Sampit (ANTARA) - Wakil Bupati Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Irawati menilai pembelajaran tatap muka lebih efektif, namun pihak sekolah dilarang memaksa peserta didik hadir ke sekolah jika orangtuanya tidak mengizinkan.
"SKB (surat keputusan bersama) empat menteri kan menegaskan seperti itu. Meski di zona hijau, tapi pembelajaran tatap muka tetap harus atas seizin orangtua masing-masing. Kalau tidak diizinkan maka guru tidak boleh memaksa. Pihak sekolah wajib memfasilitasi mereka mengikuti pelajaran dari rumah," kata Irawati saat memantau ujian sekolah di SMPN 3 Sampit, Kamis.
Irawati mengatakan, pandemi COVID-19 masih terjadi di Kotawaringin Timur sehingga penerapan protokol kesehatan menjadi hal wajib. Untuk itulah pembelajaran sistem tatap muka tidak boleh dipaksakan, termasuk dalam pelaksanaan ujian sekolah.
Saat memantau pelaksanaan ujian sekolah, Irawati berbincang dengan guru terkait kendala pelaksanaannya. Dia juga sempat bertanya kepada sejumlah pelajar saat mereka belum menjawab soal ujian sekolah.
Hasil pantauan, diskusi dan laporan yang diterima, kata Irawati, pelaksanaan ujian sekolah sampai hari ini berjalan lancar. Dia mengapresiasi pihak sekolah yang memfasilitasi peserta, baik ujian dengan sistem online maupun berbasis kertas.
Dia mengakui, pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding dengan cara daring atau online. Bahkan sebagian pihak berpendapat pembelajaran secara online rawan memicu putus sekolah dan terjadinya tindakan mempekerjakan anak di bawah umur.
Meski begitu, pembelajaran tatap muka tetap harus dilaksanakan sesuai aturan, yakni menerapkan protokol kesehatan dan disetujui oleh orangtua siswa. Semua harus dijalankan sesuai aturan dan tidak boleh ada peserta didik yang dibebani.
"Yang saya kaget tadi, semua siswa mengikuti ujian sekolah menggunakan handphone masing-masing. Tidak ada yang memanfaatkan komputer yang disiapkan sekolah. Tapi pihak sekolah tetap wajib menyediakan fasilitas itu supaya bisa membantu kalau ada yang terkendala," ujar Irawati.
Kepala SMPN 3 Sampit, Siti Hadijah menjelaskan, ujian sekolah tingkat SMP dilaksanakan mulai 29 Maret hingga 6 April 2021. Semua peserta ujian sekolah di SMPN 3 Sampit mengikuti ujian secara online, namun mereka semua hadir ke sekolah untuk menjawab soal menggunakan telepon seluler masing-masing.
Pihak sekolah sudah menyiapkan tiga ruang laboratorium dengan 90 komputer, namun tidak ada siswa yang menggunakan fasilitas tersebut karena semuanya mengikuti ujian sekolah menggunakan telepon seluler masing-masing.
Baca juga: OJK Kalteng ingatkan masyarakat waspadai pinjaman online ilegal
Pembelajaran tatap muka di sekolah itu dilaksanakan karena disetujui sebagian besar orangtua siswa. Dari 857 siswa, sebanyak 85 persen orangtua mereka menyetujui pembelajaran tatap muka.
Protokol kesehatan dijalankan secara ketat. Setiap siswa guru yang datang ke sekolah harus menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan wajib menggunakan masker. Tempat mencuci tangan juga disiapkan.
Sesuai arahan pemerintah pusat, tiap kelas hanya diisi 50 persen dari kapasitas karena kursi dan meja masing-masing siswa harus diberi jarak. Dalam ujian sekolah, ada 10 mata pelajaran yang diujikan dengan tes tulis, praktik, tugas produk dan portofolio.
"Secara umum sekolah kami masih kekurangan ruang laboratorium dan ruang kelas. Usia SMP di Kelurahan Baamang Tengah ini cukup tinggi sehingga tidak bisa menampung. Kapasitas siswa baru setiap tahun hanya 306 siswa, sedangkan yang mendaftar sampai 400 orang lebih. Makanya kami berharap bantuan pembangunan ruang," demikian Hadijah.
Baca juga: Prihatin jalan provinsi rusak parah, sopir di Sampit sumbang material
"SKB (surat keputusan bersama) empat menteri kan menegaskan seperti itu. Meski di zona hijau, tapi pembelajaran tatap muka tetap harus atas seizin orangtua masing-masing. Kalau tidak diizinkan maka guru tidak boleh memaksa. Pihak sekolah wajib memfasilitasi mereka mengikuti pelajaran dari rumah," kata Irawati saat memantau ujian sekolah di SMPN 3 Sampit, Kamis.
Irawati mengatakan, pandemi COVID-19 masih terjadi di Kotawaringin Timur sehingga penerapan protokol kesehatan menjadi hal wajib. Untuk itulah pembelajaran sistem tatap muka tidak boleh dipaksakan, termasuk dalam pelaksanaan ujian sekolah.
Saat memantau pelaksanaan ujian sekolah, Irawati berbincang dengan guru terkait kendala pelaksanaannya. Dia juga sempat bertanya kepada sejumlah pelajar saat mereka belum menjawab soal ujian sekolah.
Hasil pantauan, diskusi dan laporan yang diterima, kata Irawati, pelaksanaan ujian sekolah sampai hari ini berjalan lancar. Dia mengapresiasi pihak sekolah yang memfasilitasi peserta, baik ujian dengan sistem online maupun berbasis kertas.
Dia mengakui, pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding dengan cara daring atau online. Bahkan sebagian pihak berpendapat pembelajaran secara online rawan memicu putus sekolah dan terjadinya tindakan mempekerjakan anak di bawah umur.
Meski begitu, pembelajaran tatap muka tetap harus dilaksanakan sesuai aturan, yakni menerapkan protokol kesehatan dan disetujui oleh orangtua siswa. Semua harus dijalankan sesuai aturan dan tidak boleh ada peserta didik yang dibebani.
"Yang saya kaget tadi, semua siswa mengikuti ujian sekolah menggunakan handphone masing-masing. Tidak ada yang memanfaatkan komputer yang disiapkan sekolah. Tapi pihak sekolah tetap wajib menyediakan fasilitas itu supaya bisa membantu kalau ada yang terkendala," ujar Irawati.
Kepala SMPN 3 Sampit, Siti Hadijah menjelaskan, ujian sekolah tingkat SMP dilaksanakan mulai 29 Maret hingga 6 April 2021. Semua peserta ujian sekolah di SMPN 3 Sampit mengikuti ujian secara online, namun mereka semua hadir ke sekolah untuk menjawab soal menggunakan telepon seluler masing-masing.
Pihak sekolah sudah menyiapkan tiga ruang laboratorium dengan 90 komputer, namun tidak ada siswa yang menggunakan fasilitas tersebut karena semuanya mengikuti ujian sekolah menggunakan telepon seluler masing-masing.
Baca juga: OJK Kalteng ingatkan masyarakat waspadai pinjaman online ilegal
Pembelajaran tatap muka di sekolah itu dilaksanakan karena disetujui sebagian besar orangtua siswa. Dari 857 siswa, sebanyak 85 persen orangtua mereka menyetujui pembelajaran tatap muka.
Protokol kesehatan dijalankan secara ketat. Setiap siswa guru yang datang ke sekolah harus menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan wajib menggunakan masker. Tempat mencuci tangan juga disiapkan.
Sesuai arahan pemerintah pusat, tiap kelas hanya diisi 50 persen dari kapasitas karena kursi dan meja masing-masing siswa harus diberi jarak. Dalam ujian sekolah, ada 10 mata pelajaran yang diujikan dengan tes tulis, praktik, tugas produk dan portofolio.
"Secara umum sekolah kami masih kekurangan ruang laboratorium dan ruang kelas. Usia SMP di Kelurahan Baamang Tengah ini cukup tinggi sehingga tidak bisa menampung. Kapasitas siswa baru setiap tahun hanya 306 siswa, sedangkan yang mendaftar sampai 400 orang lebih. Makanya kami berharap bantuan pembangunan ruang," demikian Hadijah.
Baca juga: Prihatin jalan provinsi rusak parah, sopir di Sampit sumbang material