Jakarta (ANTARA) - Wanita hamil yang didiagnosis mengalami depresi selama kehamilan cenderung mengalami stroke dan penyakit jantung dalam waktu dua tahun setelah melahirkan, menurut sebuah studi dalam Journal of American Heart Association.
Para peneliti dalam studi itu seperti disiarkan Medical Daily 20 April 2023 mengevaluasi risiko pengembangan enam kondisi kardiovaskular yakni gagal jantung, penyakit jantung iskemik, aritmia, kardiomiopati, stroke, dan tekanan darah tinggi, pada wanita yang mengalami depresi selama kehamilan.
Para peneliti menemukan, wanita hamil dengan depresi memiliki kemungkinan 83 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung iskemik, suatu kondisi yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung.
Mereka juga berisiko 61 persen lebih tinggi terkena kardiomiopati yakni masalah pada otot jantung yang membuat jantung lebih sulit memompa darah.
Baca juga: Ukur lengan atas jadi cara identifikasi bumil kurang energi
Selain itu, mereka ditemukan memiliki risiko aritmia sebesar 60 persen lebih tinggi, 32 persen berisiko terkena tekanan darah tinggi dan 27 persen lebih tinggi berisiko mengalami stroke.
Para peneliti kemudian mengecualikan wanita yang mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, namun hasilnya tetap menunjukkan mereka yang mengalami depresi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan stroke.
Menurut para peneliti, peradangan kronis dan peningkatan hormon yang berhubungan dengan stres juga meningkatkan kemungkinan penyakit kardiovaskular pasca kehamilan.
"Kita perlu menggunakan kehamilan sebagai jendela menuju kesehatan di masa depan," kata penulis utama studi Dr Christina M. Ackerman-Banks.
Baca juga: Berapa kalori yang ditambahkan pada wanita hamil?
Dia mengatakan, komplikasi selama kehamilan, termasuk depresi prenatal berdampak pada kesehatan kardiovaskular jangka panjang.
Ackerman-Banks lalu merekomendasikan siapa pun yang didiagnosis dengan depresi prenatal menyadari implikasi pada kesehatan jantung jangka panjang mereka, mengambil langkah-langkah untuk menemukan faktor risiko lainnya, dan berkonsultasi dengan dokter untuk menerapkan strategi pencegahan penyakit kardiovaskular.
"Mereka harus juga diskrining untuk diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi, dan menerapkan olahraga, diet sehat, dan berhenti merokok," tambah dia.
Para peneliti dalam studi itu seperti disiarkan Medical Daily 20 April 2023 mengevaluasi risiko pengembangan enam kondisi kardiovaskular yakni gagal jantung, penyakit jantung iskemik, aritmia, kardiomiopati, stroke, dan tekanan darah tinggi, pada wanita yang mengalami depresi selama kehamilan.
Para peneliti menemukan, wanita hamil dengan depresi memiliki kemungkinan 83 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung iskemik, suatu kondisi yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung.
Mereka juga berisiko 61 persen lebih tinggi terkena kardiomiopati yakni masalah pada otot jantung yang membuat jantung lebih sulit memompa darah.
Baca juga: Ukur lengan atas jadi cara identifikasi bumil kurang energi
Selain itu, mereka ditemukan memiliki risiko aritmia sebesar 60 persen lebih tinggi, 32 persen berisiko terkena tekanan darah tinggi dan 27 persen lebih tinggi berisiko mengalami stroke.
Para peneliti kemudian mengecualikan wanita yang mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan, namun hasilnya tetap menunjukkan mereka yang mengalami depresi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dan stroke.
Menurut para peneliti, peradangan kronis dan peningkatan hormon yang berhubungan dengan stres juga meningkatkan kemungkinan penyakit kardiovaskular pasca kehamilan.
"Kita perlu menggunakan kehamilan sebagai jendela menuju kesehatan di masa depan," kata penulis utama studi Dr Christina M. Ackerman-Banks.
Baca juga: Berapa kalori yang ditambahkan pada wanita hamil?
Dia mengatakan, komplikasi selama kehamilan, termasuk depresi prenatal berdampak pada kesehatan kardiovaskular jangka panjang.
Ackerman-Banks lalu merekomendasikan siapa pun yang didiagnosis dengan depresi prenatal menyadari implikasi pada kesehatan jantung jangka panjang mereka, mengambil langkah-langkah untuk menemukan faktor risiko lainnya, dan berkonsultasi dengan dokter untuk menerapkan strategi pencegahan penyakit kardiovaskular.
"Mereka harus juga diskrining untuk diabetes tipe 2 dan kolesterol tinggi, dan menerapkan olahraga, diet sehat, dan berhenti merokok," tambah dia.