Wabup Kotim imbau masyarakat di bantaran sungai lebih waspada

id Wabup Kotim imbau masyarakat di bantaran sungai lebih waspada, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, pemkab kotim

Wabup Kotim imbau masyarakat di bantaran sungai lebih waspada

Wakil Bupati Kotim Irawati usai membersamai tim SAR gabungan mencari korban serangan buaya di Kecamatan Pulau Hanaut, Minggu (6/4/2025). ANTARA/Devita Maulina.

Sampit (ANTARA) - Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Irawati mengimbau masyarakat yang bermukim di bantaran atau sering beraktivitas di sungai agar lebih waspada pasca kasus serangan buaya yang menelan korban jiwa.

“Kami atas nama pemerintah daerah mengimbau masyarakat yang masih tinggal di bantaran sungai agar lebih waspada. Apalagi informasinya sekarang sedang musim kawin buaya, kalau bisa jangan turun ke sungai dulu,” kata Irawati di Sampit, Minggu.

Imbauan ini disampaikan sebagai bentuk keprihatinannya atas peristiwa naas yang terjadi di Kecamatan Pulau Hanaut baru-baru ini.

Tepatnya, Jumat (4/4), seorang pria bernama Kurnasi menjadi korban serangan buaya saat mandi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Mentaya dan jasadnya baru ditemukan pada Sabtu (5/4) siang oleh tim SAR gabungan setelah pencarian yang cukup panjang.

Irawati pun berharap kejadian ini bisa menjadi pengingat bagi masyarakat agar lebih waspada ketika beraktivitas di DAS Mentaya maupun sungai lainnya. Apalagi, keterangan warga Kecamatan Pulau Hanaut memang sering terlihat kemunculan buaya di wilayah itu.

Disamping itu, informasi BKSDA setempat bahwa pada pergantian musim seperti sekarang identik dengan masa kawin dan bertelur buaya, pada periode tersebut buaya cenderung lebih ganas.

Baca juga: Bulog Kotim pastikan hasil pertanian jagung terserap optimal

“Makanya kemarin, saya minta warga tidak turun ke sungai dulu. Untuk mandi atau mencuci sebaiknya menggunakan timba dulu dan kalaupun harus turun ke sungai agar hati-hati, lihat kondisi sekitar terlebih dahulu,” tuturnya.

Irawati juga meminta masyarakat untuk tidak lagi percaya pada mitos kerabat, kembaran ataupun keluarga buaya yang justru menjadi alasan sebagian orang menurunkan kewaspadaan terhadap hewan predator tersebut.

Hal ini ia sampaikan lantaran ketika ikut memantau proses pencarian korban ia mendengar masih ada warga yang meyakini mitos seperti itu. Menurutnya, mitos tersebut tidak berdasar dan tidak bisa dibuktikan kebenarannya.

Buaya sama dengan binatang buas pada umumnya yang mengandalkan insting untuk memburu mangsa tanpa membedakan targetnya merupakan manusia maupun hewan, selama dianggap menjadi mangsa maka akan tetap diserang.

Oleh karena itu, jika mempercayai mitos kerabat buaya dengan meyakini bisa terhindar dari serangan satwa tersebut justru bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.

“Karena namanya itu binatang, apalagi tergolong binatang buas maka harus hati-hati. Jangan lagi berpikiran atau mempercayai mitos seperti itu demi keselamatan diri sendiri maupun orang terdekat,” demikian Irawati.

Baca juga: H+5 Lebaran 1.088 pemudik susulan berangkat dari Pelabuhan Sampit

Baca juga: Korban serangan buaya di Desa Hanaut ditemukan tewas dengan kondisi utuh

Baca juga: Terminal Patih Rumbih Sampit layani 10.363 penumpang selama arus mudik