Jakarta (ANTARA) - Beraktivitas di rumah saja selama pandemi mempengaruhi perilaku konsumen di Indonesia termasuk dalam hal berbelanja, yang menurut data Twitter terdapat 89 persen pengguna mereka yang melakukan pembelian secara online pada kuartal I.
Hasil survei Twitter terhadap konsumen di enam negara di Asia Tenggara (Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam) memberikan insight bermanfaat yang dapat dijadikan referensi bagi brand atau pelaku bisnis untuk mempersiapkan kampanye dan pemanfaatan Twitter yang efektif jelang momen belanja.
Country Industry Head, Twitter Indonesia, Dwi Adriansah mengatakan perubahan pola belanja di Indonesia sejalan dengan tuntutan untuk lebih banyak di rumah serta perkembangan layanan perbankan online, kampanye di media sosial, dan gebrakan kampanye dari platform e-Commerce.
"Kami melihat adanya perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih belanja dan mendapatkan rekomendasi secara online. Dengan demikian, brand juga harus melakukan penyesuaian terhadap bagaimana mereka berkomunikasi dengan konsumen," kata Dwi dalam jumpa pers virtual "ShoppingDays on Twitter", Kamis.
Baca juga: Ingin jadi reseller? Ikuti tips ini
Berdasarkan hasil riset Twitter, setidaknya ada lima perilaku konsumen yang dapat dipelajari oleh para pelaku bisnis agar produknya dapat menarik minat konsumen, berikut adalah penjelasannya.
1. Pergeseran offline ke online
Menurut data dari Toluna, Haris Interactive di periode akhir Juli, sebanyak 59 persen pengguna Twitter di Indonesia berbelanja online untuk produk-produk yang biasanya dibeli secara offline. Berdasarkan hasil survei, terdapat kenaikan lebih dari 2 persen pada awal Juli di mana memperlihatkan sebanyak banyak orang berbelanja online.
Berdasarkan survei GWI, berikut ini adalah kebutuhan rumah tangga yang kerap dibeli pengguna Twitter secara online yakni fesyen (baju dan sepatu) (26,9 persen), kosmetik dan perawatan wajah (12,1 persen), vitamin (11,6 persen), hadiah (8,6 persen), dan perawatan pribadi (12 persen) .
2. Konsumen lebih berani bertransaksi online
Menurut data Twitter, 38 persen pengguna Twitter di Indonesia lebih sering menggunakan layanan perbankan online. Pertumbuhan belanja online menuntut perbankan menghadirkan layanan yang aman dan praktis untuk transaksi dengan nilai nominal yang lebih besar pada platform e-commerce, seperti komputer/laptop atau ponsel.
Baca juga: Lindungi alat elektronik di e-commerce, JD.id gandeng Allianz
3. Mencari rekomendasi di Twitter
Sebanyak 41 persen masyarakat Indonesia di Twitter menemukan brand baru berdasarkan rekomendasi di media sosial. Seiring dengan semakin meningkatnya percakapan mengenai belanja di Twitter, pelaku bisnis dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk dan layanannya agar lebih banyak diketahui oleh konsumen.
4. Free ongkir dan diskon paling diminati
Kemudahan dan potongan harga yang disediakan oleh bisnis online menentukan keputusan dalam menggunakan jasa atau membeli produk. Ada lima hal yang menjadi pertimbangan warga Twitter saat akan berbelanja yakni gratis ongkos kirim (56,5 persen), kupon/diskon (55,6 persen), ulasan pembeli lain (54,1 persen), jumlah like atau komentar positif di media sosial (41 persen), dan kebijakan pengembalian yang mudah (35,4 persen).
5. Iklan menambah eksposur suatu produk atau layanan
Menurut survei GWI, 36 persen pengguna Twitter cenderung membeli produk yang diiklankan . Selain itu, menurut data Twitter, terdapat peningkatan konsumsi video sebesar 124 persen di Indonesia.
Pelaku bisnis dapat menggunakan kesempatan ini dengan menciptakan video kampanye kreatif sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen. Dengan menggabungkan dua komponen ini, sebuah brand memiliki kemungkinan lebih baik untuk memenangkan persaingan selama periode momen-momen belanja.
Baca juga: Masih amankah belanja online setelah ada kebocoran data pengguna?
Baca juga: Benarkah belanja di marketplace lebih aman?
Baca juga: Ini trik belanja online dengan harga murah
Hasil survei Twitter terhadap konsumen di enam negara di Asia Tenggara (Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam) memberikan insight bermanfaat yang dapat dijadikan referensi bagi brand atau pelaku bisnis untuk mempersiapkan kampanye dan pemanfaatan Twitter yang efektif jelang momen belanja.
Country Industry Head, Twitter Indonesia, Dwi Adriansah mengatakan perubahan pola belanja di Indonesia sejalan dengan tuntutan untuk lebih banyak di rumah serta perkembangan layanan perbankan online, kampanye di media sosial, dan gebrakan kampanye dari platform e-Commerce.
"Kami melihat adanya perubahan perilaku konsumen yang lebih memilih belanja dan mendapatkan rekomendasi secara online. Dengan demikian, brand juga harus melakukan penyesuaian terhadap bagaimana mereka berkomunikasi dengan konsumen," kata Dwi dalam jumpa pers virtual "ShoppingDays on Twitter", Kamis.
Baca juga: Ingin jadi reseller? Ikuti tips ini
Berdasarkan hasil riset Twitter, setidaknya ada lima perilaku konsumen yang dapat dipelajari oleh para pelaku bisnis agar produknya dapat menarik minat konsumen, berikut adalah penjelasannya.
1. Pergeseran offline ke online
Menurut data dari Toluna, Haris Interactive di periode akhir Juli, sebanyak 59 persen pengguna Twitter di Indonesia berbelanja online untuk produk-produk yang biasanya dibeli secara offline. Berdasarkan hasil survei, terdapat kenaikan lebih dari 2 persen pada awal Juli di mana memperlihatkan sebanyak banyak orang berbelanja online.
Berdasarkan survei GWI, berikut ini adalah kebutuhan rumah tangga yang kerap dibeli pengguna Twitter secara online yakni fesyen (baju dan sepatu) (26,9 persen), kosmetik dan perawatan wajah (12,1 persen), vitamin (11,6 persen), hadiah (8,6 persen), dan perawatan pribadi (12 persen) .
2. Konsumen lebih berani bertransaksi online
Menurut data Twitter, 38 persen pengguna Twitter di Indonesia lebih sering menggunakan layanan perbankan online. Pertumbuhan belanja online menuntut perbankan menghadirkan layanan yang aman dan praktis untuk transaksi dengan nilai nominal yang lebih besar pada platform e-commerce, seperti komputer/laptop atau ponsel.
Baca juga: Lindungi alat elektronik di e-commerce, JD.id gandeng Allianz
3. Mencari rekomendasi di Twitter
Sebanyak 41 persen masyarakat Indonesia di Twitter menemukan brand baru berdasarkan rekomendasi di media sosial. Seiring dengan semakin meningkatnya percakapan mengenai belanja di Twitter, pelaku bisnis dapat memanfaatkan momentum ini untuk mempromosikan produk dan layanannya agar lebih banyak diketahui oleh konsumen.
4. Free ongkir dan diskon paling diminati
Kemudahan dan potongan harga yang disediakan oleh bisnis online menentukan keputusan dalam menggunakan jasa atau membeli produk. Ada lima hal yang menjadi pertimbangan warga Twitter saat akan berbelanja yakni gratis ongkos kirim (56,5 persen), kupon/diskon (55,6 persen), ulasan pembeli lain (54,1 persen), jumlah like atau komentar positif di media sosial (41 persen), dan kebijakan pengembalian yang mudah (35,4 persen).
5. Iklan menambah eksposur suatu produk atau layanan
Menurut survei GWI, 36 persen pengguna Twitter cenderung membeli produk yang diiklankan . Selain itu, menurut data Twitter, terdapat peningkatan konsumsi video sebesar 124 persen di Indonesia.
Pelaku bisnis dapat menggunakan kesempatan ini dengan menciptakan video kampanye kreatif sebagai salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen. Dengan menggabungkan dua komponen ini, sebuah brand memiliki kemungkinan lebih baik untuk memenangkan persaingan selama periode momen-momen belanja.
Baca juga: Masih amankah belanja online setelah ada kebocoran data pengguna?
Baca juga: Benarkah belanja di marketplace lebih aman?
Baca juga: Ini trik belanja online dengan harga murah