Palangka Raya (ANTARA) - Sebanyak 520 petani sawit Indonesia dengan luas lahan lebih dari 900 hektare, telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) melalui program Sawit Terampil.
"Kami sangat senang dengan kemajuan yang telah kami lihat dalam program Sawit Terampil sampai saat ini," kata Head of Sustainability and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food, Gotz Martin melalui pernyataan yang diterima di Palangka Raya, Senin.
Mereka tergabung dalam program Sawit Terampil di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Langkat, yang memiliki potensi untuk meluas ke daerah lainnya.
Program ini didukung Smart Research Institute (SMARTRI), lembaga penelitian perusahaan yang menawarkan bimbingan mengenai praktik agronomi terbaik, serta mitra pelaksana Kolitva.
Pihaknya pun berharap, dapat bekerja sama dengan lebih banyak mitra di masa depan untuk memberikan manfaat dan memberdayakan masyarakat. Dia mengatakan, mendorong pembangunan ekonomi perdesaan merupakan inti dari program ini.
“Membantu petani untuk meningkatkan keterampilan dan mendapatkan sertifikasi merupakan bagian penting dari upaya ini," kata Gotz Martin.
Sawit Terampil diluncurkan Sinar Mas Agribusiness and Food bersama mitranya MARS dan Fuji Oil pada tahun 2020. Tujuannya untuk memberikan dukungan komprehensif bagi para petani swadaya melalui pembinaan kelompok dan bimbingan individu.
Selain itu, juga untuk membantu masyarakat meningkatkan praktik-praktik pertanian. Seiring perkembangan program, Neste Oil dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) juga turut berkolaborasi dalam program ini pada tahun 2022.
Pelatihan peningkatan kapasitas dan sesi pendampingan mengajarkan petani swadaya untuk menerapkan metode budidaya yang lebih berkelanjutan. Pelatihan juga untuk meningkatkan kesiapan petani untuk memenuhi persyaratan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO.
Sertifikasi ISPO merupakan tonggak penting bagi petani swadaya, mengikuti mandat pemerintah bahwa petani dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di negara ini setidaknya harus memenuhi standar ISPO pada tahun 2025, serta mempersiapkan mereka untuk memenuhi persyaratan RSPO.
Program Sawit Terampil, pada akhir kuartal pertama 2023, proyek ini telah menjangkau sekitar 4.800 petani dengan kesempatan pelatihan dan pembinaan, yang telah melampaui target 4.500 peserta yang ditetapkan untuk akhir tahun. Lebih dari 6.600 sesi pelatihan telah dilaksanakan, dengan total lebih dari 11.600 jam pelatihan sejak inisiatif ini diluncurkan.
Chairman of Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), Nassat Idris mengatakan, pemberdayaan petani merupakan tujuan yang hendak dicapai melalui program Sawit Terampil.
Dukungan IDH untuk program Sawit Terampil sejalan dengan tujuan untuk memfasilitasi kemitraan dan menyatukan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja, pendapatan dan dan lingkungan yang lebih baik.
Baca juga: Peremajaan sawit rakyat pola kemitraan efektif tingkatkan produktivitas
Data Sawit Terampil menunjukkan bahwa petani yang telah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan produktivitas perkebunan rata-rata sebesar 14 persen, dari 18,5 ton/ha/tahun menjadi 21,02 ton/ha/tahun.
Kabupaten Langkat mengalami peningkatan produktivitas tertinggi sebesar 19 persen. Rata-rata produktivitas perkebunan rakyat secara nasional adalah 9,6 ton/ha/tahun.
Salah satu peserta program Sawit Terampil dari Kabupaten Langkat, Ardiyanto, merasakan manfaat positif dari keikutsertaannya.
"Sejak saya bergabung dengan Program Sawit Terampil, saya belajar tentang dimana saya bisa dan tidak bisa menanam kelapa sawit karena legalitas lahan, atau area dengan karbon tinggi. Sebelumnya, kami pikir kami dapat menanam kelapa sawit di mana saja karena berada di lahan kami," ucapnya.
Petani lain dari daerah yang sama, Sutiyem, mengatakan praktik budi daya dan hasil usahanya semakin baik setelah mengikuti program Sawit Terampil.
"Sebelum saya mengikuti program ini, hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang saya lihat sekarang. Dulu hasilnya hanya 700-800 kilogram per bulan, tapi alhamdulillah sekarang sudah mencapai lebih dari 2 ton," kata Sutiyem.
Baca juga: Sinar Mas Agribusiness and Food gelar apel siaga antisipasi ancaman karhutla
Baca juga: Sinar Mas tawarkan beasiswa pendidikan-peluang kerja pada 2023
Baca juga: Sinar Mas bantu warga kurang mampu wujudkan rumah layak huni
"Kami sangat senang dengan kemajuan yang telah kami lihat dalam program Sawit Terampil sampai saat ini," kata Head of Sustainability and Strategic Projects Sinar Mas Agribusiness and Food, Gotz Martin melalui pernyataan yang diterima di Palangka Raya, Senin.
Mereka tergabung dalam program Sawit Terampil di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Langkat, yang memiliki potensi untuk meluas ke daerah lainnya.
Program ini didukung Smart Research Institute (SMARTRI), lembaga penelitian perusahaan yang menawarkan bimbingan mengenai praktik agronomi terbaik, serta mitra pelaksana Kolitva.
Pihaknya pun berharap, dapat bekerja sama dengan lebih banyak mitra di masa depan untuk memberikan manfaat dan memberdayakan masyarakat. Dia mengatakan, mendorong pembangunan ekonomi perdesaan merupakan inti dari program ini.
“Membantu petani untuk meningkatkan keterampilan dan mendapatkan sertifikasi merupakan bagian penting dari upaya ini," kata Gotz Martin.
Sawit Terampil diluncurkan Sinar Mas Agribusiness and Food bersama mitranya MARS dan Fuji Oil pada tahun 2020. Tujuannya untuk memberikan dukungan komprehensif bagi para petani swadaya melalui pembinaan kelompok dan bimbingan individu.
Selain itu, juga untuk membantu masyarakat meningkatkan praktik-praktik pertanian. Seiring perkembangan program, Neste Oil dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) juga turut berkolaborasi dalam program ini pada tahun 2022.
Pelatihan peningkatan kapasitas dan sesi pendampingan mengajarkan petani swadaya untuk menerapkan metode budidaya yang lebih berkelanjutan. Pelatihan juga untuk meningkatkan kesiapan petani untuk memenuhi persyaratan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO.
Sertifikasi ISPO merupakan tonggak penting bagi petani swadaya, mengikuti mandat pemerintah bahwa petani dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di negara ini setidaknya harus memenuhi standar ISPO pada tahun 2025, serta mempersiapkan mereka untuk memenuhi persyaratan RSPO.
Program Sawit Terampil, pada akhir kuartal pertama 2023, proyek ini telah menjangkau sekitar 4.800 petani dengan kesempatan pelatihan dan pembinaan, yang telah melampaui target 4.500 peserta yang ditetapkan untuk akhir tahun. Lebih dari 6.600 sesi pelatihan telah dilaksanakan, dengan total lebih dari 11.600 jam pelatihan sejak inisiatif ini diluncurkan.
Chairman of Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH), Nassat Idris mengatakan, pemberdayaan petani merupakan tujuan yang hendak dicapai melalui program Sawit Terampil.
Dukungan IDH untuk program Sawit Terampil sejalan dengan tujuan untuk memfasilitasi kemitraan dan menyatukan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan lapangan kerja, pendapatan dan dan lingkungan yang lebih baik.
Baca juga: Peremajaan sawit rakyat pola kemitraan efektif tingkatkan produktivitas
Data Sawit Terampil menunjukkan bahwa petani yang telah mengikuti pelatihan mengalami peningkatan produktivitas perkebunan rata-rata sebesar 14 persen, dari 18,5 ton/ha/tahun menjadi 21,02 ton/ha/tahun.
Kabupaten Langkat mengalami peningkatan produktivitas tertinggi sebesar 19 persen. Rata-rata produktivitas perkebunan rakyat secara nasional adalah 9,6 ton/ha/tahun.
Salah satu peserta program Sawit Terampil dari Kabupaten Langkat, Ardiyanto, merasakan manfaat positif dari keikutsertaannya.
"Sejak saya bergabung dengan Program Sawit Terampil, saya belajar tentang dimana saya bisa dan tidak bisa menanam kelapa sawit karena legalitas lahan, atau area dengan karbon tinggi. Sebelumnya, kami pikir kami dapat menanam kelapa sawit di mana saja karena berada di lahan kami," ucapnya.
Petani lain dari daerah yang sama, Sutiyem, mengatakan praktik budi daya dan hasil usahanya semakin baik setelah mengikuti program Sawit Terampil.
"Sebelum saya mengikuti program ini, hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang saya lihat sekarang. Dulu hasilnya hanya 700-800 kilogram per bulan, tapi alhamdulillah sekarang sudah mencapai lebih dari 2 ton," kata Sutiyem.
Baca juga: Sinar Mas Agribusiness and Food gelar apel siaga antisipasi ancaman karhutla
Baca juga: Sinar Mas tawarkan beasiswa pendidikan-peluang kerja pada 2023
Baca juga: Sinar Mas bantu warga kurang mampu wujudkan rumah layak huni