Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah mencatat dalam rentan 50 tahun atau periode 1971 hingga 2022, angka kematian bayi di provinsi sempat mengalami penurunan mencapai 90 persen.
Penurunan itu karena persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta lamanya rata-rata pemberian ASI di provinsi ini mengalami peningkatan, kata Statistisi Ahli Madya BPS Kalteng Ambar D Santoro saat memaparkan long form Sensus Penduduk 2020 di Palangka Raya, Senin.
"Jadi, imunisasi dan pemberian ASI tersebut membuat bayi semakin mampu bertahan hidup," tambah dia.
Dikatakan, angka kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Selama periode satu dekade bonus demografi di Kalteng, angka kematian bayi (AKB) menurun dari 23 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2010 menjadi 17,95 per 1.000 pada SP 2020.
"Angka kematian bayi di Provinsi Kalimantan Tengah paling tinggi sebesar 22,63 per 1.000 kelahiran hidup pada LF SP2020 berada di Kabupaten Barito Timur. Sedangkan paling rendah berada di Kota Palangka Raya 14,26 per 1000 kelahiran hidup pada LF SP2020," beber Ambar.
Baca juga: Pemprov Kalteng terus pacu peningkatan jalan lingkungan
Sejalan dengan angka kematian bayi, total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran total juga mengalami penurunan yang signifikan selama lima dekade terakhir. Di mana sensus penduduk tahun 1971 mencatat angka TFR sebesar 6,83 atau seorang perempuan melahirkan sekitar 6-7 anak selama masa reproduksinya. Sedangkan LF SP2020 mencatat TFR sebesar 2,31 atau hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya.
Statistisi BPS Kalteng itu menyebut, untuk Child Mortality Rate (Angka Kematian Anak 1-4 Tahun) sebesar 3,24. Artinya terdapat sekitar 3 kematian anak umur 1-4 tahun selama satu tahun di antara 1 000 kelahiran hidup. Under 5 Mortality Rate (Angka Kematian Balita) sebesar 21,19 artinya setiap 1.000 balita di Kalteng, 21-22 diantaranya tidak berhasil mencapai umur tepat lima tahun.
Sementara untuk angka kematian ibu atau perempuan pada saat hamil ataupun dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain, alami penurunan.
"Di mana hasil LF SP2020 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalteng sebesar 200. Yang artinya, terdapat 200 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup," demikian Ambar.
Baca juga: Berikut agenda pariwisata Kalteng masuk dalam KEN 2023
Baca juga: Pemprov Kalteng pasok 26 ton beras bersubsidi untuk masyarakat Kotim
Penurunan itu karena persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta lamanya rata-rata pemberian ASI di provinsi ini mengalami peningkatan, kata Statistisi Ahli Madya BPS Kalteng Ambar D Santoro saat memaparkan long form Sensus Penduduk 2020 di Palangka Raya, Senin.
"Jadi, imunisasi dan pemberian ASI tersebut membuat bayi semakin mampu bertahan hidup," tambah dia.
Dikatakan, angka kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berumur 0-11 bulan (kurang dari 1 tahun). Selama periode satu dekade bonus demografi di Kalteng, angka kematian bayi (AKB) menurun dari 23 per 1.000 kelahiran hidup berdasarkan Sensus Penduduk 2010 menjadi 17,95 per 1.000 pada SP 2020.
"Angka kematian bayi di Provinsi Kalimantan Tengah paling tinggi sebesar 22,63 per 1.000 kelahiran hidup pada LF SP2020 berada di Kabupaten Barito Timur. Sedangkan paling rendah berada di Kota Palangka Raya 14,26 per 1000 kelahiran hidup pada LF SP2020," beber Ambar.
Baca juga: Pemprov Kalteng terus pacu peningkatan jalan lingkungan
Sejalan dengan angka kematian bayi, total fertility rate (TFR) atau angka kelahiran total juga mengalami penurunan yang signifikan selama lima dekade terakhir. Di mana sensus penduduk tahun 1971 mencatat angka TFR sebesar 6,83 atau seorang perempuan melahirkan sekitar 6-7 anak selama masa reproduksinya. Sedangkan LF SP2020 mencatat TFR sebesar 2,31 atau hanya sekitar 2 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya.
Statistisi BPS Kalteng itu menyebut, untuk Child Mortality Rate (Angka Kematian Anak 1-4 Tahun) sebesar 3,24. Artinya terdapat sekitar 3 kematian anak umur 1-4 tahun selama satu tahun di antara 1 000 kelahiran hidup. Under 5 Mortality Rate (Angka Kematian Balita) sebesar 21,19 artinya setiap 1.000 balita di Kalteng, 21-22 diantaranya tidak berhasil mencapai umur tepat lima tahun.
Sementara untuk angka kematian ibu atau perempuan pada saat hamil ataupun dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain, alami penurunan.
"Di mana hasil LF SP2020 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kalteng sebesar 200. Yang artinya, terdapat 200 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup," demikian Ambar.
Baca juga: Berikut agenda pariwisata Kalteng masuk dalam KEN 2023
Baca juga: Pemprov Kalteng pasok 26 ton beras bersubsidi untuk masyarakat Kotim