Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah Eko Marsoro mengungkapkan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau mempengaruhi tingkat kemiskinan selama periode September 2021 hingga Maret 2022 di provinsi setempat.

Faktor utama terjadinya penambahan penduduk miskin adanya pandemi COVID-19 yang berkelanjutan sehingga berdampak besar terhadap perubahan perilaku serta aktivitas ekonomi penduduk, kata Eko di Palangka Raya, Jumat.

"Pengeluaran konsumsi rumah tangga pada triwulan I tahun 2021 mengalami kontraksi sebesar 1,36 persen (y-on-y). Sekalipun pada triwulan IV-2021 ada tumbuh 0,17 persen, tetap kurang mampu menekan secara signifikan penambahan angka kemiskinan," ucapnya.

Selama periode September 2021 hingga Maret 2022, lanjut dia, harga-harga mengalami kenaikan sebesar 3,48 persen. Kenaikan paling tinggi pada komoditas minyak goreng (16,88 persen), kue basah (15,58 persen), daging sapi (5,21 persen), mie instan (4,45 persen), rokok kretek filter ( 4,11 persen).

"Kondisi itu yang membuat  jumlah penduduk miskin di Kalteng per Maret 2022 mencapai  145,10 ribu orang. Jumlah itu meningkat sekitar 4,1 ribu orang jika dibandingkan penduduk miskin per September 2021," beber Eko.

Meski begitu, Kepala BPS Kalteng itu menegaskan bahwa persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Menurut dia, dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Dia mengatakan indeks kedalaman kemiskinan adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, sekaligus memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.

Baca juga: Rata-rata penghasilan rumah tangga miskin di Kalteng Rp2,66 juta/bulan

Pada periode September 2021-Maret 2022, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada 
Maret 2022 sebesar 0,91, naik dibandingkan September 2021 yang naik 0,75.

"Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan, pada periode yang sama mengalami peningkatan dari 0,17 menjadi 0,27," kata dia.

Apabila dibandingkan berdasarkan daerah, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan. Pada Maret 2022, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan sebesar 0,83, sedangkan di perdesaan lebih tinggi, yaitu mencapai 0,98.

"Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di perkotaan adalah sebesar 0,19, sedangkan di perdesaan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 0,33," demikian Eko.

Baca juga: BPS catat penduduk miskin turun pada Maret 2022

Baca juga: BPS: Penerbangan dari dan ke Kalteng terus alami kenaikan

Baca juga: Turun 7,4 persen di Mei 2022, komoditas ekspor Kalteng semua non migas

Pewarta : Jaya Wirawana Manurung
Editor : Muhammad Arif Hidayat
Copyright © ANTARA 2024