Awas! Kurang tidur bisa tingkatkan risiko obesitas

Selasa, 7 Maret 2023 15:21 WIB

Jakarta (ANTARA) - Pakar gizi klinik dr Eva Kurniawati, M.Gizi, Sp. GK mengingatkan masyarakat bahwa kurang tidur khususnya pada orang berusia produktif berhubungan dengan risiko timbulnya obesitas di kemudian hari.

"Usia produktif kurang tidur ternyata bisa berhubungan dengan craving-nya jadi lebih. Nanti kalau craving timbul, excess kalorinya besar nanti jadi obesitas," ujar dia yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDSGKI) itu dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta, Selasa.

Eva mengakui seiring pertambahan usia, waktu tidur seseorang umumnya menjadi lebih pendek. Walau begitu, dia menyarankan agar kualitasnya tetap terjaga.

Menurut Mayo Clinic, durasi tidur seorang dewasa minimal sekitar tujuh jam per malam, sementara mereka yang berusia 13 tahun hingga 18 tahun yang direkomendasikan delapan hingga 10 jam per 24 jam.

Baca juga: Benarkah obesitas anak bisa disebabkan kelainan genetik

Durasi ini lebih singkat ketimbang anak berusia enam hingga 12 tahun dan tiga hingga lima tahun yang masing-masing membutuhkan sembilan hingga 12 jam per 24 jam serta 10 - 13 jam per 24 jam (termasuk tidur siang).

Orang dewasa yang durasi tidurnya kurang dari tujuh jam setiap malam secara teratur dikaitkan dengan kesehatan yang buruk tidak hanya penambahan berat badan dan memiliki indeks massa tubuh (IMT) 30 atau lebih tinggi, tetapi juga berhubungan dengan munculnya diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan depresi.

Sementara itu, kriteria obesitas pada orang dewasa menurut Kementerian Kesehatan dapat dinilai berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) atau BMI di atas 27 dan mengukur lingkar perut untuk menunjukkan obesitas sentral. Pria dikatakan obesitas sentral bila memiliki lingkar perut lebih dari 90 cm, sementara wanita di atas 80 cm.

Eva menyarankan orang-orang melakukan pemeriksaan lingkar perut secara berkala untuk mendeteksi obesitas sentral selain mengukur berat badan badan dan tinggi untuk menghitung IMT.

"Syukur-syukur kalau ada cek komposisi tubuh, adi bisa tahu fat (lemak) berapa persen, cek lingkar perut karena dengan obesitas sentral semua peningkatan risiko penyakit kronis," kata dia yang juga menyarankan masyarakat memeriksa gula darah dan kolesterol.

Pemeriksaan kesehatan berkala dan istirahat cukup sebenarnya menjadi bagian dalam perilaku hidup sehat CERDIK yang digaungkan Kementerian Kesehatan guna menjauhkan seseorang dari berbagai berbagai penyakit tidak menular. Perilaku lain yang juga termasuk dalam CERDIK yakni mengeyahkan asap rokok, rutin berolahraga, menerapkan diet sehat dan seimbang serta mengelola stres.

"Rajin berolahraga kalau yang dari pradiabetes itu bisa mengurangi risiko untuk jadi diabetes 40 persen. Jadi harus konsisten rajin berolahraga," demikian pesan Eva.

Baca juga: Balita obesitas Bekasi jalani rawat jalan secara intensif

Baca juga: Benarkah MSG sebabkan obesitas?

Baca juga: Kenali dampak santap makanan manis sebelum tidur
 

Pewarta : Lia Wanadriani Santosa
Uploader : Admin Kalteng
Copyright © ANTARA 2024

Terkait

Dirjen Kementan mengaku diancam SYL karena kurang loyal penuhi permintaan uang

14 May 2024 13:13 Wib

PSG kurang beruntung setelah disingkirkan Dortmund

08 May 2024 6:34 Wib

Kenali tanda dehidrasi yang perlu diwaspadai

07 May 2024 16:18 Wib

11.330 warga kurang mampu manfaatkan diskon pasang baru daya 450 VA

02 May 2024 16:48 Wib

Kurangnya vitamin D tingkatkan risiko alergen pada anak

04 April 2024 10:24 Wib
Terpopuler

Alfian Mawardi ingin ikuti jejak orang tuanya membangun Kapuas

Kabar Daerah - 17 May 2024 20:18 Wib

Legislator Gumas dukung 10 program pokok PKK

Kabar Daerah - 16 May 2024 13:11 Wib

Pemkab Barito Utara dapat 3.424 formasi untuk rekrutmen CPNS dan PPPK

Kabar Daerah - 15 May 2024 16:41 Wib

Pj Bupati Katingan tekankan ASN harus terus tingkatkan kapasitas

Kabar Daerah - 17 May 2024 17:39 Wib

Masyarakat Sebangau Kuala harapkan program peningkatan ekonomi

Kabar Daerah - 16 May 2024 21:15 Wib