Jakarta (ANTARA) - Melakukan pemeriksaan mata harus dilakukan sedini mungkin tanpa perlu menunggu adanya kondisi tertentu.
dr. Sri Inakawati, MSi. Med., Sp.M(K), Direktur Utama JEC-Candi @Semarang mengatakan pemeriksaan mata harus dilakukan sedini mungkin, khususnya pada bayi yang terlahir prematur karena memiliki kondisi yang belum sempurna pada organ tubuhnya.
"Kemudian di usia sekolah, perlu diskrining ketika terlihat sedikit ada kelainan. Terkadang orangtua tidak menyadari kalau ada kelainan pada anaknya kayak nonton TV terlalu dekat malah dimarahi," ujar dr. Ina.
Selain itu, anak perlu dibawa untuk melakukan pemeriksaan mata jika orang tuanya memiliki gangguan mata seperti memakai kacamata.
"Kalau ada genetik dari orang tuanya, atau kalau orang tuanya ada kelainan-kelainan seperti glaukoma juga perlu untuk diperiksa keluarganya," kata dr. Ina.
Sementara itu, dr. Johan Hutauruk, Sp.M(K) selaku Presiden Direktur JEC Eye Hospitals & Clinics mengatakan pemeriksaan mata pada anak bertujuan untuk menghindari masalah yang lebih luas.
Misalnya, jika ditemukan seorang anak memiliki minus 2, sebisa mungkin tahun berikutnya masalah mata tersebut tidak bertambah besar.
"Pemeriksaan itu perlu, jadi kalau matanya minus enggak perlu bertambah. Ada yang skrining di umur 18 tahun, tahunya udah minus 10, sangat disayangkan," kata dr. Johan.
Tindakan preventif sangat berguna untuk mencegah kondisi lebih parah. Jika tidak bisa diatasi, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan lasik
atau operasi untuk mengobati rabun jauh, dekat, dan astigmatisma.
"Kalau dia ada bakat nambah, harus ada tindakan preventif, tapi kalau sudah minus 10 mau diapain juga enggak bisa kecuali lasik," kata dr. Johan.
"Kalau minus 1 atau 2 hilang kacamata masih bisa lihat kalau minus 5 ke atas akan susah melihat dalam setengah meter," lanjutnya.
dr. Sri Inakawati, MSi. Med., Sp.M(K), Direktur Utama JEC-Candi @Semarang mengatakan pemeriksaan mata harus dilakukan sedini mungkin, khususnya pada bayi yang terlahir prematur karena memiliki kondisi yang belum sempurna pada organ tubuhnya.
"Kemudian di usia sekolah, perlu diskrining ketika terlihat sedikit ada kelainan. Terkadang orangtua tidak menyadari kalau ada kelainan pada anaknya kayak nonton TV terlalu dekat malah dimarahi," ujar dr. Ina.
Selain itu, anak perlu dibawa untuk melakukan pemeriksaan mata jika orang tuanya memiliki gangguan mata seperti memakai kacamata.
"Kalau ada genetik dari orang tuanya, atau kalau orang tuanya ada kelainan-kelainan seperti glaukoma juga perlu untuk diperiksa keluarganya," kata dr. Ina.
Sementara itu, dr. Johan Hutauruk, Sp.M(K) selaku Presiden Direktur JEC Eye Hospitals & Clinics mengatakan pemeriksaan mata pada anak bertujuan untuk menghindari masalah yang lebih luas.
Misalnya, jika ditemukan seorang anak memiliki minus 2, sebisa mungkin tahun berikutnya masalah mata tersebut tidak bertambah besar.
"Pemeriksaan itu perlu, jadi kalau matanya minus enggak perlu bertambah. Ada yang skrining di umur 18 tahun, tahunya udah minus 10, sangat disayangkan," kata dr. Johan.
Tindakan preventif sangat berguna untuk mencegah kondisi lebih parah. Jika tidak bisa diatasi, salah satu jalan yang bisa dilakukan adalah dengan lasik
atau operasi untuk mengobati rabun jauh, dekat, dan astigmatisma.
"Kalau dia ada bakat nambah, harus ada tindakan preventif, tapi kalau sudah minus 10 mau diapain juga enggak bisa kecuali lasik," kata dr. Johan.
"Kalau minus 1 atau 2 hilang kacamata masih bisa lihat kalau minus 5 ke atas akan susah melihat dalam setengah meter," lanjutnya.