Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah mencatat nilai tukar petani gabungan di provinsi ini selama Mei 2021 mencapai 114,45 persen, mengalami kenaikan sekitar 1,22 persen dibandingkan April 2021 yang berkisar 113,07 persen.
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan bahwa nilai tukar petani gabungan dari lima subsektor pertanian di provinsi ini selama Mei 2021 mencapai 114,45, atau lebih rendah 2,39 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) di periode yang sama sebesar 116,84.
"Selisih antara NTP dan NTUP, mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar, sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan," ucapnya.
Dibanding April 2021, lanjut dia, terjadi peningkatan NTP sebesar 1,22 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani sekitar 2,01 persen lebih besar dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani 0,77 persen.
Meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat 2,02 persen, peternakan 1,62 persen dan perikanan 0,12 persen.
"Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai tukar, yaitu subsektor tanaman pangan 0,57 persen dan subsektor hortikultura 0,57 persen," beber Eko.
Baca juga: Ekspor Kalteng alami kenaikan 12,42 persen
Dari kelima subsektor nilai tukar petani di Kalteng, tertinggi selama Mei 2021 berasal dari tanaman perkebunan rakyat 126,16 persen, diikuti peternakan 105,08 persen, hortikultura 103,12 persen, perikanan 102,19 persen dan tanaman pangan 96,92 persen.
Kepala BPS Kalteng menyatakan nilai tukar petani maupun NTUP selama Mei 2021, mengalami peningkatan di sebagian besar provinsi di wilayah Kalimantan. Di mana Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan nilai tukar tertinggi.
"Kalteng berada di urutan ketiga setelah Kalimantan Timur dengan nilai tukar sebesar 114,45 (NTP) dan 116,84 (NTUP)," demikian Eko.
Baca juga: Larangan mudik dan penyekatan jadi pemicu terjadi inflasi di Kalteng
Baca juga: Desa Trahean terpilih program Desa Cinta Statistik dari 100 desa di Indonesia
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, kemarin, mengatakan bahwa nilai tukar petani gabungan dari lima subsektor pertanian di provinsi ini selama Mei 2021 mencapai 114,45, atau lebih rendah 2,39 poin dibandingkan nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) di periode yang sama sebesar 116,84.
"Selisih antara NTP dan NTUP, mencerminkan tingkat reduksi terhadap nilai tukar, sebagai dampak dari naiknya tingkat harga kebutuhan konsumsi rumah tangga petani produsen, termasuk peternak dan nelayan," ucapnya.
Dibanding April 2021, lanjut dia, terjadi peningkatan NTP sebesar 1,22 persen. Peningkatan ini akibat kenaikan indeks harga yang diterima petani sekitar 2,01 persen lebih besar dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani 0,77 persen.
Meningkatnya NTP secara keseluruhan juga dipengaruhi oleh meningkatnya nilai tukar pada subsektor tanaman perkebunan rakyat 2,02 persen, peternakan 1,62 persen dan perikanan 0,12 persen.
"Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan nilai tukar, yaitu subsektor tanaman pangan 0,57 persen dan subsektor hortikultura 0,57 persen," beber Eko.
Baca juga: Ekspor Kalteng alami kenaikan 12,42 persen
Dari kelima subsektor nilai tukar petani di Kalteng, tertinggi selama Mei 2021 berasal dari tanaman perkebunan rakyat 126,16 persen, diikuti peternakan 105,08 persen, hortikultura 103,12 persen, perikanan 102,19 persen dan tanaman pangan 96,92 persen.
Kepala BPS Kalteng menyatakan nilai tukar petani maupun NTUP selama Mei 2021, mengalami peningkatan di sebagian besar provinsi di wilayah Kalimantan. Di mana Kalimantan Barat merupakan provinsi dengan nilai tukar tertinggi.
"Kalteng berada di urutan ketiga setelah Kalimantan Timur dengan nilai tukar sebesar 114,45 (NTP) dan 116,84 (NTUP)," demikian Eko.
Baca juga: Larangan mudik dan penyekatan jadi pemicu terjadi inflasi di Kalteng
Baca juga: Desa Trahean terpilih program Desa Cinta Statistik dari 100 desa di Indonesia