Palangka Raya (ANTARA) - Ketua Yayasan Borneo Nature Indonesia Juliarta Bramansa Ottay, menilai perlu upaya kolektif dalam pemulihan Taman Nasional Sebangau, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
"Jadi, kami bersama Balai Taman Nasional Sebangau melakukan sejumlah upaya pemulihan ekosistem, yang salah satunya dengan program penanaman bibit pohon," kata Juliarta di Palangka Raya, Kamis.
Dia mengatakan, kerjasama pemulihan ekosistem di Taman Nasional Sebangau itu merupakan upaya untuk mendukung BTNS dalam mengembalikan fungsi ekologi di area bekas kebakaran dan hak penguasaan hutan (HPH) di kawasan hutan tersebut.
Hal ini juga dijalankan dalam rangka implementasi proyek Satu Juta Pohon yang dicanangkan BNF sejak 2020 lalu. Proyek tersebut akan dilaksanakan bersama BTNS dan Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP).
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Andi M Khadafi mengatakan, kerjasama pemulihan ekosistem Taman Nasional antara BTNS dan BNF ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kedua belah pihak beberapa waktu lalu.
Tujuan dari kerja sama ini mendukung seoptimal mungkin target-target pemulihan ekosistem di kawasan Taman Nasional Sebangau. Kawasan yang menjadi target pemulihan adalah wilayah-wilayah yang rusak akibat kebakaran hutan dan bekas penebangan pada masa hak pengusahaan hutan (HPH).
"Jumlah bibit yang saat ini sudah stand by sebanyak 100.000 bibit pohon. Tahun ini BNF akan menambah 160.000 bibit lagi untuk ditanam di kawasan Taman Nasional Sebangau," katanya.
Pada tahun 2020, sebanyak 50.600 bibit pohon telah ditanam, khususnya di wilayah Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG), Taman Nasional Sebangau, bekerja sama dengan BTNS dan CIMTROP. Pada bulan April 2021, BNF akan kembali menanam sebanyak 40.000 bibit tanaman di area kanal Ruslan, kawasan Taman Nasional Sebangau.
Baca juga: BTNS-BNF perluas area penanaman pohon di Taman Nasional Sebangau
Terkait program kerjasama tersebut pihak BNF dan BTNS juga telah melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), KLHK Wiratno.
Pada kesempatan itu Wiranto mengatakan pemerintah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk mitra-mitra terkait untuk mewujudkan pemulihan ekosistem di kawasan yang menjadi target sasaran.
"Kerja sama BNF dan Balai TNS ini adalah bentuk upaya kolektif. Ini perlu karena pemerintah tidak akan mampu sendirian dan perlu mitra. Pemerintah bekerja berdasarkan regulasi, mitra bekerja berdasarkan komitmen yang telah diberikan donor," ujar Wiratno.
Namun demikian, dia juga mengingatkan tentang dua hal penting dalam upaya pemulihan ekosistem di Taman Nasional Sebangau tersebut. Pertama, perlu adanya pelibatan masyarakat sekitar hutan.
Kedua, upaya pemulihan harus didasarkan pada empat prinsip, yaitu berbasis bukti, berbasis pengalaman, berbasis sains, serta prinsip kehati-hatian.
Baca juga: Pemprov upayakan perluasan kawasan konservasi di Kalteng
Baca juga: Dubes Belanda kunjungi Kalimantan Tengah
"Jadi, kami bersama Balai Taman Nasional Sebangau melakukan sejumlah upaya pemulihan ekosistem, yang salah satunya dengan program penanaman bibit pohon," kata Juliarta di Palangka Raya, Kamis.
Dia mengatakan, kerjasama pemulihan ekosistem di Taman Nasional Sebangau itu merupakan upaya untuk mendukung BTNS dalam mengembalikan fungsi ekologi di area bekas kebakaran dan hak penguasaan hutan (HPH) di kawasan hutan tersebut.
Hal ini juga dijalankan dalam rangka implementasi proyek Satu Juta Pohon yang dicanangkan BNF sejak 2020 lalu. Proyek tersebut akan dilaksanakan bersama BTNS dan Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP).
Kepala Balai Taman Nasional Sebangau Andi M Khadafi mengatakan, kerjasama pemulihan ekosistem Taman Nasional antara BTNS dan BNF ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kedua belah pihak beberapa waktu lalu.
Tujuan dari kerja sama ini mendukung seoptimal mungkin target-target pemulihan ekosistem di kawasan Taman Nasional Sebangau. Kawasan yang menjadi target pemulihan adalah wilayah-wilayah yang rusak akibat kebakaran hutan dan bekas penebangan pada masa hak pengusahaan hutan (HPH).
"Jumlah bibit yang saat ini sudah stand by sebanyak 100.000 bibit pohon. Tahun ini BNF akan menambah 160.000 bibit lagi untuk ditanam di kawasan Taman Nasional Sebangau," katanya.
Pada tahun 2020, sebanyak 50.600 bibit pohon telah ditanam, khususnya di wilayah Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG), Taman Nasional Sebangau, bekerja sama dengan BTNS dan CIMTROP. Pada bulan April 2021, BNF akan kembali menanam sebanyak 40.000 bibit tanaman di area kanal Ruslan, kawasan Taman Nasional Sebangau.
Baca juga: BTNS-BNF perluas area penanaman pohon di Taman Nasional Sebangau
Terkait program kerjasama tersebut pihak BNF dan BTNS juga telah melakukan pertemuan dengan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), KLHK Wiratno.
Pada kesempatan itu Wiranto mengatakan pemerintah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk mitra-mitra terkait untuk mewujudkan pemulihan ekosistem di kawasan yang menjadi target sasaran.
"Kerja sama BNF dan Balai TNS ini adalah bentuk upaya kolektif. Ini perlu karena pemerintah tidak akan mampu sendirian dan perlu mitra. Pemerintah bekerja berdasarkan regulasi, mitra bekerja berdasarkan komitmen yang telah diberikan donor," ujar Wiratno.
Namun demikian, dia juga mengingatkan tentang dua hal penting dalam upaya pemulihan ekosistem di Taman Nasional Sebangau tersebut. Pertama, perlu adanya pelibatan masyarakat sekitar hutan.
Kedua, upaya pemulihan harus didasarkan pada empat prinsip, yaitu berbasis bukti, berbasis pengalaman, berbasis sains, serta prinsip kehati-hatian.
Baca juga: Pemprov upayakan perluasan kawasan konservasi di Kalteng
Baca juga: Dubes Belanda kunjungi Kalimantan Tengah