Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, terus mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka meski saat ini kasus penularan COVID-19 terus melandai.
"Kalau terjadi peningkatan kasus COVID-19 atau muncul klaster baru, ini yang kita hindari. Keselamatan anak-anak menjadi perhatian utama. Tapi kalau tren menurun maka pembelajaran tatap muka kita laksanakan seperti saat normal," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Senin.
Hal itu disampaikan Halikinnor saat menghadiri peletakan batu pertama pembangunan mushalla SMPN 1 Sampit. Kesempatan itu juga dimanfaatkannya untuk memantau situasi pembelajaran tatap muka di sekolah tersebut.
Halikinnor mengaku bersyukur karena penularan COVID-19 di daerah ini menurun. Sampai saat ini dirinya belum ada mendengar laporan pasien COVID-19 yang meninggal dunia maupun ada kasus baru.
Meski begitu, pembelajaran tatap muka tetap dijalankan sesuai protokol kesehatan, khususnya diisi maksimal 50 persen dari kapasitas ruangan. Dinas Pendidikan juga telah diinstruksikan untuk terus mengawasi dan mengevaluasi perkembangan pembelajaran tatap muka tersebut.
Halikinnor juga menyempatkan berdialog dengan siswa dan siswi setempat. Sebagian besar berpendapat bahwa sangat terasa perbedaan dibanding pembelajaran daring atau online.
Pembelajaran tatap muka dirasakan lebih mudah dimengerti karena peserta didik bisa langsung berinteraksi dengan guru maupun sesama teman satu kelasnya. Pemerintah daerah berharap penularan COVID-19 terus menurun sehingga proses belajar dan mengajar bisa kembali normal seperti sediakala.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, perkembangan COVID-19 hingga Senin siang tidak ada terjadi penambahan kasus baru, sembuh maupun pasien yang meninggal dunia.
Secara keseluruhan jumlah kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah mencapai 5.163 kasus yang terdiri dari 4.914 kasus sembuh, 48 orang masih ditangani dan 201 orang telah wafat.
Baca juga: Halikinnor terpilih jadi Ketua Umum PDBI Kalteng
"Ini menandakan bahwa disiplin masyarakat sudah baik dan mungkin terjadi penurunan. Tetapi saya ingatkan kita semua jangan lengah dan jangan kendur. Tetap jalankan protokol kesehatan. Harapan kita ini betul-betul tren baik yang akan berakhir sehingga ekonomi kita akan bangkit kembali," harap Halikinnor.
Sementara itu terkait pembangunan mushalla SMPN 1 Sampit, Halikinnor mengatakan, pembangunan itu sebenarnya sudah diprogramkan dua tahun lalu, namun saat itu mulai terjadi pandemi COVID-19 sehingga pelaksanaannya tertunda karena anggaran terbatas.
"Alhamdulillah tahun ini terealisasi. Anggarannya sekitar Rp600 juta. Mudahan tiga bulan ini rampung dan bisa dimanfaatkan, khususnya oleh pelajar di sini," demikian Halikinnor.
Kepala SMPN 1 Sampit, Maspa Puluhulawa mengatakan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah itu dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain membatasi jumlah peserta didik dalam setiap sesi, protokol lainnya juga dijalankan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Pembelajaran tatap muka dibagi dua sesi untuk mencegah penumpukan peserta. Orangtua siswa juga diminta mengantar dan menjemput tepat waktu sehingga siswa tidak sampai berkerumun ketika menunggu jemputan," ujar Maspa.
Diakui, pembelajaran tatap muka dinilai lebih efektif. Namun, pelaksanaannya tetap harus menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 secara ketat.
Baca juga: Wabup Kotim minta warga turut menjaga kebersihan kawasan pendidikan
"Kalau terjadi peningkatan kasus COVID-19 atau muncul klaster baru, ini yang kita hindari. Keselamatan anak-anak menjadi perhatian utama. Tapi kalau tren menurun maka pembelajaran tatap muka kita laksanakan seperti saat normal," kata Bupati Halikinnor di Sampit, Senin.
Hal itu disampaikan Halikinnor saat menghadiri peletakan batu pertama pembangunan mushalla SMPN 1 Sampit. Kesempatan itu juga dimanfaatkannya untuk memantau situasi pembelajaran tatap muka di sekolah tersebut.
Halikinnor mengaku bersyukur karena penularan COVID-19 di daerah ini menurun. Sampai saat ini dirinya belum ada mendengar laporan pasien COVID-19 yang meninggal dunia maupun ada kasus baru.
Meski begitu, pembelajaran tatap muka tetap dijalankan sesuai protokol kesehatan, khususnya diisi maksimal 50 persen dari kapasitas ruangan. Dinas Pendidikan juga telah diinstruksikan untuk terus mengawasi dan mengevaluasi perkembangan pembelajaran tatap muka tersebut.
Halikinnor juga menyempatkan berdialog dengan siswa dan siswi setempat. Sebagian besar berpendapat bahwa sangat terasa perbedaan dibanding pembelajaran daring atau online.
Pembelajaran tatap muka dirasakan lebih mudah dimengerti karena peserta didik bisa langsung berinteraksi dengan guru maupun sesama teman satu kelasnya. Pemerintah daerah berharap penularan COVID-19 terus menurun sehingga proses belajar dan mengajar bisa kembali normal seperti sediakala.
Berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, perkembangan COVID-19 hingga Senin siang tidak ada terjadi penambahan kasus baru, sembuh maupun pasien yang meninggal dunia.
Secara keseluruhan jumlah kasus COVID-19 di Kotawaringin Timur sudah mencapai 5.163 kasus yang terdiri dari 4.914 kasus sembuh, 48 orang masih ditangani dan 201 orang telah wafat.
Baca juga: Halikinnor terpilih jadi Ketua Umum PDBI Kalteng
"Ini menandakan bahwa disiplin masyarakat sudah baik dan mungkin terjadi penurunan. Tetapi saya ingatkan kita semua jangan lengah dan jangan kendur. Tetap jalankan protokol kesehatan. Harapan kita ini betul-betul tren baik yang akan berakhir sehingga ekonomi kita akan bangkit kembali," harap Halikinnor.
Sementara itu terkait pembangunan mushalla SMPN 1 Sampit, Halikinnor mengatakan, pembangunan itu sebenarnya sudah diprogramkan dua tahun lalu, namun saat itu mulai terjadi pandemi COVID-19 sehingga pelaksanaannya tertunda karena anggaran terbatas.
"Alhamdulillah tahun ini terealisasi. Anggarannya sekitar Rp600 juta. Mudahan tiga bulan ini rampung dan bisa dimanfaatkan, khususnya oleh pelajar di sini," demikian Halikinnor.
Kepala SMPN 1 Sampit, Maspa Puluhulawa mengatakan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka di sekolah itu dijalankan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Selain membatasi jumlah peserta didik dalam setiap sesi, protokol lainnya juga dijalankan untuk mencegah penularan COVID-19.
"Pembelajaran tatap muka dibagi dua sesi untuk mencegah penumpukan peserta. Orangtua siswa juga diminta mengantar dan menjemput tepat waktu sehingga siswa tidak sampai berkerumun ketika menunggu jemputan," ujar Maspa.
Diakui, pembelajaran tatap muka dinilai lebih efektif. Namun, pelaksanaannya tetap harus menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran COVID-19 secara ketat.
Baca juga: Wabup Kotim minta warga turut menjaga kebersihan kawasan pendidikan