Sampit (ANTARA) - Kemungkinan merelokasi kubah atau makam Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari di Pantai Ujung Pandaran Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, yang terancam tergerus abrasi, mendapat lampu hijau dari keturunan atau zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kalampayan.
"Mudah-mudahan keinginan kita bersama untuk memindah makam itu bisa dilaksanakan. Tapi saat ini kami belum bisa memberikan keputusan. Kami terlebih dulu akan minta petunjuk dari para sesepuh, ulama dan zuriat di Martapura terkait masalah ini," kata Ketua Zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, Muhammad Husein di Sampit, Jumat.
Pantai Ujung Pandaran yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit merupakan objek wisata alam andalan Kotawaringin Timur karena pemandangannya yang indah. Di arah timur pantai itu terdapat kubah yang merupakan makam seorang ulama bernama Syekh Abu Hamid bin Syekh Haji Muhammad As`ad Al Banjari.
Syekh Abu Hamid adalah buyut dari ulama terkenal di Kalimantan Selatan yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan, yang terkenal dengan kitab karangannya berjudul Sabilal Muhtadin yang hingga kini banyak digunakan di sejumlah negara.
Kubah itu menjadi objek wisata religi dan banyak didatangi peziarah dari luar daerah. Namun kini keberadaannya terancam akibat abrasi yang terus menggerus pantai tersebut.
Jumat pagi, perwakilan zuriat Datu Kalampayan mengunjungi kubah Syekh Abu Hamid di Pantai Ujung Pandaran. Mereka menaiki perahu motor menyusuri pantai karena jalan menuju kubah telah terputus akibat abrasi yang semakin parah beberapa tahun terakhir.
Ini adalah kunjungan kedua para zuriat Datu Kalampayan setelah sekitar satu bulan lalu juga datang perwakilan untuk melihat kondisi kubah. Saat itu abrasi belum mencapai bangunan kubah, namun saat ini abrasi telah menggerus pondasi kubah sehingga sebagian lantai bangunan sudah ambles dan berlubang akibat abrasi.
Baca juga: 225 ton beras disalurkan bantu warga terdampak COVID-19 di Kotim
Usai melihat secara langsung kondisi terkini kerusakan kubah, rombongan zuriat Datu Kalampayan bertemu Bupati Halikinnor dan Penjabat Sekretaris Daerah Fajrurrahman di rumah jabatan bupati untuk bersilaturahmi sekaligus membahas masalah tersebut.
Husein mengakui kondisi kubah sudah sangat memprihatinkan akibat abrasi yang semakin parah. Pihaknya khawatir kondisi ini akan membuat bangunan kubah akan hancur.
Hasil kunjungan ini segera disampaikan dalam rapat dengan para sesepuh, ulama dan zuriat Datu Kalampayan di Martapura Kalimantan Selatan. Setelah ada keputusan, dia berjanji segera berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur.
Dia mengakui, menggeser atau merelokasi adalah opsi yang menjadi pertimbangan untuk menyelamatkan kubah tersebut. Namun Husein menegaskan bahwa keputusan terakhir akan diambil dalam rapat yang akan dilaksanakan para zuriat di Martapura dalam waktu dekat.
"Kami seluruh zuriat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari mengucapkan banyak terima kasih karena jika relokasi itu dilaksanakan, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur sudah siap membiayai semuanya. Mudah-mudahan ini menjadi berkah bagi kita semua dan mudah-mudahan Kotawaringin Timur semakin maju," ujar Husein.
Sementara itu Bupati Halikinnor menegaskan pemerintah daerah siap membantu menyelamatkan kubah tersebut. Salah satu opsi yang memang menjadi pertimbangan adalah merelokasi kubah ke tempat yang lebih aman di sekitar pantai.
"Intinya pemerintah daerah siap membantu. Pemerintah daerah menunggu keputusan dari zuriat atau pihak keluarga. Mudah-mudahan bisa secepatnya karena kondisi kerusakan semakin memprihatinkan akibat abrasi yang terus terjadi," demikian Halikinnor.
Baca juga: Legislator Kotim yakinkan Perda Protokol Kesehatan tidak bertujuan membebani masyarakat
Baca juga: Tarif baru tes PCR mandiri di RSUD Murjani Sampit Rp525.000
Baca juga: Kotim jadi daerah pertama di Kalteng berlakukan Perda Protokol Kesehatan