Jayapura (ANTARA) - Duta Besar (Dubes) RI untuk Papua Nugini (PNG) Andriana Supandi mengatakan saat ini Pekerja Migran Indonesia (PMI) kembali berdatangan dan mengisi lowongan pekerjaan di PNG yang sempat ditinggalkan saat COVID-19 melanda dunia.
"Memang benar PMI yang kembali bekerja di PNG dan Kepulauan Salomon terus berdatangan dan jumlahnya sudah mencapai ribuan. Namun hingga kini KBRI di Port Moresby belum memiliki angka pasti, karena banyak yang tidak melaporkan keberadaannya," kata Dubes Supandi saat dihubungi Antara di Jayapura, Rabu.
Dubes RI untuk PNG itu berharap agar para pekerja migran Indonesia melaporkan keberadaan mereka ke Kedutaan Besar RI (KBRI) sehingga dapat selalu termonitor, terutama bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga pihaknya dapat langsung membantu.
KBRI di Port Moresby, kata dia, juga sudah menyiapkan fasilitas pendaftaran secara daring sehingga memudahkan pekerja migran Indonesia untuk memasukkan data keberadaan mereka dan tidak perlu mendatangi KBRI.
"Kemudahan itu hingga kini belum dimanfaatkan, sehingga yang terdata belum maksimal," kata Dubes Andriana.
Namun pihaknya memantau terjadinya peningkatan permintaan visa. Pada tahun 2022 lebih dari 1.000 pekerja migran Indonesia yang menandatangani kontrak dan bekerja di PNG serta Kepulauan Salomon.
Rata-rata pekerja migran Indonesia bekerja di bidang konstruksi, perusahaan minyak, hingga ke ritel, bahkan hingga pekerja di spa.
Sebelum COVID-19 Imigrasi PNG mendata sekitar 6.500 pekerja migran Indonesia bekerja di berbagai sektor. Namun, kata Andriana, saat berkunjung di salah satu perusahaan terdapat 300 pekerja migran Indonesia dan yang terdata di KBRI cuma beberapa pekerja saja.
"PMI diharapkan pro aktif untuk melaporkan keberadaannya hingga memudahkan KBRI mendata mereka. Apalagi pekerja Indonesia sangat diterima bekerja di Papua Nugini, " kata Dubes Adriana Supandi.
"Memang benar PMI yang kembali bekerja di PNG dan Kepulauan Salomon terus berdatangan dan jumlahnya sudah mencapai ribuan. Namun hingga kini KBRI di Port Moresby belum memiliki angka pasti, karena banyak yang tidak melaporkan keberadaannya," kata Dubes Supandi saat dihubungi Antara di Jayapura, Rabu.
Dubes RI untuk PNG itu berharap agar para pekerja migran Indonesia melaporkan keberadaan mereka ke Kedutaan Besar RI (KBRI) sehingga dapat selalu termonitor, terutama bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga pihaknya dapat langsung membantu.
KBRI di Port Moresby, kata dia, juga sudah menyiapkan fasilitas pendaftaran secara daring sehingga memudahkan pekerja migran Indonesia untuk memasukkan data keberadaan mereka dan tidak perlu mendatangi KBRI.
"Kemudahan itu hingga kini belum dimanfaatkan, sehingga yang terdata belum maksimal," kata Dubes Andriana.
Namun pihaknya memantau terjadinya peningkatan permintaan visa. Pada tahun 2022 lebih dari 1.000 pekerja migran Indonesia yang menandatangani kontrak dan bekerja di PNG serta Kepulauan Salomon.
Rata-rata pekerja migran Indonesia bekerja di bidang konstruksi, perusahaan minyak, hingga ke ritel, bahkan hingga pekerja di spa.
Sebelum COVID-19 Imigrasi PNG mendata sekitar 6.500 pekerja migran Indonesia bekerja di berbagai sektor. Namun, kata Andriana, saat berkunjung di salah satu perusahaan terdapat 300 pekerja migran Indonesia dan yang terdata di KBRI cuma beberapa pekerja saja.
"PMI diharapkan pro aktif untuk melaporkan keberadaannya hingga memudahkan KBRI mendata mereka. Apalagi pekerja Indonesia sangat diterima bekerja di Papua Nugini, " kata Dubes Adriana Supandi.