Palangka Raya (ANTARA) - Tim gabungan membersihkan jalur air yang biasanya sebagai jalur perlintasan patroli kebakaran hutan dan lahan di Sungai Sebangau , Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
"Tim gabungan yang terlibat pembersihan jalur Sungai Sebangau selama empat hari itu 36 orang," kata Koordinator Masyarakat Peduli Api (MPA) Kereng Bangkirai Aditya di Palangka Raya, Senin.
Dia menerangkan pembersihan jalur lalu lintas sungai dari pampanan atau tumpukan pohon rasau (Pandanus helicopus) merupakan kegiatan penanganan dan kesiapsiagaan bencana karhutla yang terus mengancam lahan gambut.
Dipilihnya pembersihan saat musim banjir guna mempermudah tim dalam evakuasi atau menyingkirkan pohon-pohon dan tanaman yang menghalangi serta menutupi jalur lintasan di Sungai Sabangau tersebut.
Setelah pohon papanan atau warga setempat menyebut pohon rasau serta tanaman yang menutupi telah dikumpulkan dan disatukan maka tim kemudian akan menarik pohon dan tanaman tersebut ke tempat yang telah ditentukan agar tidak kembali menutupi jalur lintasan di sungai tersebut.
Jalur sungai yang dibersihkan itu selain sebagai lintasan untuk patroli karhutla juga digunakan sebagai jalur nelayan mencari ikan dan juga jalur wisatawan saat susur sungai menikmati keindahan alam di wilayah air hitam Sungai Sebangau.
Baca juga: Perlu upaya kolektif dalam pemulihan ekosistem Taman Nasional Sebangau
Tim gabungan itu sendiri terdiri dari Tim Patroli Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP) Universitas Palangka Raya, MPA KerengBangkirai dan MPA Kelurahan Sabaru, serta Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia,
Manajer Konservasi BNF Indonesia Adhy Maruly mengatakan saat ini pohon pampanan sudah menutupi beberapa titik jalur perlintasan di Sungai Sebangau.
"Jika dibiarkan akan menghambat aktivitas masyarakat dan kalau terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), hal itu dapat memperlambat akses tim patroli dalam upaya memadamkan api," katanya.
Apalagi, lanjut dia, patroli di wilayah gambut ini terus dilakukan untuk mengamankan kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut termasuk di area khusus di dalam Taman Nasional Sebangau dari kegiatan penebangan liar, perburuan satwa, penangkapan ikan ilegal, serta kebakaran hutan.
Baca juga: Perlu upaya kolektif memulihkan ekosistem Taman Nasional Sebangau
"Tim gabungan yang terlibat pembersihan jalur Sungai Sebangau selama empat hari itu 36 orang," kata Koordinator Masyarakat Peduli Api (MPA) Kereng Bangkirai Aditya di Palangka Raya, Senin.
Dia menerangkan pembersihan jalur lalu lintas sungai dari pampanan atau tumpukan pohon rasau (Pandanus helicopus) merupakan kegiatan penanganan dan kesiapsiagaan bencana karhutla yang terus mengancam lahan gambut.
Dipilihnya pembersihan saat musim banjir guna mempermudah tim dalam evakuasi atau menyingkirkan pohon-pohon dan tanaman yang menghalangi serta menutupi jalur lintasan di Sungai Sabangau tersebut.
Setelah pohon papanan atau warga setempat menyebut pohon rasau serta tanaman yang menutupi telah dikumpulkan dan disatukan maka tim kemudian akan menarik pohon dan tanaman tersebut ke tempat yang telah ditentukan agar tidak kembali menutupi jalur lintasan di sungai tersebut.
Jalur sungai yang dibersihkan itu selain sebagai lintasan untuk patroli karhutla juga digunakan sebagai jalur nelayan mencari ikan dan juga jalur wisatawan saat susur sungai menikmati keindahan alam di wilayah air hitam Sungai Sebangau.
Baca juga: Perlu upaya kolektif dalam pemulihan ekosistem Taman Nasional Sebangau
Tim gabungan itu sendiri terdiri dari Tim Patroli Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (CIMTROP) Universitas Palangka Raya, MPA KerengBangkirai dan MPA Kelurahan Sabaru, serta Borneo Nature Foundation (BNF) Indonesia,
Manajer Konservasi BNF Indonesia Adhy Maruly mengatakan saat ini pohon pampanan sudah menutupi beberapa titik jalur perlintasan di Sungai Sebangau.
"Jika dibiarkan akan menghambat aktivitas masyarakat dan kalau terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), hal itu dapat memperlambat akses tim patroli dalam upaya memadamkan api," katanya.
Apalagi, lanjut dia, patroli di wilayah gambut ini terus dilakukan untuk mengamankan kawasan Laboratorium Alam Hutan Gambut termasuk di area khusus di dalam Taman Nasional Sebangau dari kegiatan penebangan liar, perburuan satwa, penangkapan ikan ilegal, serta kebakaran hutan.
Baca juga: Perlu upaya kolektif memulihkan ekosistem Taman Nasional Sebangau