Pulang Pisau (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, menemukan sebanyak 16 kasus teridentifikasi HIV/AIDS dengan tiga orang telah meninggal dunia di kabupaten setempat sejak tahun 2013 lalu.
“Kita hanya bisa meminta masyarakat untuk tetap waspada, karena penyebaran HIV-AIDS ini seperti gunung es yang tidak mudah seluruhnya terungkap ke permukaan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pulang Pisau dr Bawa Budi Raharja melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Pande Putu Gina di Pulang Pisau, Kamis.
Satu kasus terinfeksi HIV-AIDS terakhir, terang Pande, terungkap saat pada 2022 ini. Penderita ini sebelumnya terungkap saat pemeriksaan COVID-19.
Kecurigaan petugas medis mengarah kepada penyakit sariawan dan diare yang tidak kunjung sembuh hingga dilakukan tes HIV atau VCT (Voluntary Counseling and Testing) dan hasilnya positif.
Pande mengakui, tidak mudah untuk mengungkap kasus HIV-AIDS ini. Rata-rata penderita baru terdeteksi setelah mengalami kompilkasi penyakit lain.
Fenomena gunung es ini bisa saja terjadi, satu penderita yang terungkap mewakili 10 atau 100 lain yang belum terungkap.
Menurutnya, dari kasus-kasus HIV-AIDS yang ditemukan di kabupaten setempat, rata-rata didominasi para pendatang dengan penderita berusia antara 18-45 tahun masuk dalam usia produktif dan reproduktif. Bahkan pada 2021 lalu pasangan suami istri dari Kecamatan Pandih Batu terinfeksi virus HIV-AIDS.
Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan dan memberikan edukasi agar para penderita tetap semangat menjalani hidup dan melakukan pengobatan secara rutin.
Baca juga: DP3AP2KB Pulang Pisau dorong duta GenRe berpartisipasi turunkan stunting
HIV/AIDS adalah virus yang menyerang sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, sehingga sangat mudah penyakit lain seperti TBC ikut mendompleng apabila penderita lalai dalam meminum obat.
Kesulitan yang dialami Dinas Kesehatan setempat, kata Pande, dari beberapa kasus HIV/AIDS yang terungkap bahwa penderita merasa malu dengan lingkungan sekitar dan kembali berpindah-pindah tempat ke luar daerah.
Untuk yang berada di kabupaten setempat, tentu penderita terus dipantau oleh Dinas Kesehatan dan diberikan edukasi, dengan mendeteksi keluarga terdekat untuk mencegah perluasan penularan.
“Selain itu Dinas Kesehatan juga secara berkala memberikan edukasi dan penyuluhan di titik-titik yang berpotensi sebagai tempat penyebaran,” papar Pande.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa penyebaran HIV/AIDS dominan dan rentan terjadi pada kriteria atau istilah 3M yakni Man, Money, Mobile. Berganti-ganti pasangan dan “jajan di luar” sangat berisiko tertular virus yang hanya menyebar dari pola hubungan seks yang tidak sehat, juga bisa tertular dari jarum suntik pengguna narkoba yang terinfeksi HIV-AIDS.
“Penularan melalui jarum suntik masih tidak ditemukan di kabupaten setempat,” ucapnya.
Pande mengingatkan penularan penyakit HIV/AIDS dapat dicegah, apabila semua pihak memahami dan menyadari betapa bahayanya penyakit ini. Perlunya sinergitas dari seluruh komponen pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, hingga pemerintah desa dalam melakukan edukasi terkait bahaya penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat.
Baca juga: DP3AP2KB Pulang Pisau dorong duta GenRe berpartisipasi turunkan stunting
Baca juga: Pemkab Pulang Pisau salurkan 56 hewan kurban
Baca juga: Bupati Pulang Pisau beri motivasi kontingen PSA
“Kita hanya bisa meminta masyarakat untuk tetap waspada, karena penyebaran HIV-AIDS ini seperti gunung es yang tidak mudah seluruhnya terungkap ke permukaan,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pulang Pisau dr Bawa Budi Raharja melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr Pande Putu Gina di Pulang Pisau, Kamis.
Satu kasus terinfeksi HIV-AIDS terakhir, terang Pande, terungkap saat pada 2022 ini. Penderita ini sebelumnya terungkap saat pemeriksaan COVID-19.
Kecurigaan petugas medis mengarah kepada penyakit sariawan dan diare yang tidak kunjung sembuh hingga dilakukan tes HIV atau VCT (Voluntary Counseling and Testing) dan hasilnya positif.
Pande mengakui, tidak mudah untuk mengungkap kasus HIV-AIDS ini. Rata-rata penderita baru terdeteksi setelah mengalami kompilkasi penyakit lain.
Fenomena gunung es ini bisa saja terjadi, satu penderita yang terungkap mewakili 10 atau 100 lain yang belum terungkap.
Menurutnya, dari kasus-kasus HIV-AIDS yang ditemukan di kabupaten setempat, rata-rata didominasi para pendatang dengan penderita berusia antara 18-45 tahun masuk dalam usia produktif dan reproduktif. Bahkan pada 2021 lalu pasangan suami istri dari Kecamatan Pandih Batu terinfeksi virus HIV-AIDS.
Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan dan memberikan edukasi agar para penderita tetap semangat menjalani hidup dan melakukan pengobatan secara rutin.
Baca juga: DP3AP2KB Pulang Pisau dorong duta GenRe berpartisipasi turunkan stunting
HIV/AIDS adalah virus yang menyerang sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, sehingga sangat mudah penyakit lain seperti TBC ikut mendompleng apabila penderita lalai dalam meminum obat.
Kesulitan yang dialami Dinas Kesehatan setempat, kata Pande, dari beberapa kasus HIV/AIDS yang terungkap bahwa penderita merasa malu dengan lingkungan sekitar dan kembali berpindah-pindah tempat ke luar daerah.
Untuk yang berada di kabupaten setempat, tentu penderita terus dipantau oleh Dinas Kesehatan dan diberikan edukasi, dengan mendeteksi keluarga terdekat untuk mencegah perluasan penularan.
“Selain itu Dinas Kesehatan juga secara berkala memberikan edukasi dan penyuluhan di titik-titik yang berpotensi sebagai tempat penyebaran,” papar Pande.
Dirinya juga mengungkapkan bahwa penyebaran HIV/AIDS dominan dan rentan terjadi pada kriteria atau istilah 3M yakni Man, Money, Mobile. Berganti-ganti pasangan dan “jajan di luar” sangat berisiko tertular virus yang hanya menyebar dari pola hubungan seks yang tidak sehat, juga bisa tertular dari jarum suntik pengguna narkoba yang terinfeksi HIV-AIDS.
“Penularan melalui jarum suntik masih tidak ditemukan di kabupaten setempat,” ucapnya.
Pande mengingatkan penularan penyakit HIV/AIDS dapat dicegah, apabila semua pihak memahami dan menyadari betapa bahayanya penyakit ini. Perlunya sinergitas dari seluruh komponen pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuda, hingga pemerintah desa dalam melakukan edukasi terkait bahaya penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat.
Baca juga: DP3AP2KB Pulang Pisau dorong duta GenRe berpartisipasi turunkan stunting
Baca juga: Pemkab Pulang Pisau salurkan 56 hewan kurban
Baca juga: Bupati Pulang Pisau beri motivasi kontingen PSA