Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah sedang menyelidiki penyebab kematian seekor buaya yang ditemukan terdampar di pinggir Sungai Mentaya Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Masih kami selidiki penyebabnya. Tapi dari hasil pemeriksaan kami tadi, dari mulai kepala sampai ekor bagian punggung tidak ditemukan bekas benda tajam di tubuh atau punggung buaya," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Minggu.
Muriansyah ditemani rekannya dari Manggala Agni langsung turun ke lokasi setelah mendapat laporan temuan bangkai buaya di Dusun Belanti Desa Bangkuang Makmur Kecamatan Mentawa Baru Ketapang pada Minggu pagi.
Menurut keterangan warga setempat, buaya awalnya hanyut dari arah hulu Sungai Mentaya, kemudian diikat oleh warga di sekitar Pelabuhan Belanti agar tidak hanyut. Temuan itu kemudian dilaporkan oleh Kepala Desa Bangkuang Makmur Fitriannur kepada BKSDA.
Muriansyah memeriksa kondisi bangkai buaya yang mulai membengkak dan mengeluarkan bau busuk. Terlihat pada bagian punggung terdapat kulit yang mulai terkelupas.
Buaya muara dengan panjang sekitar tiga meter itu diketahui berjenis kelamin jantan. Tidak ditemukan luka bekas benda tajam atau benda tumpul.
Untuk menghindari keresahan warga, bangkai buaya muara tersebut ditarik dan diikat di pinggir kawasan hutan yang jauh dari permukiman penduduk. Kondisi bangkai yang mulai membusuk tidak memungkinkan diangkat dan dikubur di darat sehingga hanya diikat di kawasan yang jauh dari permukiman dan aktivitas warga.
"Kami masih menyelidiki ini. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di sungai, terlebih saat gelap karena rawan terjadi serangan buaya," kata Muriansyah.
Baca juga: Seekor buaya besar mati terdampar di pinggir Sungai Mentaya
Kepala Desa Bangkuang Makmur Fitriannur mengaku melaporkan temuan itu kepada BKSDA Kalimantan Tengah karena instansi vertikal itu yang membidangi masalah tersebut.
"Saya laporkan dan mereka meluncur ke lokasi setelah shalat zuhur untuk memeriksa dan mengevakuasi bangkai buaya tersebut," kata Fitriannur.
Dia berterima kasih atas respons cepat BKSDA. Beberapa waktu lalu dia juga melapor ke BKSDA ketika ramai video kemunculan buaya sedang memakan bangkai biawak di desa yang dipimpinnya. Saat itu Muriansyah juga langsung datang memeriksa ke lokasi dan memasang spanduk imbauan agar masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di sungai.
Populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak. Untuk itu warga diingatkan selalu waspada agar tidak menjadi korban serangan buaya.
Baca juga: GPPI Kotim: Sudah 70 persen perusahaan sawit bayar THR pekerja
"Masih kami selidiki penyebabnya. Tapi dari hasil pemeriksaan kami tadi, dari mulai kepala sampai ekor bagian punggung tidak ditemukan bekas benda tajam di tubuh atau punggung buaya," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Minggu.
Muriansyah ditemani rekannya dari Manggala Agni langsung turun ke lokasi setelah mendapat laporan temuan bangkai buaya di Dusun Belanti Desa Bangkuang Makmur Kecamatan Mentawa Baru Ketapang pada Minggu pagi.
Menurut keterangan warga setempat, buaya awalnya hanyut dari arah hulu Sungai Mentaya, kemudian diikat oleh warga di sekitar Pelabuhan Belanti agar tidak hanyut. Temuan itu kemudian dilaporkan oleh Kepala Desa Bangkuang Makmur Fitriannur kepada BKSDA.
Muriansyah memeriksa kondisi bangkai buaya yang mulai membengkak dan mengeluarkan bau busuk. Terlihat pada bagian punggung terdapat kulit yang mulai terkelupas.
Buaya muara dengan panjang sekitar tiga meter itu diketahui berjenis kelamin jantan. Tidak ditemukan luka bekas benda tajam atau benda tumpul.
Untuk menghindari keresahan warga, bangkai buaya muara tersebut ditarik dan diikat di pinggir kawasan hutan yang jauh dari permukiman penduduk. Kondisi bangkai yang mulai membusuk tidak memungkinkan diangkat dan dikubur di darat sehingga hanya diikat di kawasan yang jauh dari permukiman dan aktivitas warga.
"Kami masih menyelidiki ini. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di sungai, terlebih saat gelap karena rawan terjadi serangan buaya," kata Muriansyah.
Baca juga: Seekor buaya besar mati terdampar di pinggir Sungai Mentaya
Kepala Desa Bangkuang Makmur Fitriannur mengaku melaporkan temuan itu kepada BKSDA Kalimantan Tengah karena instansi vertikal itu yang membidangi masalah tersebut.
"Saya laporkan dan mereka meluncur ke lokasi setelah shalat zuhur untuk memeriksa dan mengevakuasi bangkai buaya tersebut," kata Fitriannur.
Dia berterima kasih atas respons cepat BKSDA. Beberapa waktu lalu dia juga melapor ke BKSDA ketika ramai video kemunculan buaya sedang memakan bangkai biawak di desa yang dipimpinnya. Saat itu Muriansyah juga langsung datang memeriksa ke lokasi dan memasang spanduk imbauan agar masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di sungai.
Populasi buaya di Sungai Mentaya diperkirakan masih cukup banyak. Untuk itu warga diingatkan selalu waspada agar tidak menjadi korban serangan buaya.
Baca juga: GPPI Kotim: Sudah 70 persen perusahaan sawit bayar THR pekerja