Sampit (ANTARA) - Wacana bantuan telepon seluler atau ponsel untuk pelajar tidak mampu di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Tengah, perlu dipertimbangkan secara matang agar tidak malah menimbulkan masalah baru.
"Kita apresiasi rencana itu, tapi harus dipertimbangkan secara matang. Bagaimana dengan pelajar di pelosok di daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan internet? Jangan sampai hasilnya tidak efektif," kata anggota DPRD Kotawaringin Timur, Hendra Sia di Sampit, Selasa.
Wacana bantuan ponsel untuk pelajar tidak mampu, disampaikan pemerintah kabupaten menanggapi adanya keluhan orangtua siswa yang anaknya kesulitan mengikuti sistem belajar dalam jaringan (daring) atau online karena tidak memiliki ponsel yang memadai untuk mengikuti pelajaran.
Sistem daring atau online diberlakukan karena saat ini belum memungkinkan melaksanakan belajar dengan sistem tatap muka di sekolah di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi. Namun sebenarnya pemerintah tidak memaksakan sistem pembelajaran daring karena bisa pula dengan sistem luring atau luar jaringan bagi sekolah atau siswa yang terkendala fasilitas.
Hendra Sia tahu betul kondisi yang serba terbatas di kawasan pelosok. Seperti wilayah Utara yang merupakan daerah pemilihan yang diwakilinya, meliputi Kecamatan Parenggean, Antang Kalang, Telaga Antang, Mentaya Hulu, Tualan Hulu dan Bukit Santuai, masih banyak keterbatasan.
Baca juga: Youtuber pengunggah video provokatif bernuansa SARA dilaporkan ke polisi
Selain tingkat ekonomi masyarakat yang sebagian masih sangat perlu perhatian, sarana pendidikan di kawasan pelosok juga masih terbatas. Banyak pula desa yang belum terjangkau jaringan internet sehingga dipastikan tidak bisa memanfaatkan program bantuan ponsel untuk pelajar.
Untuk itulah Hendra Sia meminta pemerintah kabupaten memikirkan solusi terbaik bagi semua pelajar di setiap wilayah. Jangan sampai niat baik program bantuan tersebut malah menimbulkan masalah baru seperti kecemburuan sosial karena ponsel bukanlah barang murah.
Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini, keuangan daerah cukup terkuras untuk menangani wabah virus mematikan itu dan dampak yang ditimbulkannya. Perlu pertimbangan matang untuk mengalokasikan anggaran karena harus melihat skala prioritas.
"Sebisanya jangan sampai memberatkan orangtua murid. Saya rasa ada opsi lain yang juga efektif untuk sistem belajar ini, tanpa memaksakan pengadaan ponsel jika kondisinya belum memungkinkan," jelas Hendra Sia yang juga Sekretaris Komisi I.
Menurut Hendra Sia, sistem luring masih bisa dioptimalkan agar semua siswa bisa tetap mengikuti pelajaran, termasuk mereka yang tidak memiliki ponsel canggih. Diperlukan keikhlasan pihak sekolah dan guru untuk membantu seluruh peserta didik agar tetap bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik meski di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga: Perkantoran di Kotim diminta fasilitasi internet untuk pelajar
Baca juga: Pariwisata jadi harapan pelopor pemulihan ekonomi Kotim
"Kita apresiasi rencana itu, tapi harus dipertimbangkan secara matang. Bagaimana dengan pelajar di pelosok di daerah terpencil yang belum terjangkau jaringan internet? Jangan sampai hasilnya tidak efektif," kata anggota DPRD Kotawaringin Timur, Hendra Sia di Sampit, Selasa.
Wacana bantuan ponsel untuk pelajar tidak mampu, disampaikan pemerintah kabupaten menanggapi adanya keluhan orangtua siswa yang anaknya kesulitan mengikuti sistem belajar dalam jaringan (daring) atau online karena tidak memiliki ponsel yang memadai untuk mengikuti pelajaran.
Sistem daring atau online diberlakukan karena saat ini belum memungkinkan melaksanakan belajar dengan sistem tatap muka di sekolah di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi. Namun sebenarnya pemerintah tidak memaksakan sistem pembelajaran daring karena bisa pula dengan sistem luring atau luar jaringan bagi sekolah atau siswa yang terkendala fasilitas.
Hendra Sia tahu betul kondisi yang serba terbatas di kawasan pelosok. Seperti wilayah Utara yang merupakan daerah pemilihan yang diwakilinya, meliputi Kecamatan Parenggean, Antang Kalang, Telaga Antang, Mentaya Hulu, Tualan Hulu dan Bukit Santuai, masih banyak keterbatasan.
Baca juga: Youtuber pengunggah video provokatif bernuansa SARA dilaporkan ke polisi
Selain tingkat ekonomi masyarakat yang sebagian masih sangat perlu perhatian, sarana pendidikan di kawasan pelosok juga masih terbatas. Banyak pula desa yang belum terjangkau jaringan internet sehingga dipastikan tidak bisa memanfaatkan program bantuan ponsel untuk pelajar.
Untuk itulah Hendra Sia meminta pemerintah kabupaten memikirkan solusi terbaik bagi semua pelajar di setiap wilayah. Jangan sampai niat baik program bantuan tersebut malah menimbulkan masalah baru seperti kecemburuan sosial karena ponsel bukanlah barang murah.
Apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini, keuangan daerah cukup terkuras untuk menangani wabah virus mematikan itu dan dampak yang ditimbulkannya. Perlu pertimbangan matang untuk mengalokasikan anggaran karena harus melihat skala prioritas.
"Sebisanya jangan sampai memberatkan orangtua murid. Saya rasa ada opsi lain yang juga efektif untuk sistem belajar ini, tanpa memaksakan pengadaan ponsel jika kondisinya belum memungkinkan," jelas Hendra Sia yang juga Sekretaris Komisi I.
Menurut Hendra Sia, sistem luring masih bisa dioptimalkan agar semua siswa bisa tetap mengikuti pelajaran, termasuk mereka yang tidak memiliki ponsel canggih. Diperlukan keikhlasan pihak sekolah dan guru untuk membantu seluruh peserta didik agar tetap bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik meski di tengah kondisi pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga: Perkantoran di Kotim diminta fasilitasi internet untuk pelajar
Baca juga: Pariwisata jadi harapan pelopor pemulihan ekonomi Kotim