Kuala Kurun (ANTARA) - Sekretaris Daerah Gunung Mas, Kalimantan Tengah Yansiterson meluncurkan inovasi konvergensi percepatan penanggulangan stunting (KP2S) yakni Mekar Beranting yang merupakan kepanjangan dari Melalui Karungut Berantas Stunting.
“Dalam upaya percepatan penanggulangan stunting di daerah kita, Pemerintah Kabupaten Gumas melalui Tim KP2S membuat suatu inovasi dalam mengkampanyekan masalah stunting, guna meningkatkan pemahaman terkait stunting,” ucap Yansiterson di Kuala Kurun.
Dia menjelaskan, Tim KP2S Gumas memanfaatkan karungut yang merupakan kesenian tradisional suku Dayak Kalteng, mengingat masyarakat kabupaten bermotto Habangkalan Penyang Karuhei Tatau sangat menyukai karungut.
Baca juga: Partisipasi masyarakat Gumas pada Pilkada diharapkan capai 80 persen
Penyampaian pesan melalui karungut diharap dapat lebih memudahkan masyarakat untuk memahami hal-hal terkait stunting, sehingga masyarakat menyadari bahaya stunting serta tindakan yang harus dilakukan untuk memberantas stunting.
Saat ini, kata dia, satu judul karungut beserta video klip sudah diluncurkan. Dia pun mengajak seniman-seniman lain untuk turut berperan dan ambil bagian dalam mengkampanyekan stunting kepada masyarakat.
“Kalau ada seniman lain yang ingin menampilkan karungut dengan versi dan naskah berbeda kami persilahkan. Namun konteksnya harus tetap mengkampanyekan hal-hal terkait stunting,” tutur Sekda Gumas.
Baca juga: Pembangunan gedung SPKT Polres Gumas senilai Rp2,7 miliar dimulai
Sekda Gumas Yansiterson (tengah) didampingi Kepala Dinkes Maria Efiantie (kanan) dan Kepala Bappedalitbang Gumas Yantrio Aulia (kiri) saat melaunching Mekar Beranting, di Kuala Kurun, Senin (19/10/2020). ANTARA/Chandra
Kepala Dinas Kesehatan Gumas Maria Efianti mengatakan bahwa upaya pencegahan stunting di kabupaten setempat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, termasuk memanfaatkan karungut.
“Karungut dipilih karena merupakan kesenian tradisional Kalteng, termasuk Gumas. Ini merupakan sastra lisan atau pantun yang dilagukan, dan merupakan karya seni yang dijunjung tinggi masyarakat suku Dayak sebagai sastra besar klasik,” bebernya.
Lainnya, Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Gumas Armelin menerangkan bahwa pembuatan karungut dilakukan dengan melibatkan seniman daerah. Seluruh proses pembuatan memakan waktu sekitar satu bulan.
Karungut yang diluncurkan pada intinya menjelaskan apa itu stunting, penyebab, efeknya, serta cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk memerangi stunting, dengan bahasa sederhana yang mudah diterima masyarakat.
“Karungut tersebut judulnya Anak Ringket. Sebagai vocalis adalah Kusanto Panggu, pemain rebab adalah Martono, dan pemain kecapi adalah Jagau. Bagi masyarakat yang ingin melihat karungut tersebut dapat mengunjungi https://www.youtube.com/watch?v=mlDAgfz3FHE,” demikian Armelin.
Baca juga: Hina polisi di medsos, seorang warga berurusan dengan Polres Gumas
Baca juga: Warga Gumas penemu benda cagar budaya berencana merawat benda yang ditemukan
Baca juga: Ketua DPRD Gumas dorong PNS daftar jadi pengawas TPS
“Dalam upaya percepatan penanggulangan stunting di daerah kita, Pemerintah Kabupaten Gumas melalui Tim KP2S membuat suatu inovasi dalam mengkampanyekan masalah stunting, guna meningkatkan pemahaman terkait stunting,” ucap Yansiterson di Kuala Kurun.
Dia menjelaskan, Tim KP2S Gumas memanfaatkan karungut yang merupakan kesenian tradisional suku Dayak Kalteng, mengingat masyarakat kabupaten bermotto Habangkalan Penyang Karuhei Tatau sangat menyukai karungut.
Baca juga: Partisipasi masyarakat Gumas pada Pilkada diharapkan capai 80 persen
Penyampaian pesan melalui karungut diharap dapat lebih memudahkan masyarakat untuk memahami hal-hal terkait stunting, sehingga masyarakat menyadari bahaya stunting serta tindakan yang harus dilakukan untuk memberantas stunting.
Saat ini, kata dia, satu judul karungut beserta video klip sudah diluncurkan. Dia pun mengajak seniman-seniman lain untuk turut berperan dan ambil bagian dalam mengkampanyekan stunting kepada masyarakat.
“Kalau ada seniman lain yang ingin menampilkan karungut dengan versi dan naskah berbeda kami persilahkan. Namun konteksnya harus tetap mengkampanyekan hal-hal terkait stunting,” tutur Sekda Gumas.
Baca juga: Pembangunan gedung SPKT Polres Gumas senilai Rp2,7 miliar dimulai
Kepala Dinas Kesehatan Gumas Maria Efianti mengatakan bahwa upaya pencegahan stunting di kabupaten setempat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada, termasuk memanfaatkan karungut.
“Karungut dipilih karena merupakan kesenian tradisional Kalteng, termasuk Gumas. Ini merupakan sastra lisan atau pantun yang dilagukan, dan merupakan karya seni yang dijunjung tinggi masyarakat suku Dayak sebagai sastra besar klasik,” bebernya.
Lainnya, Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Gumas Armelin menerangkan bahwa pembuatan karungut dilakukan dengan melibatkan seniman daerah. Seluruh proses pembuatan memakan waktu sekitar satu bulan.
Karungut yang diluncurkan pada intinya menjelaskan apa itu stunting, penyebab, efeknya, serta cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk memerangi stunting, dengan bahasa sederhana yang mudah diterima masyarakat.
“Karungut tersebut judulnya Anak Ringket. Sebagai vocalis adalah Kusanto Panggu, pemain rebab adalah Martono, dan pemain kecapi adalah Jagau. Bagi masyarakat yang ingin melihat karungut tersebut dapat mengunjungi https://www.youtube.com/watch?v=mlDAgfz3FHE,” demikian Armelin.
Baca juga: Hina polisi di medsos, seorang warga berurusan dengan Polres Gumas
Baca juga: Warga Gumas penemu benda cagar budaya berencana merawat benda yang ditemukan
Baca juga: Ketua DPRD Gumas dorong PNS daftar jadi pengawas TPS