Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan hampir 75 persen masyarakat di Indonesia saat ini sudah rajin mencuci tangan.
"Survei memperlihatkan bahwa hampir 75 persen anggota masyarakat sudah sering mencuci tangan. Artinya 8 dari 10 orang Indonesia, membersihkan tangannya sekitar 8 sampai dengan 10 kali sehari,” kata Reisa dalam keterangan pers Hari Cuci Tangan Sedunia.yang disaksikan secara virtual, di Jakarta, Jumat.
Hal ini dikatakan Reisa mengutip laporan hasil survei perilaku masyarakat pada masa pandemi COVID-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode 13-20 Juli 2021.
Dia mengatakan meskipun terkesan sederhana, cuci tangan pakai sabun (CTPS) sudah menyelamatkan banyak nyawa, dimulai dari mencegah penularan COVID-19 lebih luas hingga menekan potensi wabah yang berpusat dan berawal dari Indonesia.
“Praktik cuci tangan yang meningkat drastis sejak pandemi dimulai Maret 2020 yang lalu, meskipun tidak 100 persen memutus penularan virus Sars Cov-2 penyebab COVID, tapi mampu membatasi penularan pada batas tertentu,” ujar Reisa.
Dia mengatakan, selain berkontribusi untuk mencegah penularan COVID-19, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir minimal 20 detik juga menurunkan angka kematian karena diare, terutama pada balita.
Reisa menuturkan, menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Vensya Sitohang, CTPS dapat menurunkan dua penyakit penyebab utama kematian anak balita di Indonesia yaitu diare hingga 30 persen dan penyakit saluran pernafasan pada anak hingga 20 persen.
“Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100 persen, karena ini adalah cara termudah, termurah, dan tercepat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” ajak Reisa.
Reisa juga berharap agar Hari Cuci Tangan Sedunia dapat menjadi momentum untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian COVID-19.
“Dengan cara yang mudah namun bersama-sama, lalu kita gunakan senjata yang sama untuk mencegah penularan berbagai penyakit lainnya,” jelas Reisa.
"Survei memperlihatkan bahwa hampir 75 persen anggota masyarakat sudah sering mencuci tangan. Artinya 8 dari 10 orang Indonesia, membersihkan tangannya sekitar 8 sampai dengan 10 kali sehari,” kata Reisa dalam keterangan pers Hari Cuci Tangan Sedunia.yang disaksikan secara virtual, di Jakarta, Jumat.
Hal ini dikatakan Reisa mengutip laporan hasil survei perilaku masyarakat pada masa pandemi COVID-19 yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode 13-20 Juli 2021.
Dia mengatakan meskipun terkesan sederhana, cuci tangan pakai sabun (CTPS) sudah menyelamatkan banyak nyawa, dimulai dari mencegah penularan COVID-19 lebih luas hingga menekan potensi wabah yang berpusat dan berawal dari Indonesia.
“Praktik cuci tangan yang meningkat drastis sejak pandemi dimulai Maret 2020 yang lalu, meskipun tidak 100 persen memutus penularan virus Sars Cov-2 penyebab COVID, tapi mampu membatasi penularan pada batas tertentu,” ujar Reisa.
Dia mengatakan, selain berkontribusi untuk mencegah penularan COVID-19, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir minimal 20 detik juga menurunkan angka kematian karena diare, terutama pada balita.
Reisa menuturkan, menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Vensya Sitohang, CTPS dapat menurunkan dua penyakit penyebab utama kematian anak balita di Indonesia yaitu diare hingga 30 persen dan penyakit saluran pernafasan pada anak hingga 20 persen.
“Mari tingkatkan praktik cuci tangan kita sampai dengan 100 persen, karena ini adalah cara termudah, termurah, dan tercepat membunuh virus dan kuman lainnya di tangan kita,” ajak Reisa.
Reisa juga berharap agar Hari Cuci Tangan Sedunia dapat menjadi momentum untuk meningkatkan keberhasilan pengendalian COVID-19.
“Dengan cara yang mudah namun bersama-sama, lalu kita gunakan senjata yang sama untuk mencegah penularan berbagai penyakit lainnya,” jelas Reisa.