Jakarta (ANTARA) - Garuda Indonesia memutuskan untuk menunda kedatangan pesawat yakni empat pesawat Airbus dan 49 pesawat Boeing akibat pandemi COVID-19.
“Tahun ini seharusnya Garuda menerima empat pesawat Airbus. Kita sedang negosiasi dengan Airbus untuk menunda penerimaan itu,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa.
Selain itu, ia juga menunda kedatangan 49 Boeing 737 Max series dan pihaknya baru menerima satu unit dan hingga saat ini masih dikandangkan menyusul kejadian jatuhnya pesawat PK-LQP Lion Air JT 610 akhir 2018.
“Kesepakatan semua pesawat tersebut kita ‘grounded’-kan. Secara kontrak kita seharusnya menerima 49 unit. Struktur personel kita memang disiapkan untuk kedatangan pesawat tersebut, disiapkan untuk penambahan rute dan jumlah penumpang,” katanya.
Irfan mengatakan pihaknya juga telah merenegosiasi sewa pesawat ke perusahaan “leasing” agar diberikan relaksasi pembayaran setoran per bulan yang mencapai 70 juta dolar AS.
“Biaya salah satunya yang paling besar adalah sewa pesawat. Kita terus menerus mendiskusikan kondisi ini kepada para lessor. ada beberapa lessor yang alami kesulitan. Nampaknya hari ini lessor tidak bersedia untuk pesawatnya dikembalikan ke mereka karena pada dasarnya dengan kondisi dunia penerbangan di seluruh dunia hari ini, tidak ada maskapai yang membutuhkan pesawat baru,” ujarnya.
Garuda juga memutuskan untuk pengembalian armada pesawat Bombardier CRJ-1000 dan Airbus yang dinilai tidak cocok.
“Yang kedua adalah pesawat yang tidak cocok buat Garuda kita kembalikan. Kontraknya ada yang 10 tahun, 12 tahun,” katanya.
Untuk pesawat Bombardier CRJ-1000 terdapat 18 unit yang akan dikembalikan.
“CRJ ada 18 pesawat, hari ini ‘full grounded’ (dikandangkan total). Ini yang kita sedang lagi coba ‘possibility’ (kemungkinan) dikembalikan ke mereka,” katanya.
“Tahun ini seharusnya Garuda menerima empat pesawat Airbus. Kita sedang negosiasi dengan Airbus untuk menunda penerimaan itu,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Selasa.
Selain itu, ia juga menunda kedatangan 49 Boeing 737 Max series dan pihaknya baru menerima satu unit dan hingga saat ini masih dikandangkan menyusul kejadian jatuhnya pesawat PK-LQP Lion Air JT 610 akhir 2018.
“Kesepakatan semua pesawat tersebut kita ‘grounded’-kan. Secara kontrak kita seharusnya menerima 49 unit. Struktur personel kita memang disiapkan untuk kedatangan pesawat tersebut, disiapkan untuk penambahan rute dan jumlah penumpang,” katanya.
Irfan mengatakan pihaknya juga telah merenegosiasi sewa pesawat ke perusahaan “leasing” agar diberikan relaksasi pembayaran setoran per bulan yang mencapai 70 juta dolar AS.
“Biaya salah satunya yang paling besar adalah sewa pesawat. Kita terus menerus mendiskusikan kondisi ini kepada para lessor. ada beberapa lessor yang alami kesulitan. Nampaknya hari ini lessor tidak bersedia untuk pesawatnya dikembalikan ke mereka karena pada dasarnya dengan kondisi dunia penerbangan di seluruh dunia hari ini, tidak ada maskapai yang membutuhkan pesawat baru,” ujarnya.
Garuda juga memutuskan untuk pengembalian armada pesawat Bombardier CRJ-1000 dan Airbus yang dinilai tidak cocok.
“Yang kedua adalah pesawat yang tidak cocok buat Garuda kita kembalikan. Kontraknya ada yang 10 tahun, 12 tahun,” katanya.
Untuk pesawat Bombardier CRJ-1000 terdapat 18 unit yang akan dikembalikan.
“CRJ ada 18 pesawat, hari ini ‘full grounded’ (dikandangkan total). Ini yang kita sedang lagi coba ‘possibility’ (kemungkinan) dikembalikan ke mereka,” katanya.