Sampit (ANTARA) - Permasalahan stunting atau gagal tumbuh pada anak, ternyata menjadi salah satu penyebab banyak putra daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, gagal menjadi tentara karena tubuhnya pendek.

"Saya pernah kirim pemuda di wilayah Kodim 1015/Spt untuk mengikuti seleksi calon prajurit TNI sebanyak 480 orang dan ternyata ada 170 orang yang kembali karena tidak cukup tingginya. Syarat minimal tinggi 163 centimeter, tapi ada yang cuma 159 centimeter," kata Komandan Kodim 1015/Spt Letkol Czi Akhmad Safari di Sampit, Rabu.

Masalah ini menjadi salah satu perhatian Kodim 1015/Spt. Bahkan saat paparan dalam rapat evaluasi akhir tahun 2020, perwira yang merupakan putra daerah asli Kotawaringin Timur ini sengaja menyampaikan masalah tersebut agar menjadi perhatian bersama.

Akhmad Safari mengaku pernah menemukan peserta seleksi calon prajurit TNI yang secara fisik dan kemampuan pengetahuannya sangat bagus, namun ternyata gagal karena masalah tinggi badan yang tidak memenuhi syarat.

Dia mengaku belum mengetahui penyebab stunting di Kotawaringin Timur ini, apakah karena faktor keturunan atau makanan. Namun dari sisi sumber makanan, menurutnya daerah ini sangat mudah mendapatkan makanan bergizi bahkan tinggal mencari sendiri tanpa harus membeli.

"Banyak yang ingin masuk TNI dan Polri tapi syaratnya kurang. Apakah ini karena faktor gen atau sebab lain. Padahal sumber makanan kita banyak, ikan, sayur dan buah juga banyak," kata Akhmad Safari.

Baca juga: Kotim percepat pembuatan Perda Penanganan COVID-19

Sementara itu dari penerimaan calon prajurit TNI tahun 2020, sekitar 95 persen dari peserta yang berhasil lulus merupakan putra daerah. Mereka kemudian ditugaskan kembali ke daerah asal masing-masing seperti di Katingan, Seruyan dan Kotawaringin Timur

"Ini memang program Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Andika Perkasa untuk menguatkan daerah. Selama ini mungkin putra daerah yang menjadi anggota TNI dan Polri itu masih sedikit," ujar Akhmad Safari.

Menanggapi itu, Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi tidak menampik angka stunting di daerah yang dipimpinnya masih tinggi dan menjadi perhatian pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah daerah terus bekerja keras untuk menanganinya dengan meningkatkan edukasi tentang gizi serta bantuan makanan tambahan untuk anak.

"Apakah karena gen atau faktor lain. Untuk peningkatan pemenuhan gizi, ini sudah menjadi perhatian serius pemerintah daerah dalam memberikan pemahaman kepada para orangtua tentang pentingnya pemenuhan gizi bagi anak, khususnya dalam 1000 hari pertama agar terhindar dari stunting," demikian Supian Hadi.

Baca juga: Pengunjung Pantai Ujung Pandaran dipaksa pulang

Baca juga: PMI Kotim terus tingkatkan layanan pemeriksaan deteksi COVID-19

Pewarta : Norjani
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024