Pangkalan Bun  (ANTARA) - Masa pandemi COVID-19 yang masuk di Indonesia sekitar awal 2020, ternyata menjadi peluang bagi Siti Fatimah (56), seorang ibu di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. 

Siti Fatimah mengolah permen herbal yang berbahan dasar bawang Dayak atau dalam bahasa latin Eleutherine bulbosa dengan kaya manfaat bagi kesehatan manusia. 

"Saya mulai memproduksi permen jamu berbahan dasar bawang Dayak ini pada tahun 2020. Awalnya hanya untuk konsumsi saya dan keluarga, dan memanfaatkan tanaman obat herbal yang ada di pekarangan rumah," ujarnya di Pangkalan Bun, Kamis. 

Diceritakannya, kebiasaan perempuan yang berprofesi sebagai PNS di Dinas Pariwisata Kobar tersebut menyediakan minuman rebusan rempah-rempah untuk menjaga kondisi dan imunitas tubuh saat pemerintah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) karena COVID-19 waktu itu. 

"Tiap pagi saya siapkan air rebusan rempah berbahan dasar dawang Dayak, jahe merah dan lainnya untuk keluarga, dan inspirasi membuat menjadi permen tersebut atas dasar usulan anak saya," ujar Siti Fatimah. 

Tujuan mengolah bawang Dayak menjadi permen tersebut, untuk mempermudah saat mengonsumsi, tanpa harus merebus dulu. Selain itu, bisa bertahan lama, dan bisa dikonsumsi kapanpun dan di manapun. 

"Bahan yang kita gunakan semuanya herbal. Selain bawang dayak, dalam pengolahan permen herbal ini kita juga menggunakan jahe merah, kayu manis, dan gula kelapa," ujarnya lagi. 

Baca juga: Meriahkan hari jadi Kobar ke-63, Diskominfo gelar lomba desain logo

Bawang Dayak diketahui memilik banyak manfaat untuk kesehatan, seperti mencegah diabetes, menangkal radikal bebas, bisa menurunkan kadar kolesterol, hipertensi, pencegahan kanker, dan masih banyak manfaat lainnya. 

"Sengaja kita campur jahe merah yang bisa menjaga daya tahan atau imunitas tubuh agar terhindar dari COVID-19 waktu itu," ujarnya. 

Dalam penjualannya, Siti Fatimah mengemas permen produk rumahannya tersebut ke dalam botol dengan berat 75 gram dan dijual dengan harga Rp10 ribu per botolnya. 

"Untuk penjualan tiap bulannya kita bisa mencapai sekitar 200 botol, dan itupun masih kewalahan karena masih banyaknya permintaan konsumen," tambahnya. 

Untuk penjualan atau promosi saat ini masih melalui teman-temannya, ke toko pusat oleh-oleh yang ada di Kobar. Selain itu dia juga terkadang mengikuti pameran atau expo UMKM di berbagai daerah di Kalimantan Tengah. 

Baca juga: Masyarakat sadar konservasi, Desa Sei Sekonyer Kobar masuk 50 Desa Wisata ADWI 2022

Baca juga: Pj Bupati: Pemkab Kobar siap dukung pembangunan Masjid Darul Mubarok

Baca juga: Berprestasi di Popprov Kalteng, atlet Kobar dapat bonus dari pemkab

Pewarta : M Husein Asyari
Uploader : Admin 2
Copyright © ANTARA 2024