Jakarta (ANTARA) - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Abraham Wirotomo mengimbau masyarakat yang terpapar COVID-19 varian Omicron tanpa gejala atau bergejala ringan, melakukan isolasi mandiri (isoman) dan memanfaatkan layanan telemedicine.
Abraham menyampaikan ini, menyusul mulai meningkatnya keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sejumlah rumah sakit di Jakarta.
"Data per Rabu (26/1) kemarin, BOR RS di Jakarta mencapai 45 persen. Dan KSP sudah mulai menerima laporan warga yang kesulitan mencari rumah sakit," kata Abraham, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Abraham mengungkapkan keterisian tempat tidur rumah sakit di Jakarta saat ini justru didominasi oleh pasien yang sifatnya bukan mendesak, melainkan yang tanpa gejala atau bergejala ringan. Seharusnya, kata dia, keterisian tempat tidur di rumah sakit lebih diutamakan bagi pasien yang sakit berat, lansia, dan komorbid.
"Masyarakat tidak perlu panik. Apalagi WHO menyebut varian Omicron lebih ringan ketimbang Delta. Yang penting waspada proporsional," pesan Abraham.
Meskipun BOR rumah sakit untuk pasien COVID-19 varian Omicron mulai meningkat, namun Abraham memastikan, sampai saat ini ketersediaan tempat tidur masih mencukupi.
"Konversi bed untuk COVID-19 terus dilakukan, dan untuk stok obat-obatan di RS juga sudah didistribusikan oleh Kemenkes," jelas Abraham.
Sebagai informasi, untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron, pemerintah sudah menyiagakan 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien COVID-19.
Selain itu, pemerintah juga sudah menyiapkan jutaan stok obat-obatan untuk tiga bulan ke depan, diantaranya Oseltamivir sebanyak 13 juta kapsul, Favipiravir 91 juta tablet, Remdesivir 1,7 juta vial, Azithromycin 11 juta tablet, dan multivitamin 147 juta.
Abraham menyampaikan ini, menyusul mulai meningkatnya keterisian tempat tidur atau Bed Occupancy Rate (BOR) di sejumlah rumah sakit di Jakarta.
"Data per Rabu (26/1) kemarin, BOR RS di Jakarta mencapai 45 persen. Dan KSP sudah mulai menerima laporan warga yang kesulitan mencari rumah sakit," kata Abraham, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Abraham mengungkapkan keterisian tempat tidur rumah sakit di Jakarta saat ini justru didominasi oleh pasien yang sifatnya bukan mendesak, melainkan yang tanpa gejala atau bergejala ringan. Seharusnya, kata dia, keterisian tempat tidur di rumah sakit lebih diutamakan bagi pasien yang sakit berat, lansia, dan komorbid.
"Masyarakat tidak perlu panik. Apalagi WHO menyebut varian Omicron lebih ringan ketimbang Delta. Yang penting waspada proporsional," pesan Abraham.
Meskipun BOR rumah sakit untuk pasien COVID-19 varian Omicron mulai meningkat, namun Abraham memastikan, sampai saat ini ketersediaan tempat tidur masih mencukupi.
"Konversi bed untuk COVID-19 terus dilakukan, dan untuk stok obat-obatan di RS juga sudah didistribusikan oleh Kemenkes," jelas Abraham.
Sebagai informasi, untuk menghadapi lonjakan kasus COVID-19 varian Omicron, pemerintah sudah menyiagakan 1.011 rumah sakit dan 82.168 tempat tidur untuk pasien COVID-19.
Selain itu, pemerintah juga sudah menyiapkan jutaan stok obat-obatan untuk tiga bulan ke depan, diantaranya Oseltamivir sebanyak 13 juta kapsul, Favipiravir 91 juta tablet, Remdesivir 1,7 juta vial, Azithromycin 11 juta tablet, dan multivitamin 147 juta.