Tips beri sanjungan pada anak agar tak berdampak negatif

Rabu, 5 Januari 2022 10:40 WIB

Jakarta (ANTARA) - Psikolog anak dan remaja dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, membagikan kiat bagi orang tua ketika memberikan pujian atau validasi eksternal pada anak agar tidak menimbulkan dampak negatif.

“Sering ditanyakan orang tua, nanti anaknya besar kepala kalau dipuji terus-terusan atau nanti dia tidak mau terpacu untuk mencapai yang lebih baik lagi. Memuji itu memang ada tekniknya sendiri. Sebenarnya memuji itu bukan sesuatu yang simpel, bukan sesuatu yang gampang,” kata Vera dalam sesi webinar, ditulis Rabu.

Menurut Vera, pujian yang baik seharusnya diucapkan secara spesifik atau langsung mengarah pada proses di balik keberhasilan yang anak capai. Pujian secara umum yang diucapkan secara terus-menerus, seperti sebatas kata-kata ‘Wah, kamu hebat’ atau ‘Wah, kamu pintar’, dapat menimbulkan efek negatif pada anak.

“Kita tidak secara general bilang ‘hebat’ atau apa. Itu mungkin kalau terlalu berulang kali, dia akan merasa dirinya memang anak paling hebat dan pintar di dunia ini, tetapi begitu keluar rumah dan bertemu sedikit kesulitan jadi gampang rapuh,” ujarnya.

Baca juga: Pentingnya orang tua bisa bermain bersama anak

Sebagai contoh, kalimat seperti ‘Mama bangga kamu bisa bangun tidur di pagi hari sendiri tanpa dibangunkan’, kata Vera, akan jauh lebih baik dan bisa berdampak positif pada anak.

Menurut Vera, pujian atau validasi eksternal masih dibutuhkan pada anak-anak hingga usia remaja. Validasi ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat menumbuhkan motivasi pada diri mereka.

“Pujian masih dibutuhkan untuk mereka. Makanya mungkin ada anak-anak yang akan semangat belajarnya kalau dijanjikan reward tertentu,” tuturnya.

Meski demikian, Vera mengingatkan agar orang tua juga tetap membantu untuk menumbuhkan dan mengembangkan validasi internal pada diri sang anak.

Validasi internal merupakan perasaan bangga dan semangat yang muncul melalui kesadaran di dalam dirinya sendiri tanpa harus dipicu oleh pujian orang lain. Validasi ini, kata Vera, biasanya baru berkembang pada usia remaja akhir sekitar 16 hingga 18 tahun.

Sebagai contoh, kalimat seperti, ‘Wah kamu hebat sudah bisa lebih bagus nilainya, kamu pasti bangga dengan diri kamu sendiri sudah bisa berusaha semaksimal mungkin’ atau ‘Kamu pasti bangga dengan diri kamu sendiri karena bisa bangun tidur tanpa dibangunkan’, menurut Vera, merupakan cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan validasi internal.

“Sehingga dia akan menyadari dirinya sendiri, ‘Ternyata aku tidak perlu melakukan ini untuk dapat pujian dari orang karena itu membuat aku sendiri merasa senang atau bahagia terhadap apa yang aku lakukan’,” ujar Vera.

Baca juga: Tips membuat si kecil doyan sayur

Baca juga: Gunakan 'car seat' untuk anak yang sesuai dengan usia

Baca juga: Perlunya mengasah kemampuan empati dan sosialisasi anak di era digital

Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Mendambakan indahnya kampanye saling memuji antarcapres dan cawapres

10 July 2023 8:03 Wib, 2023

Legislator Kapuas puji respons cepat penyaluran bantuan korban banjir

23 May 2021 10:18 Wib, 2021

Gary Lineker memuji Owen

20 March 2013 12:32 Wib, 2013

Putin memuji Chavez

09 March 2013 8:39 Wib, 2013
Terpopuler

Tinjau TPA, DPRD Kotim dapati kekurangan sarpras jadi kendala

DPRD Kotawaringin Timur - 08 November 2024 6:30 Wib

Hendra-Budiman perkuat tim kemenangan hadapi Pilkada 2024

Kabar Daerah - 10 November 2024 16:37 Wib

Liverpool perlebar jarak dengan City di klasemen Liga Inggris

Olahraga - 11 November 2024 19:55 Wib

Pemkab Bartim bantu atasi masalah pelaku UMKM di Kecamatan Awang

Kabar Daerah - 12 November 2024 15:04 Wib

Timnas MLBB putra Indonesia menang atas Guam di IESF WEC 2024

Olahraga - 13 November 2024 8:39 Wib