Jakarta (ANTARA) - Penyidik kepolisian menyebut Yodi Prabowo, editor Metro TV yang diduga kuat meninggal dunia akibat bunuh diri, positif mengonsumsi narkoba.
"Hasil 'screening' (penyaringan) narkoba, di dalam urine (Yodi) kami temukan ampetamin positif," kata Dokter Spesialis Forensik Instalasi Dokfor Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Kramat Jati Jakarta Timur, Arif Wahyono di Polda Metro Jaya, Sabtu.
Arif mengatakan fakta tersebut didapatkan saat polisi melakukan autopsi terhadap jasad Yodi. Amfetamin diketahui sebagai zat yang kerap ditemui dalam narkoba jenis pil ekstasi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat menambahkan, kandungan ekstasi di dalam tubuh Yodi turut memperkuat dugaan bunuh diri.
Tubagus menyebut seseorang yang berada dalam pengaruh narkoba bisa melakukan hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh orang normal.
Baca juga: Editor Metro TV dibunuh, polisi periksa 20 saksi
"Apa pengaruhnya yang oleh orang normal tidak mungkin? Meningkatkan keberanian orang luar biasa. Maka yang harus diukur pengaruh amfetamin terhadap keberanian yang tidak mungkin dilakukan korban," jelas Tubagus.
Polisi menduga kuat editor Metro TV, Yodi Prabowo meninggal dunia akibat bunuh diri dengan menusuk dirinya sendiri menggunakan pisau.
"Dari beberapa faktor, penjelasan, keterangan ahli keterangan saksi, olah TKP, keterangan yang lain dan bukti petunjuk yang lain maka penyidik sampai saat ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri," kata Tubagus.
Tubagus mengatakan berdasarkan hasil autopsi, Yodi meninggal akibat luka senjata tajam di bagian leher sebanyak dua tusukan menembus tenggorokan dan empat tusukan di bagian dada menembus ke paru-paru bagian bawah.
Baca juga: Polisi kerahkan anjing pelacak untuk ungkap kasus pembunuhan editor Metro TV
Berdasarkan keterangan ahli, orang yang berniat bunuh diri kerap mencoba melukai dirinya sendiri dan indikasi tersebut ditemukan dokter forensik dari jenazah Yodi.
"Ditemukan fakta bahwa empat luka di dada, tiga di antaranya hanya luka dangkal 1-2 sentimeter, itu yang dianggap percobaan," imbuh Tubagus.
Sedangkan luka yang menjadi penyebab kematian adalah luka di leher sebanyak empat tusukan. Ada tiga tusukan sedalam dua sentimeter, sedangkan tusukan terakhir cukup dalam yakni sedalam 12 sentimeter.
Meski demikian Tubagus mengatakan pihaknya belum menutup kasus tersebut dan akan terus menampung berbagai informasi dan masukan dari berbagai pihak yang mungkin mempunyai informasi mengenai kasus ini.
Baca juga: Ditemukan ada luka tusuk dan bekas pukulan di tubuh editor Metro TV
"Lalu bagaimana ini perkaranya? Kami tetap membuka diri. Kalau ada memang informasi dan lain sebagainya," ujarnya.
"Hasil 'screening' (penyaringan) narkoba, di dalam urine (Yodi) kami temukan ampetamin positif," kata Dokter Spesialis Forensik Instalasi Dokfor Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I Kramat Jati Jakarta Timur, Arif Wahyono di Polda Metro Jaya, Sabtu.
Arif mengatakan fakta tersebut didapatkan saat polisi melakukan autopsi terhadap jasad Yodi. Amfetamin diketahui sebagai zat yang kerap ditemui dalam narkoba jenis pil ekstasi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat menambahkan, kandungan ekstasi di dalam tubuh Yodi turut memperkuat dugaan bunuh diri.
Tubagus menyebut seseorang yang berada dalam pengaruh narkoba bisa melakukan hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh orang normal.
Baca juga: Editor Metro TV dibunuh, polisi periksa 20 saksi
"Apa pengaruhnya yang oleh orang normal tidak mungkin? Meningkatkan keberanian orang luar biasa. Maka yang harus diukur pengaruh amfetamin terhadap keberanian yang tidak mungkin dilakukan korban," jelas Tubagus.
Polisi menduga kuat editor Metro TV, Yodi Prabowo meninggal dunia akibat bunuh diri dengan menusuk dirinya sendiri menggunakan pisau.
"Dari beberapa faktor, penjelasan, keterangan ahli keterangan saksi, olah TKP, keterangan yang lain dan bukti petunjuk yang lain maka penyidik sampai saat ini berkesimpulan bahwa yang bersangkutan diduga kuat melakukan bunuh diri," kata Tubagus.
Tubagus mengatakan berdasarkan hasil autopsi, Yodi meninggal akibat luka senjata tajam di bagian leher sebanyak dua tusukan menembus tenggorokan dan empat tusukan di bagian dada menembus ke paru-paru bagian bawah.
Baca juga: Polisi kerahkan anjing pelacak untuk ungkap kasus pembunuhan editor Metro TV
Berdasarkan keterangan ahli, orang yang berniat bunuh diri kerap mencoba melukai dirinya sendiri dan indikasi tersebut ditemukan dokter forensik dari jenazah Yodi.
"Ditemukan fakta bahwa empat luka di dada, tiga di antaranya hanya luka dangkal 1-2 sentimeter, itu yang dianggap percobaan," imbuh Tubagus.
Sedangkan luka yang menjadi penyebab kematian adalah luka di leher sebanyak empat tusukan. Ada tiga tusukan sedalam dua sentimeter, sedangkan tusukan terakhir cukup dalam yakni sedalam 12 sentimeter.
Meski demikian Tubagus mengatakan pihaknya belum menutup kasus tersebut dan akan terus menampung berbagai informasi dan masukan dari berbagai pihak yang mungkin mempunyai informasi mengenai kasus ini.
Baca juga: Ditemukan ada luka tusuk dan bekas pukulan di tubuh editor Metro TV
"Lalu bagaimana ini perkaranya? Kami tetap membuka diri. Kalau ada memang informasi dan lain sebagainya," ujarnya.