkan tim atau personelnya untuk mengantisipasi persoalan ancaman bencana karhutla, karena daerah kita memasuki musim kemarau," kata dia.
Dia menyarankan petugas BPBD dibagi menjadi dua kelompok dengan fokus pekerjaan masing-masing berbeda, di antaranya penanganan pandemi COVID-19 dan antisipasi karhutla.
Apabila hal tersebut diberlakukan, katanya, pencegahan karhutla di daerah itu berjalan sesuai dengan harapan karena pencegahan lebih baik dibandingkan dengan mengatasi.
Hasan juga mengimbau masyarakat setempat tidak membakar lahan, khususnya saat kemarau.
"Peran masyarakat tentunya sangatlah penting dalam mendukung pemkot dan instansi terkait mengantisipasi terjadinya karhutla. Karena apabila gagal mengantisipasi karhutla, maka akan berdampak besar kepada masyarakat apalagi di tengah pandemi COVID-19 yang belum diketahui kapan berakhirnya," katanya.