Perlunya mengasah kemampuan empati dan sosialisasi anak di era digital

Kamis, 25 November 2021 17:45 WIB

Jakarta (ANTARA) - Psikolog Klinis Fungsional RSUP Dr. Sardjito, DR. Indria Laksmi Gamayanti, M.Si., mengatakan kemampuan berempati dan bersosialisasi pada anak-anak perlu diasah untuk meminimalisir dampak negatif dari digitalisasi.

“Hal yang paling sederhana keterampilan orang untuk bersosialisasi bisa menjadi berkurang. Kalau ini (terjadi) sejak kecil, dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan berempati dan bersosialisasi,” ujarnya dalam webinar pada Kamis.

Terlebih, digitalisasi di masa pandemi menjadikan pertemuan tatap muka sebagai sesuatu kelaziman sehingga orang menjadi lebih nyaman dengan situasi yang serba bisa digital dan tidak mengharuskan bertemu secara langsung dengan orang lain, tambah Gamayanti.

Manurut Gamayanti, banyak anak-anak yang mengalami berbagai keluhan akibat perubahan proses pembelajaran menjadi daring, hal tersebut juga ditemukan oleh Satgas IPK Indonesia untuk penanggulangan COVID-19.

Baca juga: Tips menjaga bayi dan anak dari iritasi kulit

“Banyak anak yang cemas, harus menyesuaikan diri, terlebih untuk anak-anak berkebutuhan khusus, mereka sulit sekali untuk menyesuaikan diri dengan sistem belajar online,” tutunya.

Sebagai psikolog klinis, pihaknya mengatakan telah sejumlah upaya untuk menjawab permasalahan tersebut, seperti melakukan konseling melalui orang tua dan guru serta melakukan terapi secara langsung pada anak-anak, baik secara daring maupun luring.

“Walaupun (saat ini) kita terpaksa online, tetapi kita bisa mengajak beberapa remaja untuk berdiskusi bersama kemudian dipandu sehingga mereka juga bisa menceritakan pengalamannya dan bermain bersama secara daring,” katanya.

Meski demikian, ia juga mendorong agar anak-anak ini dapat melakukan aktivitas-aktivitas luar ruangan yang lebih banyak dengan mengikuti protokol kesehatan sehingga proses tumbuh-kembang anak tidak terganggu.

“Bagaimana pun juga keterampilan untuk bersosialisasi secara langsung ini juga menjadi lebih penting dan akan berkembang menjadi lebih banyak ketika kita bertemu langsung, empati juga lebih terasah,” ujar Gamayanti.

Psikolog Klinis dan Forensik Dra. Adityana Kasandravati Putranto mengatakan situasi pandemi memang telah menghadang aktivitas tatap muka dan mengharuskan anak-anak berinteraksi melalui gadget, ditambah hanya berdiam diri di dalam rumah.

Meski demikian, katanya, orang tua juga dapat mendorong anak-anak untuk melakukan permainan yang bersifat sportivitas, seperti olah raga, atau permainan serta budaya lokal yang mengandung nilai-nilai sosial sehingga kemampuan berempati dan bersosialisasinya dapat terasah.

“Anak-anak bisa mengembangkan kemampuan empati itu juga bergantung apa yang dia lihat sepanjang masa kehidupannya,” tutur psikolog lulusan Fakultas Psikologi UI itu.

Baca juga: Kiat maksimalkan kesejahteraan digital anak

Baca juga: Laki-laki sebaiknya disunat saat bayi

Baca juga: Tontonan yang tidak sesuai bisa sebabkan anak rentan stres

Pewarta : Rizka Khaerunnisa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Polres Kotim imbau warga lapor sebelum tinggalkan rumah kosong

12 jam lalu

Pemkab Kotim imbau masyarakat antisipasi bencana hidrometeorologi di akhir tahun

12 jam lalu

BKSDA Sampit terima seekor trenggiling temuan warga

16 jam lalu

Tim Kementerian Kesehatan RI visitasi pembukaan Fakultas Kedokteran Gigi UMPR

23 jam lalu

Forsiladi Kalteng siap berkiprah majukan pembangunan daerah

22 December 2024 5:34 Wib
Terpopuler

Disarpustaka Kapuas sambut siswa SD Islam Azza dalam kegiatan literasi

Kabar Daerah - 17 December 2024 10:52 Wib

Waket DPRD Bartim jadi dewan pakar Pemuda Katolik Pusat

Kabar Daerah - 18 December 2024 12:17 Wib

Menjadi produktif bisa bantu bertahan dalam menghadapi masalah

Lifestyle - 20 December 2024 11:15 Wib

Kia akan perbanyak hybrid dengan harga lebih rendah

Lifestyle - 15 jam lalu

DPRD Palangka Raya sepakat bahas raperda Penyelenggaraan Ketenagakerjaan

Kabar Daerah - 17 December 2024 11:56 Wib