Sampit (ANTARA) - Enam penambang emas korban longsor di Desa Tumbang Torung Kecamatan Bukit Santuai Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, telah diambil pihak keluarga dan dimakamkan.
"Semua korban tadi sudah dibawa pihak keluarga masing-masing. Yang terakhir pagi tadi pukul 08.20 WIB untuk jenazah yang dibawa ke Desa Tumbang Boloi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Rihel yang ikut turun ke Kecamatan Bukit Santuai, Jumat.
Tragedi longsor di lokasi tambang emas tradisional itu terjadi Kamis (28/10) sekitar pukul 12.00 WIB saat hujan deras. Tanah yang labil membuat tebing menjadi longsor dan menimpa penambang.
Dari 11 penambang, enam orang tertimbun longsor dan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Lima orang lainnya berhasil selamat dari musibah tersebut.
Enam korban meninggal yaitu Dibau (46) asal Desa Sungai Ubar, Ahmadi (39) asal Desa Sungai Paring Kecamatan Cempaga, MA Jimi asal Desa Sungai Ubar, Hendri (35) asal Desa Tumbang Boloi, Supiansyah (46) dan Edut asal Desa Dirung Kecamatan Murung.
Sementara itu lima orang penambang yang selamat yaitu Saripei, Andei dan Sendi dari Desa Tumbang Torung serta Yogi dan Hendrik dari Desa Sungai Ubar.
Baca juga: Enam penambang emas di Kotim meninggal tertimbun longsor
Kamis malam, jenazah korban mulai dievakuasi dari lokasi kejadian. Perjalanan dilakukan melalui jalur sungai sekitar dua jam menuju ibu kota Kecamatan Bukit Santuai. Setelah divisum oleh petugas kesehatan setempat, jenazah dibawa oleh pihak keluarga ke kampung halaman masing-masing.
Salah satu korban yaitu Ahmadi, jenazahnya dibawa pulang oleh pihak keluarga ke kampung mereka di Desa Sungai Paring Kecamatan Cempaga. Jumat siang, jenazah almarhum dimakamkan.
Sementara itu, lokasi tambang yang menelan korban tersebut dipasangi garis pembatas oleh kepolisian. Saat ini polisi masih menyelidiki kejadian yang merenggut enam nyawa tersebut.
"Untuk kronologis pastinya, itu tentu wewenang kepolisian untuk menyelidikinya. Fokus saat ini adalah evakuasi seluruh korban sudah selesai atas dukungan semua pihak," demikian Rihel.
Baca juga: Legislator Kotim soroti banjir terus berulang di Sampit
"Semua korban tadi sudah dibawa pihak keluarga masing-masing. Yang terakhir pagi tadi pukul 08.20 WIB untuk jenazah yang dibawa ke Desa Tumbang Boloi," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur Rihel yang ikut turun ke Kecamatan Bukit Santuai, Jumat.
Tragedi longsor di lokasi tambang emas tradisional itu terjadi Kamis (28/10) sekitar pukul 12.00 WIB saat hujan deras. Tanah yang labil membuat tebing menjadi longsor dan menimpa penambang.
Dari 11 penambang, enam orang tertimbun longsor dan ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Lima orang lainnya berhasil selamat dari musibah tersebut.
Enam korban meninggal yaitu Dibau (46) asal Desa Sungai Ubar, Ahmadi (39) asal Desa Sungai Paring Kecamatan Cempaga, MA Jimi asal Desa Sungai Ubar, Hendri (35) asal Desa Tumbang Boloi, Supiansyah (46) dan Edut asal Desa Dirung Kecamatan Murung.
Sementara itu lima orang penambang yang selamat yaitu Saripei, Andei dan Sendi dari Desa Tumbang Torung serta Yogi dan Hendrik dari Desa Sungai Ubar.
Baca juga: Enam penambang emas di Kotim meninggal tertimbun longsor
Kamis malam, jenazah korban mulai dievakuasi dari lokasi kejadian. Perjalanan dilakukan melalui jalur sungai sekitar dua jam menuju ibu kota Kecamatan Bukit Santuai. Setelah divisum oleh petugas kesehatan setempat, jenazah dibawa oleh pihak keluarga ke kampung halaman masing-masing.
Salah satu korban yaitu Ahmadi, jenazahnya dibawa pulang oleh pihak keluarga ke kampung mereka di Desa Sungai Paring Kecamatan Cempaga. Jumat siang, jenazah almarhum dimakamkan.
Sementara itu, lokasi tambang yang menelan korban tersebut dipasangi garis pembatas oleh kepolisian. Saat ini polisi masih menyelidiki kejadian yang merenggut enam nyawa tersebut.
"Untuk kronologis pastinya, itu tentu wewenang kepolisian untuk menyelidikinya. Fokus saat ini adalah evakuasi seluruh korban sudah selesai atas dukungan semua pihak," demikian Rihel.
Baca juga: Legislator Kotim soroti banjir terus berulang di Sampit