Palangka Raya (ANTARA) - Berdasarkan pantauan Badan Pusat Statistik Kalimantan Tengah terhadap harga-harga di perdesaan pada April 2023, Nilai Tukar Petani (NTP) gabungan di provinsi setempat, mencapai 123,30 atau naik sekitar 1,21 persen dibanding Maret 2023 yang berkisar 121,83.
Peningkatan itu karena kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibanding indeks harga yang harus dibayar petani, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Selasa.
"Adapun peningkatan harga hasil produksi pertanian ini lebih didominasi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga petani (IKRT) dibanding biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)," ucapnya.
Dikatakan, peningkatan NTP pada April 2023 dipengaruhi oleh meningkatnya NTP di beberapa subsektor, yaitu Tanaman Pangan 1,80 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 1,45 persen, dan Perikanan 0,85 persen.
"Sementara Hortikultura mengalami penurunan nilai tukar 0,79 persen, dan Peternakan 0,08 persen," beber Eko.
Pada April 2023, Indeks Harga Diterima oleh petani naik sebesar 1,33 persen dibanding Maret 2023, yaitu dari 146,25 menjadi 148,19. Peningkatan pada April 2023 disebabkan oleh meningkatnya Subsektor Tanaman Pangan 1,86 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 1,60 persen, Perikanan (0,79 persen), dan Peternakan (0,11 persen).
"Subsektor Hortikultura merupakan satu-satunya yang mengalami penurunan Indeks Harga Diterima petani, yakni sekitar 0,70 persen," kata Kepala BPS Kalteng ini.
Sementara Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani, lanjut dia, dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Baca juga: Indeks harga konsumen pada April 2023 di Kalteng alami kenaikan
Eko mengatakan, pada April 2023, Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani, meningkat sebesar 0,11 persen jika dibanding Maret 2023, yaitu dari 120,05 menjadi 120,18. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani pada hampir di seluruh subsektor, yaitu Peternakan (0,19 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,14 persen), Tanaman Hortikultura (0,10 persen) dan Tanaman Pangan (0,05 persen).
"NTP ini penting untuk diketahui karena merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi," demikian Eko.
Baca juga: BPS minta masukan berbagai pihak terkait IDI di Kalteng
Baca juga: NTP Gabungan Kalteng selama Maret 2023 alami kenaikan 2,10 persen
Baca juga: Beras dan rokok jadi penyumbang inflasi di Kalteng pada Februari 2023
Peningkatan itu karena kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih besar dibanding indeks harga yang harus dibayar petani, kata Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro di Palangka Raya, Selasa.
"Adapun peningkatan harga hasil produksi pertanian ini lebih didominasi oleh meningkatnya indeks konsumsi rumah tangga petani (IKRT) dibanding biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM)," ucapnya.
Dikatakan, peningkatan NTP pada April 2023 dipengaruhi oleh meningkatnya NTP di beberapa subsektor, yaitu Tanaman Pangan 1,80 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 1,45 persen, dan Perikanan 0,85 persen.
"Sementara Hortikultura mengalami penurunan nilai tukar 0,79 persen, dan Peternakan 0,08 persen," beber Eko.
Pada April 2023, Indeks Harga Diterima oleh petani naik sebesar 1,33 persen dibanding Maret 2023, yaitu dari 146,25 menjadi 148,19. Peningkatan pada April 2023 disebabkan oleh meningkatnya Subsektor Tanaman Pangan 1,86 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 1,60 persen, Perikanan (0,79 persen), dan Peternakan (0,11 persen).
"Subsektor Hortikultura merupakan satu-satunya yang mengalami penurunan Indeks Harga Diterima petani, yakni sekitar 0,70 persen," kata Kepala BPS Kalteng ini.
Sementara Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani, lanjut dia, dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.
Baca juga: Indeks harga konsumen pada April 2023 di Kalteng alami kenaikan
Eko mengatakan, pada April 2023, Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani, meningkat sebesar 0,11 persen jika dibanding Maret 2023, yaitu dari 120,05 menjadi 120,18. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya nilai Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani pada hampir di seluruh subsektor, yaitu Peternakan (0,19 persen), Tanaman Perkebunan Rakyat (0,14 persen), Tanaman Hortikultura (0,10 persen) dan Tanaman Pangan (0,05 persen).
"NTP ini penting untuk diketahui karena merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi," demikian Eko.
Baca juga: BPS minta masukan berbagai pihak terkait IDI di Kalteng
Baca juga: NTP Gabungan Kalteng selama Maret 2023 alami kenaikan 2,10 persen
Baca juga: Beras dan rokok jadi penyumbang inflasi di Kalteng pada Februari 2023