Sampit (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Rudianur mengaku sangat prihatin atas musibah dialami petani Desa Lampuyang Kecamatan Teluk Sampit yang gagal panen akibat ribuan hektare padi yang ditanam terendam banjir.
"Informasi sementara yang disampaikan kepada kami tadi ada sekitar 3.500 hektare sawah yang gagal panen di Desa Lampuyang. Banjir merendam sawah petani setempat," kata Rudianur di Sampit, Kamis.
Begitu mendapat informasi terjadi banjir tersebut, Rudianur langsung turun ke lokasi. Dia memantau sawah yang terendam banjir di sejumlah lokasi di desa penghasil beras terbesar tersebut.
Politisi Partai Golkar itu juga berdialog dengan petani yang ditemuinya sambil meninjau sawah yang terendam banjir. Petani berharap kejadian ini mendapat perhatian pemerintah daerah.
Rudianur meminta Dinas Pertanian bergerak cepat turun ke lokasi mendata sawah-sawah yang terendam banjir. Evaluasi harus dilakukan, khususnya terkait sistem pengairan untuk perbaikan pasokan air dan diupayakan mencegah banjir.
Dia memahami betul kondisi di kawasan itu karena Kecamatan Teluk Sampit merupakan salah satu kecamatan yang diwakili atau daerah pemilihannya. Dia khawatir kejadian ini akan berpengaruh terhadap produksi beras karena Desa Lampuyang merupakan lumbung beras terbesar Kotawaringin Timur.
Baca juga: Perda Budaya Daerah Kotim mengemban misi pelestarian dan pengembangan
Kejadian ini juga dipastikan membuat petani merugi. Padahal, sebagian petani bercocok tanam menggunakan modal yang terbatas, bahkan kabarnya ada yang meminjam dari orang lain dengan janji akan dibayar saat panen.
"Kami meminta pemerintah daerah juga membantu petani agar nanti mereka bisa kembali bercocok tanam setelah banjir usai dan musim tanam tiba. Petani sangat membutuhkan bantuan bibit, pupuk dan lainnya. Pemerintah diharapkan turun tangan membantu itu," harap Rudianur.
Kepala Desa Lampuyang, Muksin saat dihubungi mengatakan, sudah lima hari banjir di desa tersebut dan air semakin tinggi. Dia menyebut, saat ini sudah puluhan rumah warga terendam banjir.
"Kalau menurut pantauan kami di lapangan, kurang lebih 3.500 hektare padi yang belum sempat dipanen. Jadi kerugian petani diperkirakan mencapai Rp5 miliar. Ini adalah banjir yang kedua kalinya dari 10 tahun yang lalu, pas seperti ini," demikian Muksin.
Baca juga: Bupati Kotim minta pemuda bantu gencarkan sosialisasi protokol kesehatan
Baca juga: Kadin Kotim didorong bantu pemulihan ekonomi
"Informasi sementara yang disampaikan kepada kami tadi ada sekitar 3.500 hektare sawah yang gagal panen di Desa Lampuyang. Banjir merendam sawah petani setempat," kata Rudianur di Sampit, Kamis.
Begitu mendapat informasi terjadi banjir tersebut, Rudianur langsung turun ke lokasi. Dia memantau sawah yang terendam banjir di sejumlah lokasi di desa penghasil beras terbesar tersebut.
Politisi Partai Golkar itu juga berdialog dengan petani yang ditemuinya sambil meninjau sawah yang terendam banjir. Petani berharap kejadian ini mendapat perhatian pemerintah daerah.
Rudianur meminta Dinas Pertanian bergerak cepat turun ke lokasi mendata sawah-sawah yang terendam banjir. Evaluasi harus dilakukan, khususnya terkait sistem pengairan untuk perbaikan pasokan air dan diupayakan mencegah banjir.
Dia memahami betul kondisi di kawasan itu karena Kecamatan Teluk Sampit merupakan salah satu kecamatan yang diwakili atau daerah pemilihannya. Dia khawatir kejadian ini akan berpengaruh terhadap produksi beras karena Desa Lampuyang merupakan lumbung beras terbesar Kotawaringin Timur.
Baca juga: Perda Budaya Daerah Kotim mengemban misi pelestarian dan pengembangan
Kejadian ini juga dipastikan membuat petani merugi. Padahal, sebagian petani bercocok tanam menggunakan modal yang terbatas, bahkan kabarnya ada yang meminjam dari orang lain dengan janji akan dibayar saat panen.
"Kami meminta pemerintah daerah juga membantu petani agar nanti mereka bisa kembali bercocok tanam setelah banjir usai dan musim tanam tiba. Petani sangat membutuhkan bantuan bibit, pupuk dan lainnya. Pemerintah diharapkan turun tangan membantu itu," harap Rudianur.
Kepala Desa Lampuyang, Muksin saat dihubungi mengatakan, sudah lima hari banjir di desa tersebut dan air semakin tinggi. Dia menyebut, saat ini sudah puluhan rumah warga terendam banjir.
"Kalau menurut pantauan kami di lapangan, kurang lebih 3.500 hektare padi yang belum sempat dipanen. Jadi kerugian petani diperkirakan mencapai Rp5 miliar. Ini adalah banjir yang kedua kalinya dari 10 tahun yang lalu, pas seperti ini," demikian Muksin.
Baca juga: Bupati Kotim minta pemuda bantu gencarkan sosialisasi protokol kesehatan
Baca juga: Kadin Kotim didorong bantu pemulihan ekonomi