Jakarta (ANTARA) - Mengelola keuangan di saat pandemi seperti sekarang amatlah penting. Salah satu cara mengelola keuangan yang Anda bisa coba adalah metode Kakeibo yang banyak diterapkan oleh para ibu rumah tangga di Jepang.
Kakeibo bisa diartikan sebagai buku rekening untuk ekonomi rumah tangga. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis Makoto Hani dan dipopulerkan kembali pada tahun 2017 oleh Fumiko Chiba dalam buku "Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money".
Baca juga: Kiat mengatur keuangan agar Ramadhan aman dan nyaman
Regional Head of Agency Development Sequis, Fourrita Indah mengatakan, metode ini dapat juga diadopsi khususnya para wanita Indonesia dalam mengatur anggaran rumah tangga mereka.
"Sangat penting bagi perempuan untuk mampu menata keuangan. Apalagi, saat pandemi COVID-19 banyak ketidakpastian yang dapat terjadi sehingga kita harus pintar mengelola keuangan. Bagi yang sudah berkeluarga, pendapatan yang kita miliki tentunya akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan satu keluarga sehingga kita perlu memiliki keahlian mengatur keuangan," kata dia dalam siaran persnya, ditulis Rabu.
Dalam Kakeibo, ada sejumlah hal yang perlu Anda catat secara rutin atau tidak menunda, perlu berkomitmen dan telaten yakni penerimaan, perkiraan kebutuhan, pengeluaran dan jumlahnya dalam catatan harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan.
Catatlah hal-hal tersebut secara rapi sehingga bisa Anda baca kembali. Nanti, apabila tiba saat akhir bulan, lakukan evaluasi keuangan.
Untuk penghasilan, yang harus dicatat secara rutin adalah kapan dan dari mana sumbernya, misalnya gaji bulanan, uang bulanan dari suami, termasuk jika ada usaha sampingan.
Baca juga: Tips jadi ibu tangguh fisik dan keuangan di masa pandemi
Bila ada piutang yang diterima, catatlah. Pun apabila Anda berasuransi dan mendapatkan nilai tunai atau manfaat atau tahapan juga dicatat sebagai penerimaan
Selanjutnya, catat perkiraan jumlah kebutuhan. Agar mudah mengingat pengeluaran, bagilah ke dalam beberapa pos. Misalnya, pengeluaran primer yang sudah pasti (mencakup belanja bulanan, transportasi, cicilan rumah, cicilan kendaraan bermotor, biaya sekolah anak, tagihan listrik atau air), pengeluaran sekunder (belanja perlengkapan rumah, membeli pakaian, jalan-jalan), dan pengeluaran darurat (biaya ke bengkel saat kendaraan rusak, biaya ke dokter saat sakit).
Anda disarankan memiliki dana darurat yang besarnya sekitar 6-12x gaji/pendapatan. Misalnya, gaji Rp5 juta maka dana darurat setidaknya Rp30-60 juta.
Kemudian, pengeluaran rutin setiap hari perlu juga dibuat pos. Untuk memudahkan, dapat memanfaatkan amplop sebagai tempat dana atau uang bagi masing-masing pos pengeluaran.
Contohnya, amplop belanja bulanan dan amplop jalan-Jalan. Apabila isi amplop tersebut sudah dihabiskan atau kosong, jangan pernah mengambil uang dari amplop lainnya, di sinilah para ibu dituntut untuk disiplin.
Baca juga: Cara merencanakan keuangan di tahun pandemi
Setelah merencanakan pengeluaran, catat juga pengeluaran yang terjadi, bisa juga Anda tambahkan informasi kapan dan di mana melakukan suatu transaksi sehingga bisa membandingkan harganya dengan pembelian barang yang sama sebelumnya.
Dia menyarankan, saat membuat perencanaan keuangan sebaiknya alokasikan 10-20 persen pendapatan untuk berasuransi pada dana darurat karena kebutuhan proteksi sangat penting bagi keluarga.
Kemudian lakukan evaluasi, yaitu dari amplop yang dimiliki, perhatikan apakah ada yang tersisa. Teliti pos mana saja yang berhasil dihemat, pos mana yang banyak menghabiskan anggaran.
Fourrita mengatakan, mencatat punya berbagai manfaat salah satunya, Anda akan mengetahui apakah yang dibelanjakan sudah sama dengan perkiraan atau malah berlebihan. Apakah kebutuhan saat ini sama besarnya atau lebih banyak dari sebelumnya, dan apakah pengeluaran tidak melebihi pendapatan atau sebaliknya.
Dengan mengetahui hal tersebut, Anda bisa menyesuaikan budgeting lebih baik di bulan berikutnya. Melakukan pencatatan, juga akan membantu Anda mengetahui kondisi finansial kita secara detail dan saat dihadapkan kembali pada keputusan untuk mengeluarkan uang untuk hal yang di luar dari prioritas kebutuhan, Anda lebih mudah memutuskan untuk menunda keinginan tersebut.
Bila seiring berjalannya waktu berhasil menekan pengeluaran dan menghemat lebih banyak uang, berarti telah berhasil mengimplementasikan Kakeibo.
Baca juga: Konsultan keuangan bagikan tips untuk berbisnis tahun depan
Baca juga: Pentingnya evaluasi kondisi keuangan untuk hadapi 2021
Baca juga: Cara merencanakan warisan agar aset terlindungi
Kakeibo bisa diartikan sebagai buku rekening untuk ekonomi rumah tangga. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1904 oleh seorang jurnalis Makoto Hani dan dipopulerkan kembali pada tahun 2017 oleh Fumiko Chiba dalam buku "Kakeibo: The Japanese Art of Saving Money".
Baca juga: Kiat mengatur keuangan agar Ramadhan aman dan nyaman
Regional Head of Agency Development Sequis, Fourrita Indah mengatakan, metode ini dapat juga diadopsi khususnya para wanita Indonesia dalam mengatur anggaran rumah tangga mereka.
"Sangat penting bagi perempuan untuk mampu menata keuangan. Apalagi, saat pandemi COVID-19 banyak ketidakpastian yang dapat terjadi sehingga kita harus pintar mengelola keuangan. Bagi yang sudah berkeluarga, pendapatan yang kita miliki tentunya akan digunakan untuk memenuhi semua kebutuhan satu keluarga sehingga kita perlu memiliki keahlian mengatur keuangan," kata dia dalam siaran persnya, ditulis Rabu.
Dalam Kakeibo, ada sejumlah hal yang perlu Anda catat secara rutin atau tidak menunda, perlu berkomitmen dan telaten yakni penerimaan, perkiraan kebutuhan, pengeluaran dan jumlahnya dalam catatan harian, mingguan, bulanan, hingga tahunan.
Catatlah hal-hal tersebut secara rapi sehingga bisa Anda baca kembali. Nanti, apabila tiba saat akhir bulan, lakukan evaluasi keuangan.
Untuk penghasilan, yang harus dicatat secara rutin adalah kapan dan dari mana sumbernya, misalnya gaji bulanan, uang bulanan dari suami, termasuk jika ada usaha sampingan.
Baca juga: Tips jadi ibu tangguh fisik dan keuangan di masa pandemi
Bila ada piutang yang diterima, catatlah. Pun apabila Anda berasuransi dan mendapatkan nilai tunai atau manfaat atau tahapan juga dicatat sebagai penerimaan
Selanjutnya, catat perkiraan jumlah kebutuhan. Agar mudah mengingat pengeluaran, bagilah ke dalam beberapa pos. Misalnya, pengeluaran primer yang sudah pasti (mencakup belanja bulanan, transportasi, cicilan rumah, cicilan kendaraan bermotor, biaya sekolah anak, tagihan listrik atau air), pengeluaran sekunder (belanja perlengkapan rumah, membeli pakaian, jalan-jalan), dan pengeluaran darurat (biaya ke bengkel saat kendaraan rusak, biaya ke dokter saat sakit).
Anda disarankan memiliki dana darurat yang besarnya sekitar 6-12x gaji/pendapatan. Misalnya, gaji Rp5 juta maka dana darurat setidaknya Rp30-60 juta.
Kemudian, pengeluaran rutin setiap hari perlu juga dibuat pos. Untuk memudahkan, dapat memanfaatkan amplop sebagai tempat dana atau uang bagi masing-masing pos pengeluaran.
Contohnya, amplop belanja bulanan dan amplop jalan-Jalan. Apabila isi amplop tersebut sudah dihabiskan atau kosong, jangan pernah mengambil uang dari amplop lainnya, di sinilah para ibu dituntut untuk disiplin.
Baca juga: Cara merencanakan keuangan di tahun pandemi
Setelah merencanakan pengeluaran, catat juga pengeluaran yang terjadi, bisa juga Anda tambahkan informasi kapan dan di mana melakukan suatu transaksi sehingga bisa membandingkan harganya dengan pembelian barang yang sama sebelumnya.
Dia menyarankan, saat membuat perencanaan keuangan sebaiknya alokasikan 10-20 persen pendapatan untuk berasuransi pada dana darurat karena kebutuhan proteksi sangat penting bagi keluarga.
Kemudian lakukan evaluasi, yaitu dari amplop yang dimiliki, perhatikan apakah ada yang tersisa. Teliti pos mana saja yang berhasil dihemat, pos mana yang banyak menghabiskan anggaran.
Fourrita mengatakan, mencatat punya berbagai manfaat salah satunya, Anda akan mengetahui apakah yang dibelanjakan sudah sama dengan perkiraan atau malah berlebihan. Apakah kebutuhan saat ini sama besarnya atau lebih banyak dari sebelumnya, dan apakah pengeluaran tidak melebihi pendapatan atau sebaliknya.
Dengan mengetahui hal tersebut, Anda bisa menyesuaikan budgeting lebih baik di bulan berikutnya. Melakukan pencatatan, juga akan membantu Anda mengetahui kondisi finansial kita secara detail dan saat dihadapkan kembali pada keputusan untuk mengeluarkan uang untuk hal yang di luar dari prioritas kebutuhan, Anda lebih mudah memutuskan untuk menunda keinginan tersebut.
Bila seiring berjalannya waktu berhasil menekan pengeluaran dan menghemat lebih banyak uang, berarti telah berhasil mengimplementasikan Kakeibo.
Baca juga: Konsultan keuangan bagikan tips untuk berbisnis tahun depan
Baca juga: Pentingnya evaluasi kondisi keuangan untuk hadapi 2021
Baca juga: Cara merencanakan warisan agar aset terlindungi