Jakarta (ANTARA) - Bagi sebagian orang, mengenakan masker bisa jadi tidak nyaman, panas dan menyulitkan bernapas sehingga memakai face shield menjadi pilihan.

Namun, pelindung wajah ini tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan sendiri demi mencegah penyebaran infeksi virus termasuk SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan melalui udara. Benda ini harus digunakan bersama dengan masker untuk perlindungan optimal.

Inilah alasan staf rumah sakit dan orang-orang di area berisiko tinggi terkena COVID-19 mengenakan masker dan face shield secara bersamaan.

Pelindung wajah biasanya berupa lembaran plastik bening kaku atau semi-kaku yang melengkung di sekitar wajah Anda, tetapi tidak menempel di samping kulit di pipi atau di bawah mulut Anda.

Baca juga: Eiger luncurkan masker merah putih hingga 'face shield' anti-embun

Alat ini digunakan untuk melindungi pemakainya dari cipratan cairan tubuh yang bisa mengenai mata dan wajah mereka.

Di sisi lain, masker, jika dikenakan dengan benar menutupi sekitar hidung, pipi, dan dagu untuk menahan tetesan udara masuk dan mencegah tetesan dari luar terhirup.

Peneliti dari Florida Atlantic University College of Engineering and Computer Science melakukan eksperimen untuk melihat bagaimana tetesan bekerja ketika seseorang bersin atau batuk saat mengenakan pelindung wajah tanpa masker. Akankah pelindung wajah melindungi orang-orang di sekitar mereka? Jawabannya tidak.

Menurut peneliti, face shield menghentikan percikan tetesan setelah bersin atau batuk dan tetesan itu kemudian bergerak melintasi pelindung dan menyebar ke sisi dan bawahnya, memasuki lingkungan sekitarnya.

Baca juga: Bisa makan tanpa takut virus, Jepang buat masker dengan gagang

Meskipun masker dapat menyaring tetesan pernapasan saat Anda menarik napas, ruang terbuka di sekitar pelindung wajah memungkinkan aliran udara yang mungkin terkontaminasi di bawah pelindung bisa Anda hirup.

Para peneliti mengamati masker berkatup yang menurut produsen lebih nyaman untuk bernapas dan sama amannya dengan masker biasa. Ini tidak sama dengan masker resmi N-95, yang dirancang khusus untuk keamanan optimal.

Mereke menemukan, masker berkatup tidak menyaring virus apa pun. Jadi setiap kali Anda bernafas, jika Anda terkena virus, virus itu dikirim ke luar masker, ke tempat terbuka.

“Pengamatan kami menunjukkan, untuk meminimalkan penyebaran COVID-19 di komunitas, mungkin lebih baik menggunakan kain berkualitas tinggi atau masker bedah yang memiliki desain polos, daripada pelindung wajah dan masker yang dilengkapi dengan katup napas,” kata para peneliti seperti dilansir Medical Daily, Kamis (3/9).

Baca juga: Cara merawat wajah berjerawat karena mengenakan masker

Baca juga: Begini cara penggunaan masker yang tepat

Baca juga: Amankah menggunakan masker buatan sendiri?

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024