Surabaya (ANTARA) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim meminta mahasiswa mengubah paradigma pendidikan setelah pandemi COVID-19 berakhir nanti sesuai dengan program "Kampus Merdeka".
"Saya berharap pada mahasiswa yang telah melewati berbagai perubahan akibat pandemi untuk mengubah paradigma mereka. Mahasiswa harus yakin bahwa mereka bisa menjadi penggerak. Mereka bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat," ujar Nadiem dalam Webinar Nasional bertema "Recovery Pembangunan Nasional Pasca-pandemi melalui Konsep Pentahelix" yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa.
Menurut dia, pendidikan tidak dapat berdiri sendiri dalam pembangunan nasional sehingga diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pengusaha dan media yang disebut dengan konsep pentaheliks.
Baca juga: Nadiem Makarim: Sekolah jangan maksa muridnya belajar di sekolah
Nadiem meyakini tujuan tersebut tak bisa dicapai tanpa partisipasi dosen dan praktisi.
Menurutnya, mahasiswa didorong sebanyak mungkin mencari pengalaman melalui perkuliahan di luar studi keilmuannya, magang di perusahaan dan pengabdian pada masyarakat.
"Dosen juga harus memperbanyak pengalaman di luar kampus. Mahasiswa harus difasilitasi dengan mendatangkan praktisi-praktisi dari luar kampus," ucapnya.
Selain itu, program studi juga dituntut menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi, organisasi hingga perusahaan di luar kampus sehingga suatu instansi pendidikan tinggi dapat memiliki spesialisasi keilmuannya masing-masing.
"Tidak ada inovasi atau perubahan, tanpa mengambil risiko. Kita harus keluar dari zona nyaman," ucapnya.
Baca juga: Mendikbud: Tidak ada keputusan peleburan mata pelajaran agama
Nadiem juga berharap melalui "Kampus Merdeka" dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship (kewirausahaan) dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi.
Orientasi lulusan bukan lagi mencari pekerjaan saja, namun berorientasi membantu masyarakat, khususnya masyarakat terdampak pandemi.
Senada dengan Nadiem, Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof Nurhasan menyampaikan komitmen untuk mendukung penuh program "Kampus Merdeka".
Ia melihat program tersebut bisa menjadi momentum peran akademisi dalam pembangunan nasional pascapandemi.
Baca juga: Nadiem: PIP dan KIP Kuliah masih dikelola Kemendikbud
"Pada prosesnya, konsep merdeka belajar ini akan memberikan pengaruh pada ekosistem pentaheliks, yakni suatu sinergi yang menghubungkan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, dunia usaha, masyarakat dan pemerintah," katanya.
Bukan hanya mahasiswa, peran pilar akademisi juga harus didukung oleh instansi atau universitas, dosen dan praktisi pendidikan.
Bahkan dalam waktu dekat, Unesa akan meresmikan Laboratorium Merdeka Belajar sebagai bentuk dukungan Unesa dalam program "Kampus Merdeka".
"Kami siap membantu Pak Menteri dalam mewujudkan ide-ide dan inovasi-inovasinya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa depan," tuturnya.
Baca juga: Kualitas guru penentu pada pembelajaran daring
Baca juga: Pendidikan bukan sesuatu yang dilakukan di sekolah saja, kata Mendikbud
Baca juga: Mendikbud: Dana BOS bisa untuk guru honorer tanpa NUPTK
"Saya berharap pada mahasiswa yang telah melewati berbagai perubahan akibat pandemi untuk mengubah paradigma mereka. Mahasiswa harus yakin bahwa mereka bisa menjadi penggerak. Mereka bisa melakukan sesuatu untuk membantu masyarakat," ujar Nadiem dalam Webinar Nasional bertema "Recovery Pembangunan Nasional Pasca-pandemi melalui Konsep Pentahelix" yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Selasa.
Menurut dia, pendidikan tidak dapat berdiri sendiri dalam pembangunan nasional sehingga diperlukan kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pengusaha dan media yang disebut dengan konsep pentaheliks.
Baca juga: Nadiem Makarim: Sekolah jangan maksa muridnya belajar di sekolah
Nadiem meyakini tujuan tersebut tak bisa dicapai tanpa partisipasi dosen dan praktisi.
Menurutnya, mahasiswa didorong sebanyak mungkin mencari pengalaman melalui perkuliahan di luar studi keilmuannya, magang di perusahaan dan pengabdian pada masyarakat.
"Dosen juga harus memperbanyak pengalaman di luar kampus. Mahasiswa harus difasilitasi dengan mendatangkan praktisi-praktisi dari luar kampus," ucapnya.
Selain itu, program studi juga dituntut menjalin kemitraan dengan perguruan tinggi, organisasi hingga perusahaan di luar kampus sehingga suatu instansi pendidikan tinggi dapat memiliki spesialisasi keilmuannya masing-masing.
"Tidak ada inovasi atau perubahan, tanpa mengambil risiko. Kita harus keluar dari zona nyaman," ucapnya.
Baca juga: Mendikbud: Tidak ada keputusan peleburan mata pelajaran agama
Nadiem juga berharap melalui "Kampus Merdeka" dapat menumbuhkan jiwa entrepreneurship (kewirausahaan) dan mendorong mahasiswa untuk terus berinovasi.
Orientasi lulusan bukan lagi mencari pekerjaan saja, namun berorientasi membantu masyarakat, khususnya masyarakat terdampak pandemi.
Senada dengan Nadiem, Rektor Universitas Negeri Surabaya Prof Nurhasan menyampaikan komitmen untuk mendukung penuh program "Kampus Merdeka".
Ia melihat program tersebut bisa menjadi momentum peran akademisi dalam pembangunan nasional pascapandemi.
Baca juga: Nadiem: PIP dan KIP Kuliah masih dikelola Kemendikbud
"Pada prosesnya, konsep merdeka belajar ini akan memberikan pengaruh pada ekosistem pentaheliks, yakni suatu sinergi yang menghubungkan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, dunia usaha, masyarakat dan pemerintah," katanya.
Bukan hanya mahasiswa, peran pilar akademisi juga harus didukung oleh instansi atau universitas, dosen dan praktisi pendidikan.
Bahkan dalam waktu dekat, Unesa akan meresmikan Laboratorium Merdeka Belajar sebagai bentuk dukungan Unesa dalam program "Kampus Merdeka".
"Kami siap membantu Pak Menteri dalam mewujudkan ide-ide dan inovasi-inovasinya untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik di masa depan," tuturnya.
Baca juga: Kualitas guru penentu pada pembelajaran daring
Baca juga: Pendidikan bukan sesuatu yang dilakukan di sekolah saja, kata Mendikbud
Baca juga: Mendikbud: Dana BOS bisa untuk guru honorer tanpa NUPTK