Sampit (ANTARA) - Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah Rudianur meminta perusahaan besar membantu penanganan stunting di daerah ini yang masih tinggi.
"Kami mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan lainnya untuk membantu penanganan stunting, terlebih perusahaan grup besar. Ini perlu menjadi perhatian bersama," kata Rudianur di Sampit, Rabu.
Rudianur mengaku prihatin karena Kotawaringin Timur menjadi daerah tertinggi kasus stunting. Kekhawatiran itu bukan sekadar terkait peringkat, tetapi justru dampaknya terhadap generasi penerus jika kasus stunting terus meningkat.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Penyakit yang ditandai dengan tubuh pendek atau kerdil ini juga berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia anak tersebut nantinya.
Rudianur menilai upaya pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini sudah cukup bagus. Kemajuan itu juga tergambar dari penurunan angka stunting di Kotawaringin Timur.
Namun untuk memaksimalkan penanganan stunting ini, perusahaan besar swasta diharapkan juga membantu. Saat ini sudah ada perusahaan yang membantu, namun dibutuhkan dukungan dari perusahaan-perusahan lainnya.
Perusahaan bisa membantu dengan carap mengarahkan program CSR (corporate social responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan pada program-program penanggulangan stunting di desa-desa sekitar perusahaan.
Pemicu tingginya kasus stunting dinilai sudah jelas yakni kekurangan gizi. Untuk itu penanganannya juga sudah jelas yaitu peningkatan asupan gizi bagi bayi atau balita, serta mengedukasi masyarakat agar memperhatikan asupan gizi untuk anak mereka.
Baca juga: Pemkab Kotim perbanyak alat pemantau transaksi tingkatkan pendapatan daerah
"Perusahaan kan bisa membantu melalui CSR. Lakukan pemetaan, wilayah mana yang perlu mereka bantu. Kalau saya melihat, bantuan bisa berupa pemenuhan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi bayi atau balita sehingga asupan gizi mereka tercukupi sesuai aturan," demikian Rudianur.
Sementara itu berdasarkan target pemerintah pusat, data bayi dan balita yang terinput dalam aplikasi e-PPGBM minimal 80 persen. Sampai dengan saat ini untuk Kabupaten Kotawaringin Timur baru terinput sebesar 71 persen, artinya belum mencapai target.
Kotawaringin Timur telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting dengan angka yang cukup tinggi yaitu 48,84 persen, tertinggi di Kalimantan Tengah.
Berdasarkan prevelensi sebaran stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur, per 27 agustus 2021 di Kotawaringin Timur sebesar 22 persen menurun 5 persen dari 27 persen per 31 Desember 2020.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga telah menetapkan 29 desa menjadi lokus stunting untuk dijadikan prioritas penanganannya pada 2021-2022.
Baca juga: Berikut perkembangan banjir berbagai daerah di Kalteng
"Kami mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan dan lainnya untuk membantu penanganan stunting, terlebih perusahaan grup besar. Ini perlu menjadi perhatian bersama," kata Rudianur di Sampit, Rabu.
Rudianur mengaku prihatin karena Kotawaringin Timur menjadi daerah tertinggi kasus stunting. Kekhawatiran itu bukan sekadar terkait peringkat, tetapi justru dampaknya terhadap generasi penerus jika kasus stunting terus meningkat.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Penyakit yang ditandai dengan tubuh pendek atau kerdil ini juga berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia anak tersebut nantinya.
Rudianur menilai upaya pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini sudah cukup bagus. Kemajuan itu juga tergambar dari penurunan angka stunting di Kotawaringin Timur.
Namun untuk memaksimalkan penanganan stunting ini, perusahaan besar swasta diharapkan juga membantu. Saat ini sudah ada perusahaan yang membantu, namun dibutuhkan dukungan dari perusahaan-perusahan lainnya.
Perusahaan bisa membantu dengan carap mengarahkan program CSR (corporate social responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan pada program-program penanggulangan stunting di desa-desa sekitar perusahaan.
Pemicu tingginya kasus stunting dinilai sudah jelas yakni kekurangan gizi. Untuk itu penanganannya juga sudah jelas yaitu peningkatan asupan gizi bagi bayi atau balita, serta mengedukasi masyarakat agar memperhatikan asupan gizi untuk anak mereka.
Baca juga: Pemkab Kotim perbanyak alat pemantau transaksi tingkatkan pendapatan daerah
"Perusahaan kan bisa membantu melalui CSR. Lakukan pemetaan, wilayah mana yang perlu mereka bantu. Kalau saya melihat, bantuan bisa berupa pemenuhan gizi melalui pemberian makanan tambahan bagi bayi atau balita sehingga asupan gizi mereka tercukupi sesuai aturan," demikian Rudianur.
Sementara itu berdasarkan target pemerintah pusat, data bayi dan balita yang terinput dalam aplikasi e-PPGBM minimal 80 persen. Sampai dengan saat ini untuk Kabupaten Kotawaringin Timur baru terinput sebesar 71 persen, artinya belum mencapai target.
Kotawaringin Timur telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting dengan angka yang cukup tinggi yaitu 48,84 persen, tertinggi di Kalimantan Tengah.
Berdasarkan prevelensi sebaran stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur, per 27 agustus 2021 di Kotawaringin Timur sebesar 22 persen menurun 5 persen dari 27 persen per 31 Desember 2020.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur juga telah menetapkan 29 desa menjadi lokus stunting untuk dijadikan prioritas penanganannya pada 2021-2022.
Baca juga: Berikut perkembangan banjir berbagai daerah di Kalteng