New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka anjlok pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena tindakan atau sinyal pengetatan moneter dari beberapa bank sentral utama memicu kekhawatiran tentang ekonomi dan permintaan bahan bakar yang melebihi dukungan dari penurunan mengejutkan pasokan minyak AS.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terpangkas 3,02 dolar AS atau 4,16 persen, menjadi menetap di 69,51 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus merosot 2,98 dolar AS atau 3,86 persen, menjadi ditutup pada 74,14 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak WTI mundur di bawah level 70 dolar AS per barel karena para pedagang fokus pada kekhawatiran kenaikan suku bunga dan mengabaikan laporan persediaan minyak bullish oleh Badan Informasi Energi AS (EIA), kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
Bank-bank sentral di Inggris dan Norwegia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada Kamis (22/6/2023), lebih tinggi dari perkiraan konsensus sebesar 25 basis poin, yang mengurangi prospek pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
Selain itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Kamis (22/6/2023) mengatakan suku bunga dana federal AS dapat dinaikkan dua kali lipat jika perekonomian terus berjalan seperti yang diproyeksikan.
Minyak dan emas jatuh karena pengetatan bank sentral mengancam prospek global, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.
Persediaan minyak mentah komersial AS turun 3,8 juta barel minggu ke minggu dalam pekan yang berakhir 16 Juni, lebih besar dari ekspektasi pasar, menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Energi AS pada Kamis (22/6/2023).
Sementara itu, persediaan bensin dan bahan bakar sulingan AS meningkat masing-masing sebesar 0,5 juta barel dan 0,4 juta barel dari minggu sebelumnya.
"Mengingat penurunan persediaan minyak mentah dan peningkatan persediaan produk kilang yang sangat moderat, saya mengira kami akan mendapat respons yang lebih baik dari pasar, tetapi pasar minyak mentah dan produk kilang hanya terbebani oleh suku bunga yang lebih tinggi," kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston, dikutip dari Xinhua.
Investor sekarang menunggu data aktivitas pabrik China yang akan dirilis minggu depan, yang dapat menunjukkan kekuatan ekonomi konsumen minyak terbesar di dunia itu.