Jakarta (ANTARA) - Setelah memblokir sejumlah aplikasi asal China, termasuk TikTok, India kini memblokir 118 aplikasi lainnya, salah satunya game populer milik Tencent, PUBG, dalam upaya meningkatkan tekanan pada perusahaan teknologi China menyusul perselisihan dengan Beijing di wilayah perbatasan.
Dikutip dari Reuters, Kamis, 118 aplikasi yang diblokir sebagian besar berasal dari China, termasuk aplikasi dari Baidu dan ShareSave milik Xiaomi.
Larangan itu diumumkan sehari setelah pejabat India mengatakan pasukan dikerahkan di empat titik setelah India menyebut terdapat upaya serangan China di sepanjang perbatasan Himalaya yang menjadi wilayah yang disengketakan.
Kementerian Teknologi India mengatakan aplikasi tersebut merupakan ancaman bagi kedaulatan dan keamanan India.
"Aplikasi ini mengumpulkan dan membagikan data secara diam-diam dan membahayakan data dan informasi pribadi pengguna yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara," kata Kementarerian Teknologi India.
Larangan tersebut merupakan pukulan bagi Tencent di India di mana PUBG, game battle royale, sangat populer di negara tersebut.
India menempati peringkat No.1 di dunia dalam hal unduhan PUBG, terhitung sekitar 175 juta pemasangan, atau 24 persen dari total, menurut perusahaan analitik aplikasi SensorTower.
Pada bulan Juni, India pertama kali memblokir 59 aplikasi asal China, termasuk TikTok milik ByteDance, WeChat milik Tencent dan UC Browser milik Alibaba.
Langkah, yang oleh menteri teknologi India disebut sebagai "serangan digital," itu diambil setelah pertempuran dengan pasukan China yang menewaskan 20 tentara India di perbatasan Himalaya.
Ketegangan antara New Delhi dan Beijing semakin memanas sejak saat itu, dan sumber mengatakan kepada Reuters bulan lalu tentang adanya 47 aplikasi lain yang diblokir.
Pembokliran tersebut telah menghentikan operasi bisnis beberapa perusahaan China di India. Kebijakan tersebut juga memaksa Alibaba, investor utama sejumlah startup teknologi India, untuk menunda semua rencana investasi di negara itu setidaknya selama enam bulan.
Analis teknologi melihat adanya risiko pada perubahan mendadak dalam lingkungan bisnis yang akan menghalangi investasi China secara lebih umum.
"Larangan aplikasi tidak hanya memberikan sinyal negatif kepada perusahaan dan investor China yang sudah ada di India, tetapi bahkan mereka yang menunggu iklim yang menguntungkan untuk berinvestasi di India kemungkinan bisa mundur sekarang," kata Atul Pandey dari firma hukum Khaitan & Co yang memiliki beberapa klien China.
Dikutip dari Reuters, Kamis, 118 aplikasi yang diblokir sebagian besar berasal dari China, termasuk aplikasi dari Baidu dan ShareSave milik Xiaomi.
Larangan itu diumumkan sehari setelah pejabat India mengatakan pasukan dikerahkan di empat titik setelah India menyebut terdapat upaya serangan China di sepanjang perbatasan Himalaya yang menjadi wilayah yang disengketakan.
Kementerian Teknologi India mengatakan aplikasi tersebut merupakan ancaman bagi kedaulatan dan keamanan India.
"Aplikasi ini mengumpulkan dan membagikan data secara diam-diam dan membahayakan data dan informasi pribadi pengguna yang dapat menimbulkan ancaman serius bagi keamanan negara," kata Kementarerian Teknologi India.
Larangan tersebut merupakan pukulan bagi Tencent di India di mana PUBG, game battle royale, sangat populer di negara tersebut.
India menempati peringkat No.1 di dunia dalam hal unduhan PUBG, terhitung sekitar 175 juta pemasangan, atau 24 persen dari total, menurut perusahaan analitik aplikasi SensorTower.
Pada bulan Juni, India pertama kali memblokir 59 aplikasi asal China, termasuk TikTok milik ByteDance, WeChat milik Tencent dan UC Browser milik Alibaba.
Langkah, yang oleh menteri teknologi India disebut sebagai "serangan digital," itu diambil setelah pertempuran dengan pasukan China yang menewaskan 20 tentara India di perbatasan Himalaya.
Ketegangan antara New Delhi dan Beijing semakin memanas sejak saat itu, dan sumber mengatakan kepada Reuters bulan lalu tentang adanya 47 aplikasi lain yang diblokir.
Pembokliran tersebut telah menghentikan operasi bisnis beberapa perusahaan China di India. Kebijakan tersebut juga memaksa Alibaba, investor utama sejumlah startup teknologi India, untuk menunda semua rencana investasi di negara itu setidaknya selama enam bulan.
Analis teknologi melihat adanya risiko pada perubahan mendadak dalam lingkungan bisnis yang akan menghalangi investasi China secara lebih umum.
"Larangan aplikasi tidak hanya memberikan sinyal negatif kepada perusahaan dan investor China yang sudah ada di India, tetapi bahkan mereka yang menunggu iklim yang menguntungkan untuk berinvestasi di India kemungkinan bisa mundur sekarang," kata Atul Pandey dari firma hukum Khaitan & Co yang memiliki beberapa klien China.