Palangka Raya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mengharapkan dukungan dan sinergi dari Bank Indonesia dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di daerah.
"Adanya dukungan dan sinergi yang baik bersama BI, kami harapkan mengoptimalkan pertumbuhan perekonomian di Kalteng," kata Pelaksana Tugas Gubernur Kalteng Habib Ismail Bin Yahya di Palangka Raya, Rabu.
Hal itu ia sampaikan di sela kegiatan peletakkan batu pertama pembangunan Kantor Perwakilan BI Kalteng secara daring atau 'online' melalui konferensi video.
BI melalui ragam program dan kegiatannya diharapkan mendukung upaya pemerintah daerah, dalam pengendalian inflasi, mendorong pengenalan dan akses perbankan, serta menjaga stabilitas keuangan daerah, maupun mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebab tanggung jawab pemerintah tak hanya melaksanakan pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan merata, konektivitas dan efisiensi rantai distribusi dapat membaik, namun juga mendorong pertumbuhan ekonomi secara optimal.
"Maka dengan adanya pembangunan gedung baru ini, dapat memberikan efek ganda bagi perekonomian daerah, terutama di tengah pandemi COVID-19, serta meningkatkan fungsi, peran dan sinergi antara pemda dengan BI," ungkapnya.
Kalteng memiliki potensi sumber daya alam dan hayati yang melimpah dengan empat sektor utama yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 21,99 persen.
Sektor industri pengolahan sebesar 15,63 persen, sektor perdagangan sebesar 13,70 persen dan sektor pertambangan sebesar 9,15 persen. Selanjutnya dari sisi permintaan, perekonomian Kalteng masih didukung konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor, dengan kontribusi masing-masing komponen sebesar 44,25 persen, 43,63 persen dan 43,26 persen terhadap PDRB Kalteng triwulan II 2020.
Total ekspor Kalteng pada triwulan II 2020 mencapai 439,03 juta dolar AS, dengan komoditas utama batu bara yang mendominasi ekspor Kalteng sebesar 58,24 persen dan negara tujuan utama ekspor batu bara, yaitu Jepang.
Sedangkan komoditas lainnya yang menyumbang ekspor terbesar kedua adalah CPO dengan porsi 14,24 persen, dengan negara mitra ekspor utama, China. Namun untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, hilirisasi produk turunan dari komoditas ekspor tersebut sangat diharapkan.
"Adanya dukungan dan sinergi yang baik bersama BI, kami harapkan mengoptimalkan pertumbuhan perekonomian di Kalteng," kata Pelaksana Tugas Gubernur Kalteng Habib Ismail Bin Yahya di Palangka Raya, Rabu.
Hal itu ia sampaikan di sela kegiatan peletakkan batu pertama pembangunan Kantor Perwakilan BI Kalteng secara daring atau 'online' melalui konferensi video.
BI melalui ragam program dan kegiatannya diharapkan mendukung upaya pemerintah daerah, dalam pengendalian inflasi, mendorong pengenalan dan akses perbankan, serta menjaga stabilitas keuangan daerah, maupun mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebab tanggung jawab pemerintah tak hanya melaksanakan pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan merata, konektivitas dan efisiensi rantai distribusi dapat membaik, namun juga mendorong pertumbuhan ekonomi secara optimal.
"Maka dengan adanya pembangunan gedung baru ini, dapat memberikan efek ganda bagi perekonomian daerah, terutama di tengah pandemi COVID-19, serta meningkatkan fungsi, peran dan sinergi antara pemda dengan BI," ungkapnya.
Kalteng memiliki potensi sumber daya alam dan hayati yang melimpah dengan empat sektor utama yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 21,99 persen.
Sektor industri pengolahan sebesar 15,63 persen, sektor perdagangan sebesar 13,70 persen dan sektor pertambangan sebesar 9,15 persen. Selanjutnya dari sisi permintaan, perekonomian Kalteng masih didukung konsumsi rumah tangga, investasi dan ekspor, dengan kontribusi masing-masing komponen sebesar 44,25 persen, 43,63 persen dan 43,26 persen terhadap PDRB Kalteng triwulan II 2020.
Total ekspor Kalteng pada triwulan II 2020 mencapai 439,03 juta dolar AS, dengan komoditas utama batu bara yang mendominasi ekspor Kalteng sebesar 58,24 persen dan negara tujuan utama ekspor batu bara, yaitu Jepang.
Sedangkan komoditas lainnya yang menyumbang ekspor terbesar kedua adalah CPO dengan porsi 14,24 persen, dengan negara mitra ekspor utama, China. Namun untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, hilirisasi produk turunan dari komoditas ekspor tersebut sangat diharapkan.