Palangka Raya (ANTARA) - Seorang remaja yang tinggal di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, bernama Jelianto (17) penderita tumor ganas di bagian pipi sebelah kiri, mengharapkan bantuan dari pemerintah daerah maupun para dermawan di provinsi stempat..
Lira Martina (40) orang tua dari remaja penderita tumor ganas di bagian pipi tersebut saat ditemui sejumlah awak media di kediamannya, pada Jumat siang, mengatakan bahwa sudah sembilan bulan anaknya menyandang sakit yang dialaminya itu.
"Ya tentunya kami sangat memerlukan uluran baik dari pemerintah atau para dermawan di yang berada di Kalteng, agar bisa anak kami ini dapat sembuh dari penyakitnya," kata ibu kandung Jelianto dengan nada sedih.
Ibu tiga orang anak itu menceritakan, sebelum tumor ganas anaknya itu parah awalnya hanya benjolan kecil yang berada di bagian gusi sebelah kirinya. Bagian gusinya tersebut mengalami gatal-gatal, kala itu pihak keluarga membawanya ke puskesmas di Kelurahan Tumbang Kunyi, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya untuk diobati.
Usai diobati penyakit tersebut tak kunjung sembuh, akhirnya pihak puskesmas setempat merujuk ke rumah sakit Kabupaten Murung Raya.
"Singkat cerita oleh pihak rumah sakit dirujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus untuk dirawat dan akhirnya kembali dirujuk ke RS Ulin yang berada di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel hingga sampai sekarang penyakit tetap tidak sembuh dan parah," ucapnya.
Dibeberkan Lira Martina, dirinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kelurahan Tumbang Kunyi tersebut mengaku, sudah menguras gajinya dan kalau ditotal sekitar Rp50 jutaan habis untuk penanganan biaya anaknya.
Memang biaya pengobatan yang menggunakan BPJS Kesehatan tersebut sama sekali tidak mengeluarkan sepeserpun uang, namun biaya hidup baik transportasi serta lain sebagainya cukup menguras dalam persoalan tersebut.
"Kami berharap anak kami dapat dioperasi sehingga penyakit yang dideritanya ini sembuh dan anak pertama kami tersebut bisa kembali bersekolah," ungkapnya.
Jelianto yang memiliki dua orang adik tersebut, kini sudah tidak lagi sekolah dan hanya bisa terbaring di rumahnya saja. Dirinya sebenarnya juga ingin sekolah kendati dengan kondisi seperti itu. Hanya, karena kondisinya itu tidak cukup baik, mau tidak mau ia harus menghabiskan kesehariannya di rumah bersama nenek dan kedua orang tuanya yang saat ini berdomisili di Palangka Raya.
"Untuk makan Jelianto hanya makan bubur dengan cara ditelan, kalau mengunyah makanan rasa sakitnya kembali muncul dan air ludahnya selalu keluar," beber sang ibu dengan air mata berkaca-kaca.
Sebelum mengakhiri perbincangannya dengan sejumlah awak media, Lira Martina yang memiliki suami bernama Atmajewi (52) terpaksa hanya bisa membeli obat antibiotik dan amoksilin untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya.
"Untuk obat tersebut kami beli menggunakan uang pribadi. Memang ada dari pihak sekolah mereka memberikan perhatian beberapa waktu lalu yang kasihan melihat kondisi anak kami ini," tandasnya.
Lira Martina (40) orang tua dari remaja penderita tumor ganas di bagian pipi tersebut saat ditemui sejumlah awak media di kediamannya, pada Jumat siang, mengatakan bahwa sudah sembilan bulan anaknya menyandang sakit yang dialaminya itu.
"Ya tentunya kami sangat memerlukan uluran baik dari pemerintah atau para dermawan di yang berada di Kalteng, agar bisa anak kami ini dapat sembuh dari penyakitnya," kata ibu kandung Jelianto dengan nada sedih.
Ibu tiga orang anak itu menceritakan, sebelum tumor ganas anaknya itu parah awalnya hanya benjolan kecil yang berada di bagian gusi sebelah kirinya. Bagian gusinya tersebut mengalami gatal-gatal, kala itu pihak keluarga membawanya ke puskesmas di Kelurahan Tumbang Kunyi, Kecamatan Sumber Barito, Kabupaten Murung Raya untuk diobati.
Usai diobati penyakit tersebut tak kunjung sembuh, akhirnya pihak puskesmas setempat merujuk ke rumah sakit Kabupaten Murung Raya.
"Singkat cerita oleh pihak rumah sakit dirujuk ke RSUD dr. Doris Sylvanus untuk dirawat dan akhirnya kembali dirujuk ke RS Ulin yang berada di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalsel hingga sampai sekarang penyakit tetap tidak sembuh dan parah," ucapnya.
Dibeberkan Lira Martina, dirinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kelurahan Tumbang Kunyi tersebut mengaku, sudah menguras gajinya dan kalau ditotal sekitar Rp50 jutaan habis untuk penanganan biaya anaknya.
Memang biaya pengobatan yang menggunakan BPJS Kesehatan tersebut sama sekali tidak mengeluarkan sepeserpun uang, namun biaya hidup baik transportasi serta lain sebagainya cukup menguras dalam persoalan tersebut.
"Kami berharap anak kami dapat dioperasi sehingga penyakit yang dideritanya ini sembuh dan anak pertama kami tersebut bisa kembali bersekolah," ungkapnya.
Jelianto yang memiliki dua orang adik tersebut, kini sudah tidak lagi sekolah dan hanya bisa terbaring di rumahnya saja. Dirinya sebenarnya juga ingin sekolah kendati dengan kondisi seperti itu. Hanya, karena kondisinya itu tidak cukup baik, mau tidak mau ia harus menghabiskan kesehariannya di rumah bersama nenek dan kedua orang tuanya yang saat ini berdomisili di Palangka Raya.
"Untuk makan Jelianto hanya makan bubur dengan cara ditelan, kalau mengunyah makanan rasa sakitnya kembali muncul dan air ludahnya selalu keluar," beber sang ibu dengan air mata berkaca-kaca.
Sebelum mengakhiri perbincangannya dengan sejumlah awak media, Lira Martina yang memiliki suami bernama Atmajewi (52) terpaksa hanya bisa membeli obat antibiotik dan amoksilin untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya.
"Untuk obat tersebut kami beli menggunakan uang pribadi. Memang ada dari pihak sekolah mereka memberikan perhatian beberapa waktu lalu yang kasihan melihat kondisi anak kami ini," tandasnya.