Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM mengungkapkan harga batu bara acuan telah mencapai level tertinggi dalam satu dekade terakhir menyentuh angka 130,99 dolar AS per ton pada Agustus 2021.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan peningkatan permintaan di China, Jepang, dan Korea Selatan telah mengerek harga batu bara dunia mempengaruhi harga acuan.
"Harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut, sementara kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik negara tersebut," kata Agung dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Pada Februari 2021, rekor tertinggi harga acuan batu bara tercatat hanya sebesar 127,05 dolar per ton.
Harga acuan sempat melandai rentang Februari hingga April 2021, lalu mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei hingga Juni dan menyentuh angka 115,3 dolar per ton pada Juli 2021.
"Ternyata, kenaikan tersebut terus konsisten hingga bulan Agustus 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru," ujar Agung.
Harga batu bara acuan diperoleh dari rata-rata daftar nilai Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kilo kalori per kilogram GAR, total kelembaban 8 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara acuan, yaitu hukum dagang berupa penawaran dan permintaan.
Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasokan seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair, nuklir, dan hidro.
Nantinya, harga batu bara acuan bulan Juli akan dipergunakan untuk penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan peningkatan permintaan di China, Jepang, dan Korea Selatan telah mengerek harga batu bara dunia mempengaruhi harga acuan.
"Harga batu bara dunia dipengaruhi musim penghujan yang ekstrem di China yang mengganggu kegiatan produksi dan transportasi batu bara di negara tersebut, sementara kebutuhan batu bara meningkat untuk keperluan pembangkit listrik yang melampaui kapasitas pasokan batu bara domestik negara tersebut," kata Agung dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Pada Februari 2021, rekor tertinggi harga acuan batu bara tercatat hanya sebesar 127,05 dolar per ton.
Harga acuan sempat melandai rentang Februari hingga April 2021, lalu mencatatkan kenaikan beruntun pada periode Mei hingga Juni dan menyentuh angka 115,3 dolar per ton pada Juli 2021.
"Ternyata, kenaikan tersebut terus konsisten hingga bulan Agustus 2021 dengan mencatatkan rekor tertinggi baru," ujar Agung.
Harga batu bara acuan diperoleh dari rata-rata daftar nilai Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6.322 kilo kalori per kilogram GAR, total kelembaban 8 persen, total sulfur 0,8 persen, dan abu 15 persen.
Terdapat dua faktor turunan yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara acuan, yaitu hukum dagang berupa penawaran dan permintaan.
Pada faktor turunan penawaran dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara pemasok, hingga teknis di rantai pasokan seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.
Sementara untuk faktor turunan permintaan dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti gas alam cair, nuklir, dan hidro.
Nantinya, harga batu bara acuan bulan Juli akan dipergunakan untuk penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut.