Sampit (ANTARA) - Banjir di tujuh kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah yang terjadi saat ini dinilai lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya, khususnya di Kecamatan Kota Besi.
"Selama saya bertugas di sini (jadi camat sejak 2018), ini merupakan banjir tertinggi dan terlama. Biasanya hanya sekitar satu minggu, sekarang ini sudah dua minggu dan malah airnya semakin tinggi dan meluas," kata Camat Kota Besi, Ninuk Muji Rahayu di Sampit, Kamis.
Banjir melanda tujuh kecamatan yakni enam kecamatan di wilayah utara atau hulu yang meliputi Bukit Santuai, Antang Kalang, Telaga Antang, Tualan Hulu, Mentaya Hulu dan Parenggean, serta satu kecamatan di wilayah hilir yaitu Kota Besi.
Kecamatan Kota Besi rutin dilanda banjir kiriman dari wilayah hulu karena kecamatan ini menjadi tempat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Tualan dan Sungai Mentaya sehingga sungai dengan mudah meluap jika di wilayah hulu terjadi banjir dan airnya turun ke Kota Besi.
Ninuk menyebutkan Desa Hanjalipan adalah desa terparah dilanda banjir saat ini dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter. Di desa yang geografisnya berbentuk cekungan ini terdapat 313 rumah dan semua terendam banjir lantaran air terus naik antara tiga hingga 10 centimeter dalam beberapa hari terakhir.
Banjir yang merendam desa di pinggir sungai itu menyebabkan 427 kepala keluarga yang terdiri dari lebih dari 1.000 jiwa menjadi korban banjir. Sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat kerabat maupun ke perumahan karyawan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Ninuk menyebut banjir kali ini lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya hanya Desa Hanjalipan yang terendam, kini desa lainnya juga tidak luput dari musibah ini yaitu Desa Palangan, Sore, Rasau Tumbuh, Simpur, Pamalian dan Dusun Pemadoan Desa Pamalian.
"Saya dengar di wilayah hulu masih hujan. Kalau banjir di hulu masih banjir maka kemungkinan di tempat kami ini juga masih akan bertahan. Banjir ini tertinggi dan terlama. Bahkan warga kami saja tidak menduga kalau banjir kali ini separah ini," ujar Ninuk.
Ninuk menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak, termasuk bantuan masyarakat melalui Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kotawaringin Timur yang datang menyerahkan bantuan ke kecamatan.
Baca juga: PT Maju Aneka Sawit bantu korban banjir di Desa Hanjalipan
Pihaknya sedang berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur untuk membuka dapur umum. Koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Kesehatan untuk membatu puskesmas melayani korban banjir yang kini mulai mengeluhkan berbagai penyakit seperti darah tinggi, diare, maag dan gatal-gatal.
"Ini memang perlu kesadaran masyarakat karena pemerintah tidak bisa memaksakan merelokasi perkampungan warga kalau masyarakatnya tidak mau. Selain itu, relokasi ini juga perlu dukungan Kementerian Sosial karena biayanya besar," kata Ninuk.
Sementara itu Ketua PWI Kotawaringin Timur Andri Rizky Agustian mengatakan, bantuan berupa sembako yang mereka serahkan merupakan hasil sumbangan masyarakat yang terdiri dari kalangan aparatus sipil negara maupun masyarakat umum.
Ini merupakan bentuk keprihatinan bersama untuk membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah banjir. Saat ini korban banjir memerlukan bantuan semua pihak agar mereka bisa bertahan menghadapi cobaan ini.
"Kami berharap bantuan ini bisa bermanfaat untuk saudara-saudara yang tertimpa musibah banjir ini. Kita juga sama-sama mendoakan semoga banjir segera surut," demikian Andri.
Baca juga: Polres Kotim waspadai peredaran narkoba melibatkan ibu rumah tangga
"Selama saya bertugas di sini (jadi camat sejak 2018), ini merupakan banjir tertinggi dan terlama. Biasanya hanya sekitar satu minggu, sekarang ini sudah dua minggu dan malah airnya semakin tinggi dan meluas," kata Camat Kota Besi, Ninuk Muji Rahayu di Sampit, Kamis.
Banjir melanda tujuh kecamatan yakni enam kecamatan di wilayah utara atau hulu yang meliputi Bukit Santuai, Antang Kalang, Telaga Antang, Tualan Hulu, Mentaya Hulu dan Parenggean, serta satu kecamatan di wilayah hilir yaitu Kota Besi.
Kecamatan Kota Besi rutin dilanda banjir kiriman dari wilayah hulu karena kecamatan ini menjadi tempat pertemuan dua sungai yaitu Sungai Tualan dan Sungai Mentaya sehingga sungai dengan mudah meluap jika di wilayah hulu terjadi banjir dan airnya turun ke Kota Besi.
Ninuk menyebutkan Desa Hanjalipan adalah desa terparah dilanda banjir saat ini dengan ketinggian lebih dari 1,5 meter. Di desa yang geografisnya berbentuk cekungan ini terdapat 313 rumah dan semua terendam banjir lantaran air terus naik antara tiga hingga 10 centimeter dalam beberapa hari terakhir.
Banjir yang merendam desa di pinggir sungai itu menyebabkan 427 kepala keluarga yang terdiri dari lebih dari 1.000 jiwa menjadi korban banjir. Sebagian warga terpaksa mengungsi ke tempat kerabat maupun ke perumahan karyawan di perusahaan tempat mereka bekerja.
Ninuk menyebut banjir kali ini lebih parah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Jika biasanya hanya Desa Hanjalipan yang terendam, kini desa lainnya juga tidak luput dari musibah ini yaitu Desa Palangan, Sore, Rasau Tumbuh, Simpur, Pamalian dan Dusun Pemadoan Desa Pamalian.
"Saya dengar di wilayah hulu masih hujan. Kalau banjir di hulu masih banjir maka kemungkinan di tempat kami ini juga masih akan bertahan. Banjir ini tertinggi dan terlama. Bahkan warga kami saja tidak menduga kalau banjir kali ini separah ini," ujar Ninuk.
Ninuk menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak, termasuk bantuan masyarakat melalui Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Kotawaringin Timur yang datang menyerahkan bantuan ke kecamatan.
Baca juga: PT Maju Aneka Sawit bantu korban banjir di Desa Hanjalipan
Pihaknya sedang berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur untuk membuka dapur umum. Koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Kesehatan untuk membatu puskesmas melayani korban banjir yang kini mulai mengeluhkan berbagai penyakit seperti darah tinggi, diare, maag dan gatal-gatal.
"Ini memang perlu kesadaran masyarakat karena pemerintah tidak bisa memaksakan merelokasi perkampungan warga kalau masyarakatnya tidak mau. Selain itu, relokasi ini juga perlu dukungan Kementerian Sosial karena biayanya besar," kata Ninuk.
Sementara itu Ketua PWI Kotawaringin Timur Andri Rizky Agustian mengatakan, bantuan berupa sembako yang mereka serahkan merupakan hasil sumbangan masyarakat yang terdiri dari kalangan aparatus sipil negara maupun masyarakat umum.
Ini merupakan bentuk keprihatinan bersama untuk membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah banjir. Saat ini korban banjir memerlukan bantuan semua pihak agar mereka bisa bertahan menghadapi cobaan ini.
"Kami berharap bantuan ini bisa bermanfaat untuk saudara-saudara yang tertimpa musibah banjir ini. Kita juga sama-sama mendoakan semoga banjir segera surut," demikian Andri.
Baca juga: Polres Kotim waspadai peredaran narkoba melibatkan ibu rumah tangga