Palangka Raya (ANTARA) - Legislator Kalimantan Tengah Alexius Esliter mengaku masih menemukan dan sering mendapat informasi bahwa harga gas elpiji bersubsidi di sejumlah desa di Kabupaten Kotawaringin Timur, relatif mahal bahkan jauh di atas harga eceran tertinggi (HET).
Harga gas elpiji tiga kilogram yang informasinya bisa mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000 per tabung itu pun sudah sering dikeluhkan oleh banyak masyarakat di pedesaan, kata Alexius melalui pesan singkat diterima di Palangka Raya, Rabu.
"Kondisi itu harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah. Jangan dibiarkan berlarut-larut karena sudah mempersulit masyarakat. Apalagi harga per tabung gas elpiji 3 kg dari pemerintah kan Rp18.000," ucapnya.
Anggota DPRD Kalteng itu pun mengusulkan kepada pemerintah, agar melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Desa (Kopdes) menyalurkan gas elpiji bersubsidi. Dengan begitu, harga bisa sesuai harga dari pemerintah atau setidaknya paling mahal Rp25.000 sampai Rp30.000/tabung, dan penyalurannya lebih tepat sasaran.
Alexius menyatakan bahwa dirinya dari lima tahun lalu sudah sering mengusulkan pelibatan BUMDes dan Kopdes dalam menyalurkan gas elpiji bersubsidi. Namun, entah kenapa sampai sekarang ini usulan tersebut kurang mendapat respon dari pemerintah. Padahal, hampir di semua desa di provinsi ini, terkhusus di Kotawaringin Timur ada BUMDes ataupun Kopdes.
Baca juga: Banyak masyarakat usul ada bantuan modal usaha, kata Legislator Kalteng
"Jika BUMDes ataupun Kopdes dilibatkan, saya meyakini harga jual gas elpiji ukuran 3 kg akan jauh lebih murah dan relatif lebih terjangkau oleh masyarakat di desa. Ya, maksimal untuk harga jual subsidi (+) ongkos angkutan, berkisar Rp25.000 sampai Rp30.000/tabung," ucapnya.
Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan II meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan itu menyatakan bahwa dirinya kurang sepakat apabila mahalnya harga gas elpiji bersubsidi akibat jalan rusak. Sebab, sepengetahuan dirinya kondisi jalan ke pedesaan rata-rata relatif baik. Jika pun ada yang rusak, masih tetap dapat dilalui kendaraan.
Dia mengatakan alasan untuk kendala jalan, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada tingginya harga jual gas elpiji. Sebaliknya mahalnya harga gas elpiji bersubsidi lebih disebabkan sistem pendistribusian selama ini masih melalui pangkalan-pangkalan yang ada di perkotaan.
"Daripada mengandalkan agen ataupun pangkalan di perkotaan, kenapa tidak melibatkan BUMDes ataupun Kopdes. Itu jauh lebih baik dalam menekan tingginya harga gas elpiji bersubsidi," demikian Alexius.
Baca juga: Legislator Kalteng minta listrik PLN segera dialirkan ke Sumber Barito
Baca juga: Pansus DPRD Kalteng susun program pembahasan Raperda RTRWP 2023-2043
Baca juga: Legislator Kalteng dan Barut bantu korban kebakaran Mukut
Harga gas elpiji tiga kilogram yang informasinya bisa mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000 per tabung itu pun sudah sering dikeluhkan oleh banyak masyarakat di pedesaan, kata Alexius melalui pesan singkat diterima di Palangka Raya, Rabu.
"Kondisi itu harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah. Jangan dibiarkan berlarut-larut karena sudah mempersulit masyarakat. Apalagi harga per tabung gas elpiji 3 kg dari pemerintah kan Rp18.000," ucapnya.
Anggota DPRD Kalteng itu pun mengusulkan kepada pemerintah, agar melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Koperasi Desa (Kopdes) menyalurkan gas elpiji bersubsidi. Dengan begitu, harga bisa sesuai harga dari pemerintah atau setidaknya paling mahal Rp25.000 sampai Rp30.000/tabung, dan penyalurannya lebih tepat sasaran.
Alexius menyatakan bahwa dirinya dari lima tahun lalu sudah sering mengusulkan pelibatan BUMDes dan Kopdes dalam menyalurkan gas elpiji bersubsidi. Namun, entah kenapa sampai sekarang ini usulan tersebut kurang mendapat respon dari pemerintah. Padahal, hampir di semua desa di provinsi ini, terkhusus di Kotawaringin Timur ada BUMDes ataupun Kopdes.
Baca juga: Banyak masyarakat usul ada bantuan modal usaha, kata Legislator Kalteng
"Jika BUMDes ataupun Kopdes dilibatkan, saya meyakini harga jual gas elpiji ukuran 3 kg akan jauh lebih murah dan relatif lebih terjangkau oleh masyarakat di desa. Ya, maksimal untuk harga jual subsidi (+) ongkos angkutan, berkisar Rp25.000 sampai Rp30.000/tabung," ucapnya.
Wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan II meliputi Kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan itu menyatakan bahwa dirinya kurang sepakat apabila mahalnya harga gas elpiji bersubsidi akibat jalan rusak. Sebab, sepengetahuan dirinya kondisi jalan ke pedesaan rata-rata relatif baik. Jika pun ada yang rusak, masih tetap dapat dilalui kendaraan.
Dia mengatakan alasan untuk kendala jalan, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada tingginya harga jual gas elpiji. Sebaliknya mahalnya harga gas elpiji bersubsidi lebih disebabkan sistem pendistribusian selama ini masih melalui pangkalan-pangkalan yang ada di perkotaan.
"Daripada mengandalkan agen ataupun pangkalan di perkotaan, kenapa tidak melibatkan BUMDes ataupun Kopdes. Itu jauh lebih baik dalam menekan tingginya harga gas elpiji bersubsidi," demikian Alexius.
Baca juga: Legislator Kalteng minta listrik PLN segera dialirkan ke Sumber Barito
Baca juga: Pansus DPRD Kalteng susun program pembahasan Raperda RTRWP 2023-2043
Baca juga: Legislator Kalteng dan Barut bantu korban kebakaran Mukut