Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan anak yang sehat aman untuk berpuasa selama Ramadhan asalkan asupan cairan dan nutrisi esensialnya dalam 24 jam terpenuhi saat berbuka dan sahur.
Untuk asupan cairan, dia mencontohkan, anak-anak usia enam hingga tujuh tahun yang umumnya sudah dapat berpuasa, dengan berat badan 20 hingga 30 kg membutuhkan sekitar 1,5 hingga 1,7 liter cairan per hari.
"Tidak usah khawatir anak dehidrasi karena tidak makan dan minum dari subuh hingga maghrib, karena kita penuhi kebutuhan cairan dari sahur, buka dan setelah tarawih," ujar dia dalam media briefing Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai "Puasa pada Anak" secara daring, Kamis.
Baca juga: Cara ajarkan anak tentang Ramadhan menurut psikolog
Selain cairan, Piprim mengatakan anak juga harus terpenuhi nutrisi esensialnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, yang juga berperan menghindarkan dia dari stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Nutrisi esensial ini yakni asam amino esensial dan lemak esensial yang bisa diperoleh dari sumber protein hewani seperti ikan, ayam, telur dan daging.
Seorang anak membutuhkan protein hewani sekitar dua gram per berat badannya. Anak usia enam tahun dengan berat badan 20 kg misalnya, membutuhkan sekitar dua gram dikali 20 yakni 40 gram protein hewani. Jumlah ini dapat dipenuhi dengan enam hingga tujuh butir telur. Satu butir telur mengandung enam gram protein.
"Mungkin saat sahur dadar telur dengan tiga butir telur dan saat berbuka puasa tiga butir minimal. Tetapi kalau 40 gram dengan ikan, kira-kira satu ons ikan fillet mengandung 30 gram protein," jelas Piprim.
Baca juga: Tiga langkah jadikan anak tetap fit selama puasa
Dia menyarankan anak-anak dikurangi secara maksimal asupan makanan rendah nutrisi, tinggi gula dan tepung seperti kue-kue manis atau donat, baik saat berbuka puasa maupun sahur agar tak mudah lapar saat berpuasa.
"Kalau anak diberi junk food tinggi gula dan tepung-tepungan dia akan glucose spike. Masalahnya dengan glucose spike, sesuatu yang naiknya cepat turunnya akan cepat. Ini akan ada glucose crush. Di sinilah anak akan merasa lapar lagi. Jadi mana kuat dia berpuasa kalau sahurnya donut, wafer yang manis-manis," demikian kata Piprim yang kembali menekankan pentingnya tercukupi kebutuhan protein hewaninya saat sahur maupun berbuka puasa.
Baca juga: Tips sajikan menu sahur dan buka puasa untuk si kecil
Baca juga: Dokter sebut puasa bantu anak belajar disiplin dan hidup sehat
Baca juga: Kunci menjaga daya tahan tubuh anak saat sedang belajar puasa
Untuk asupan cairan, dia mencontohkan, anak-anak usia enam hingga tujuh tahun yang umumnya sudah dapat berpuasa, dengan berat badan 20 hingga 30 kg membutuhkan sekitar 1,5 hingga 1,7 liter cairan per hari.
"Tidak usah khawatir anak dehidrasi karena tidak makan dan minum dari subuh hingga maghrib, karena kita penuhi kebutuhan cairan dari sahur, buka dan setelah tarawih," ujar dia dalam media briefing Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengenai "Puasa pada Anak" secara daring, Kamis.
Baca juga: Cara ajarkan anak tentang Ramadhan menurut psikolog
Selain cairan, Piprim mengatakan anak juga harus terpenuhi nutrisi esensialnya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, yang juga berperan menghindarkan dia dari stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Nutrisi esensial ini yakni asam amino esensial dan lemak esensial yang bisa diperoleh dari sumber protein hewani seperti ikan, ayam, telur dan daging.
Seorang anak membutuhkan protein hewani sekitar dua gram per berat badannya. Anak usia enam tahun dengan berat badan 20 kg misalnya, membutuhkan sekitar dua gram dikali 20 yakni 40 gram protein hewani. Jumlah ini dapat dipenuhi dengan enam hingga tujuh butir telur. Satu butir telur mengandung enam gram protein.
"Mungkin saat sahur dadar telur dengan tiga butir telur dan saat berbuka puasa tiga butir minimal. Tetapi kalau 40 gram dengan ikan, kira-kira satu ons ikan fillet mengandung 30 gram protein," jelas Piprim.
Baca juga: Tiga langkah jadikan anak tetap fit selama puasa
Dia menyarankan anak-anak dikurangi secara maksimal asupan makanan rendah nutrisi, tinggi gula dan tepung seperti kue-kue manis atau donat, baik saat berbuka puasa maupun sahur agar tak mudah lapar saat berpuasa.
"Kalau anak diberi junk food tinggi gula dan tepung-tepungan dia akan glucose spike. Masalahnya dengan glucose spike, sesuatu yang naiknya cepat turunnya akan cepat. Ini akan ada glucose crush. Di sinilah anak akan merasa lapar lagi. Jadi mana kuat dia berpuasa kalau sahurnya donut, wafer yang manis-manis," demikian kata Piprim yang kembali menekankan pentingnya tercukupi kebutuhan protein hewaninya saat sahur maupun berbuka puasa.
Baca juga: Tips sajikan menu sahur dan buka puasa untuk si kecil
Baca juga: Dokter sebut puasa bantu anak belajar disiplin dan hidup sehat
Baca juga: Kunci menjaga daya tahan tubuh anak saat sedang belajar puasa